Mohon tunggu...
Gilang Bramanda
Gilang Bramanda Mohon Tunggu... Administrasi - Share your Care

Share your Care

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Black Campaign dan Metro TV

21 Juni 2014   22:16 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:53 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Publik dunia maya dikejutkan oleh 'ulah' Wimar Witoelar. Di akun twitternya, Wimar memposting sebuah gambar editan yg isinya provokatif dan menyudutkan Prabowo Subianto, capres yg menjadi lawan Jokowi saat ini.

Di dalam gambar yg telah di edit sedemikian rupa, terpampang foto Prabowo bersama di belakangnya para tokoh politik pendukung koalisi Merah-Putih pasangangan no. 1 Prabowo-Hatta. Tak hanya para tokoh politik, ada juga tokoh kontroversial seperti Habib Rizieq Shihab dan Abu Bakar Ba'asyir.

Pembuat gambar rupanya masih belum puas mendegradasikan sosok Prabowo dengan menyertakan kedua tokoh kontroversial tsb ke dalam jajaran barisan pendukung Prabowo. Masih di dalam gambar tsb di buatlah foto mantan Presiden Soeharto bersama para terdakwa pelaku teroris Bom Bali 1 Amrozi cs dan Osama bin Laden yg dikenal sbg teroris 'kelas dunia' sebagai background gambar.

Pada gambar tsb juga tertera beberapa lambang ormas Islam di Indonesia seperti FPI, HTI dan Muhammadiyah beserta lambang partai koalisi. Wimar menamai gambar tsb dg sebutan provokatif nan menghina : 'Gallery of Rogues... Kebangkitan Bad Guys' (Kumpulan para Bajingan... Kebangkitan Orang Jahat).

Publik yg melihat gambar tsb tentu marah atas aksi 'black campaign' tsb. Wimar pun tak luput dari hujatan masyarakat khususnya warga Muhammadiyah. Pada akhirnya, Wimar pun minta maaf dan menutup akun twitternya.

Aksi Wimar ini pun tak luput dari pemberitaan media. Namun ada yg janggal, kenapa 'black campaign' yg jelas-jelas dilakukan Wimar ini tidak diberitakan di Metro TV?

Saat kasus 'black campaign' menimpa Jokowi yg dilakukan oleh tabloid 'Obor Rakyat' yg sempat belum jelas pelaku serta motifnya, Metro TV sangat gencar memberitakannya berhari-hari sampai seolah-olah yg tergambar dalam berita, 'black campaign' itu dilakukan oleh tim 'lawan' (baca: kubu Prabowo), padahal itu tabloid edisi Mei yg dimana saat itu Jokowi belum jadi capres dan masih ada capres lain selain Prabowo, seperti ARB, Surya Paloh, Wiranto, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan bahkan Rhoma Irama dll. Begitupun juga saat muncul 'kasus Babinsa' yg masih belum jelas oknum pelakunya, Metro TV sangat cepat memberitakannya dan dibahas berulang-ulang.

Pemberitaan Metro TV soal 'black campaign' saat itu patut diapresiasi, fokus dalam memerangi 'black campaign'. Sayangnya, Metro TV masih 'tebang pilih' dalam memerangi 'black campaign'. Ketika 'black campaign' itu jelas-jelas menimpa kubu Prabowo, mereka 'tutup mata'. Metro TV sebagai stasiun berita yg (harus) menjunjung tinggi nilai-nilai jurnalistik tentu juga harus menjaga netralitasnya, walaupun masyarakat juga sudah tau bahwa statsiun tv milik Surya Paloh itu adalah pendukung Jokowi sebagaimana TV One yg lebih condong mendukung Prabowo.

Saat Jokowi di'serang' melalui tabloid 'Obor Rakyat' dan kasus Babinsa, TV One yg Pro Prabowo masih memberitakannya, padahal dalam kasus tsb, Prabowo tentu terpojokan. Bahkan, iklan Jokowi-JK di TV One juga masih ada. Entah ada atau tidak iklan Prabowo-Hatta di Metro TV?

Sepertinya Metro TV masih kurang 'cantik' dalam mengkombinasikan kepentingan politik dengan dunia jurnalistik, sehingga yg menonjol dari stasiun berita swasta tsb adalah kepentingan politiknya ketimbang sisi jurnalistiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun