Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini menuntut perubahan pesat dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Salah satu perubahan yang sangat signifikan yaitu perkembangan teknologi dalam pembelajaran. Perkembengan ini dapat dikategorikan sebagai sebuah revolusi pembelajaran. Penggunaan kata revolusi bukanlah sesuatu yang berlebihan mengingat telah terjadi perubahan yang sangat cepat dan mendasar dalam proses pembelajaran.
Perubahan dalam pembelajaran semakin dipercepat dengan mewabahnya pandemi Covid 19 di Indonesia sekitar pertengahan tahun 2020 Â yang memaksa para siswa dan guru melakukan proses belajar mengajar dengan moda dalam jaringan. Proses transformasi moda pembelajaran dari tatap muka menjadi dalam jaringan bukanlah sesuatu hal yang mudah. Namun proses ini harus dilalui dan tidak bisa dihindari.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada awal diterapkannya pembelajaran dengan moda dalam jaringan, terdapat kebingungan pada sebagian besar guru dan siswa. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat kegiatan pembelajaran dengan moda dalam jaringan merupakan hal yang asing bagi guru dan siswa di Indonesia. Kebingungan ini diperburuk lagi dengan permasalahan perekonomian pelajar Indonesia yang belum merata. Ketiadaan gawai dan jaringan internet menjadi permasalahan utama yang menambah kompleksitas pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dengan moda dalam jaringan.
Namun bagi seorang guru, segala tantangan dan hambatan sudah sepatutnya dihadapi dengan berbagai inovasi. Para guru dengan cepat menyesuaikan diri mengikuti perkembangan situasi pembelajaran. Jika pada awalnya para guru masih asing dengan pembelajaran jarak jauh dan berbagai aplikasinya, saat ini sebagian besar guru sudah mulai terbiasa dengan istilah-istilah komputer tersebut. Terlebih lagi saat ini Kemendikbudristek memberikan akun belajar.id bagi guru. Dengan menggunakan akun ini para guru diberi kemudahan untuk mengakses berbagai platform pembelajaran yang berafiliasi dengan Google.
Kemudian apakah peran guru dalam pembelajaran akan digantikan oleh aplikasi-aplikasi canggih atau oleh robot? Menurut George Couros dari Refo menyatakan bahwa teknologi tidak akan menggantikan guru hebat, tapi teknologi di tangan guru hebat akan transformasional. Pernyataan tersebut ada benarnya, segala kecanggihan teknologi pembelajaran sesungguhnya hanyalah alat bantu yang bukan tidak berarti tanpa campur tangan para guru sebagai konten kreator. Dengan kreatifitas para guru, aplikasi-aplikasi tersebut memiliki konten-konten yang dapat berguna dalam pembelajaran.
Kepiawaian dan kreatifitas para guru dalam menjalankan aplikasi pembelajaran dapatkah dikategorikan sebagai Guru Cyborg? Istilah Cyborg yang biasa didengar dalam film-film fiksi ilmiah memiliki makna  sebagai makhluk dengan bagian tubuh organik sekaligus biomekatronik dicetuskan pada 1960 oleh Manfred E. Clynes dan Nathan S. Kline. Menurut Donna Haraway, Cyborg merupakan penggabungan antara mesin dan makhluk hidup yang dibentuk secara nyata seperti halnya dibentuk dari karya fiksi.
Dalam dunia medis penggunaan robot untuk membantu pasien sudah lumrah dilakukan. Salah satunya pencakokan anggota tubuh yang rusak dan digantikan dengan mesin sudah menjadi terobosan teknologi Abad 20. Sedangkan di Abad 21 ini terobosan yang terus berkembang yaitu kecerdasan buatan (Artificial Inteligence). Menurut Yan Lee Cun, "Kecerdasan kita adalah apa yang menjadikan kita manusia, dan AI adalah perpanjangan dari kualitas itu". Kecerdasan buatan (AI) memungkinkan mesin untuk belajar dari pengalaman, menyesuaikan input-input baru dan melaksanakan tugas seperti manusia. Sebagian besar contoh AI yang didengar dewasa ini -- mulai dari komputer yang bermain catur hingga mobil yang mengendarai sendiri -- sangat mengandalkan pembelajaran mendalam dan pemrosesan bahasa alamiah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI