Kesempatan itu datang kembali setelah Institut Franais d'Indonsie mengumumkan di grup pengajar bahasa Prancis bahwa akhir tahun 2023 ini ada seleksi guru bahasa Prancis yang akan mengikuti pelatihan di kota Vichy Prancis. Pengumuman yang tepat berlangsung limas belas hari sebelum ulang tahunku yang ke 37 dan hasil seleksi akan disampaikan pada 20 Oktober tepat hari kelima setelah ulang tahunku. Terus terang sebenarnya aku cukup ragu mengikuti seleksi ini karena ada program yang harus segera diselesaikan di akhir tahun. Tapi jiwa ambisius yang sudah lama terkubur tiba-tiba bangkit kembali dan tak mungkin melewati kesempatan ini.
     Prosesnya pun dimulai, ku baca satu persatu persyaratan yang dibutuhkan untuk mengikutinya. Alhamdulillah hampir semua sudah terpenuhi karena memang tidak begitu ribet. Ini yang kusuka dari birokrasi negaranya Napoleon, tidak suka ribet dengan administrasi yang kadang tidak perlu. Tapi, waduh, gawat, gimana nih ya, pasporku habis berlakunya di bulan November 2023, dan kerennya di Indonesia ini bisa mengurus paspor dengan gampang cukup ambil antrian di aplikasi. Permasalahannya, di bulan Oktober ini sudah penuh dan tidak bisa mengambil antrian lagi. Tapi tenang, selalu ada solusi yaitu jalur istimewa percepatan paspor. Jalur ini legal ya bukan dari calo, walaupun harganya lebih mahal daripada jalur biasa. Alhasil dalam hitungan jam pasporpun selesai dan proses pendaftaranpun dilakukan.
     Hari yang dinantipun tiba, ada perasaan berdebar-debar akan hasil dari proses seleksinya. Walaupun awalnya tidak terlalu berharap karena statusku sudah pernah mengikuti pelatihan ini di kota dan kampus yang sama pada 2010 yang lalu. Tapi tetap saja, ikhtiar sudah dan tinggal do'a yang terus dikencangkan. Bahkan aku sampai bernazar jika saja lolos dalam proses seleksi tahun ini maka aku akan berpuasa satu minggu penuh. Dan Alhamdulillah sungguh Maha Besar Allah, dari lima orang guru yang lolos seleksi terdapat emailku didalamnya. Ku baca benar-benar email balasan dari Atase kerjasama pendidikan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, Ibu Julie Duproir. Yah, benar, email itu tertuju untukku dan aku akan kembali ke Vichy setelah tiga belas tahun berlalu.
     Proses demi prosespun dilalui, mulai dari pemenuhan berkas keberangkatan, pengurusan visa yang harus berangkat ke Jakarta karena harus mengambil foto dan sidik jari. Namun semuanya dapat diselesaikan dengan waktu yang singkat dan cepat berkat bantuan dua srikandi hebat dari Institut Franais Indonsie yaitu Mbak Putri dan Mbak Dita. Tentunya gelar hebat bukanlah sesuatu yang berlebihan. Mereka sangat sabar dan benar-benar responsif atas pertanyaan dan juga keluhan dari para guru yang akan diberangkatkan ini. Dan tentunya waktu yang singkat mulai dari pengumuman hingga jadwal keberangkatan bukanlah hal yang mudah jika berurusan dengan birokrasi antar bangsa.
     Jreng...jreng...inilah harinya selepas merayakan hari guru di sekolah dengan iringan doa mengantarkan keberangkatan ke benua biru yang penuh kenangan. Kulangkahkan kaki melalui perjalanan panjang dengan beberapa kali singgah di negara transit. Ya Medan ke Prancis bukanlah perjalanan satu atau dua jam tapi perjalanan empat belas jam yang tentu menguras energi dan tenaga. Namun tidak ada waktu untuk mengeluh, tidak ada waktu untuk gundah gulana, ini adalah kesempatan besar yang harus diisi dengan program-program dan misi pribadi yang mutakhir selain menyelesaikan misi yang telah ditulis oleh Kedutaan Prancis bagiku.
     Langkah pertama kutapaki Malaysia Airlaines dari Kuala Namu menuju ke Kuala Lumpur. Setelah sedikit berdrama ala-ala film India dengan Ibu, Istri, Anak-Anak, Kakak-Kakak serta ponakan yang melambaikan tangan sampai menuju ke Imigrasi Bandara, kulangkahkan kaki menuju ruang tunggu bandara. Hmm oke kucari spot yang sunyi untuk sekedar mengabadikan moment ini dengan membuat video singkat dan foto ala kadarnya.
Selepas sholat Ashar kudengar namaku dipanggil petugas Airlines, kupikir ini panggilan terakhir tapi jam di HP ku menunjukkan belum waktunya untuk boarding.
"Pak Salman, berhubung pesawat kita delay, dan Bapak harus melanjutkan perjalanan maka kursi Bapak kami pindahkan ke depan supaya bisa segera keluar" Kata petugas darat dari maskapai Malaysia Airlines.
Hmmm satu sisi aku agak khawatir karena jarak dari pesawat mendarat menuju pesawat berikutnya pasti sangat jauh. Namun ya mau bagaimana lagi, perjalanan harus dimulai dan sebelum dimulai kita tidak akan tahu akhirnya.