Bahasa prokem adalah ragam bahasa nonformal yang lazim dipakai oleh kalangan remaja. Bahasa ini dipakai oleh kalangan remaja sebagai bahasa sandi agar tidak diketahui oleh kalangan atau kelompok lain. Penggunaannya sebagai sarana komunikasi yang sifatnya tertutup sehingga hanya dipahami oleh suatu kalangan atau kelompok itu sendiri.
Ragam bahasa prokem merupakan kata-kata tidak resmi dan tidak memiliki struktur bahasa yang benar. Kalangan tertentu biasanya membentuk bahasa ini dengan spontan dan memiliki rumus-rumus diluar kepala masyarakat umum. Bahasa prokem bersifat unik, tertutup, dan eksklusif.Â
Artinya, bahasa ini bukan merupakan bahasa yang dimengerti oleh orang banyak dan tidak tertulis dalam kamus manapun. Bahasa prokem dapat dipahami dan dipelajari masyarkat diluar kalangan tertentu. Hal itu disebabkan oleh penyebaran bahasa prokem melalui interaksi atau komunikasi sesama yang membuatnya menjadi populer.
Pada zaman generasi Z ini, terbentuk banyak sekali bahasa prokem yang asing bagi kalangan terdahulu. Biasanya, kosakata baru muncul dari tongkrongan anak muda. Mereka menggunakannya agar terkesan lebih kekinian atau gaul. Berikut merupakan beberapa contoh bahasa prokem yang berkembang pada zaman sekarang:
- Astaga = Anjir, anjay, anjoy, anjrot, njir, astaganaga
- Asyik = Saik
- Ayo = Kuy, skuy
- Bang = Ngab
- Bebas = Sabeb
- Bisa = Sabi
- Buang air besar = Boker
- Cantik = Cans
- Ganteng = Gans
- Gila = Alig, Gokil
- Iya = Yoi, yoms, yomskru, yongkru
- Jatuh = Jokat
- Join bareng = Jebe
- Kemana = Kemans, Kemokem
- Kenapa = Kenaps, kenokap, kenapose
- Ketahuan = terciduk
- Ketawa = Ngakak, bengek
- Makan = Maem, kemek
- Merokok = Nyebat
- Mudah tertawa = Receh
- Oke = Ngoghey, Okur, Oks
- Penasaran = Kepo
- Pergi = Cabut, cabs
- Polisi = Pole
- Pulang = Balik, bakil
- Rumah = Rokum
- Santai = Santuy, sekut, selow, woles
- Sebatang = Sebats
- Sebungkus = Sebung
- Sendiri = Sendokir
- Siapa = Sokap
- Sini = Sokin
- Tidak lucu = Garing, Jayus
- Uang = Doku, dolang
- Yaudah = Yauds
Bahasa Prokem sudah berkembang jauh sebelum generasi Z lahir. Kosakata yang populer pada masa generasi sebelumnya pun masih sering dipakai oleh generasi sekarang. Contohnya, ‘bokap’ yang berarti bapak.Â
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa nonformal disamping bahasa baku sudah menjadi kebiasaan yang turun-menurun. Bahasa baku sudah dianggap kaku sejak lama. Masyarakat lebih suka menggunakan bahasa prokem karena terkesan santai. Hal ini menggeser eksistensi bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H