Mohon tunggu...
Gilang Bramanda
Gilang Bramanda Mohon Tunggu... Administrasi - Share your Care

Share your Care

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bencana Nasional itu Bernama ‘Mudik’

3 Agustus 2013   22:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:39 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari raya Idul Fitri tinggal dalam hitungan hari. Cuti bersama pun sudah tiba. Tunjangan Hari Raya (THR) juga rata-rata sudah di terima. Tiga moment tsb rasanya sudah cukup bagi masyarakat membulatkan tekat untuk ‘pulang kampung’ (mudik). Eksodus besar-besaran akan di alami khususnya ibukota Jakarta.

Seperti biasa, masyarakat sudah siap melakukan ‘mudik’ dengan berbagai sarana yg sesuai dengan kemampuan mereka. Bagi mereka yg sanggup membeli tiket, mereka bisa menggunakan sarana transportasi masal seperti kereta, pesawat, kapal laut dan bis. Sedangkan bagi mereka yg memiliki kendaraan pribadi, mereka bisa menggunakan mobil dan motor.

Namun malang, kesiapan mereka tidak diiringi oleh kesiapan pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan infrastruktur. Jalanan yg biasa dilalui oleh para pemudik seperti jalur utara dan selatan masih banyak yg berlubang, tidak rata, miring, dan masih dalam tahap pengerjaan perbaikan.

Hal tsb tentu diakibatkan oleh persiapan yg mepet dari pemerintah. Pemerintah seolah tidak belajar dari tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah masih melakukan ‘hobi’ lamanya yakni memperbaiki jalan raya menjelang hari raya seolah masih menyepelekan soal ‘mudik’ ini. Pemerintah sepertinya masih melakukan ‘Proyek Sangkuriang’ dengan memperbaiki jalur ‘mudik’ dengan waktu yg sempit. Hasilnya tentu tidak akan optimal dan maksimal. Kondisi jalan yg tidak bagus, tentu berpotensi menimbulkan kecelakaan. Lagi-lagi, masyarakat dihadapkan oleh ‘maut’ di mudik tahun ini.

Tidak heran, arus ‘mudik’ di Indonesia selalu banyak sekali memakan korban jiwa setiap tahunnya. Menurut Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga yg di muat oleh Detikcom (7/9/11), pada tahun 2010 ada sebanyak 3.010 kasus kecelakaan yg terjadi dan memakan korban 746 orang meninggal, sedangkan di tahun 2011 terjadi 4.006 kecelakaan dengan korban jiwa sebanyak 661 orang, korban luka berat 1.068 orang dan korban luka ringan mencapai 2.650 orang.

Jumlah tsb meningkat di tahun 2012 lalu. Angka kecelakaan dan korban jiwa semakin miris di tahun 2012. Berdasarkan data dari NTMC (National Traffic Management Centre) Korlantas Polri, jumlah korban selama mudik dan arus balik tahun 2012 atas laporan Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2012 (27/8/2012) mencapai 908 orang meninggal, korban luka berat sebanyak 1.505 orang, luka ringan sebanyak 5.179 orang dengan total insiden sebanyak 5.233 kecelakaan (Lantas.polri.go.id, 27/8/2012).

Jumlah tsb lebih besar dari korban bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yg berjumlah 277 orang dan menyaingi korban gempa Sumatera Barat tahun 2009 yg berjumlah sekira 1.100 orang. Bahkan mengalahkan jumlah korban akibat konflik kudeta di Mesir saat ini.

Dengan meningkatnya jumlah kecelakaan tsb, semakin menandakan kurang pedulinya pemerintah terhadap masalah ‘mudik’ ini. Pemerintah seolah menyepelekan masalah ini. Pemerintah masih gagal dalam menyediakan fasilitas transportasi masal dan infrasutruktur yg terjangkau dan layak bagi masyarakat. Pemerintah gagal mengendalikan harga tiket. Tidak sedikit masyarakat melakukan ‘mudik’ ratusan kilometer menggunakan sepeda motor dengan terpaksa karena lebih murah. Kecelakaan tsb tentu juga pastinya tak lepas dari masyarakat sebagai pengendara yg kurang peduli terhadap keselamatan standar berkendara dan kurang berhati-hati.

Jadi, jika kita melihat angka kecelakaan dan korban yg jatuh setiap tahunnya, sepertinya sudah saatnya ‘mudik’ dijadikan bencana nasional sehingga pemerintah harus bisa lebih serius dan peduli lagi terhadap masalah ‘mudik’ ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun