Pendidikan tidak hanya penting bagi anak-anak dan remaja, tetapi juga bagi orang dewasa. Orang dewasa seringkali memiliki kebutuhan dan karakteristik belajar yang berbeda dibandingkan dengan peserta didik muda. Mereka memiliki pengalaman hidup yang lebih luas, motivasi yang berbeda, dan tanggung jawab yang lebih banyak.
Dalam peran sebagai peserta didik (murid, warga belajar) yang menerapkan konsep andragogi, orang dewasa memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Dalam hal konsep diri, mereka memiliki kematangan psikologis yang memungkinkan mereka untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Mereka juga memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan mampu mengarahkan diri sendiri. Orang dewasa dapat belajar dan memperoleh pengetahuan dalam skala yang lebih luas dan memiliki kemampuan untuk memilih strategi belajar yang lebih baik, lebih efektif, dan lebih terarah. Mereka juga mampu mengatur diri sendiri (self-directing).
Dalam hal pengalaman belajar, peserta didik dewasa memiliki banyak pengalaman yang dapat dijadikan sumber daya dan kesan hidup yang berhubungan dengan orang lain. Mereka dapat menjadi sumber informasi dan materi pembelajaran yang kaya, terutama dalam mendukung pembelajaran kelompok dan berinteraksi dengan para ahli. Sistem pembelajaran bagi peserta didik dewasa dapat diarahkan ke berbagai bentuk kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, seperti diskusi kelompok, permainan peran, simulasi, dan sesi latihan keterampilan (group discussion, team designing, role playing, simulations, skill practice sessions) (Inggalls, 1973, Knowless, 1977).
Dari perspektif kesiapan belajar, orang dewasa memiliki pandangan bahwa "semua kehidupan adalah pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya persiapan untuk menjalani hidup, melainkan juga inti dari hidup itu sendiri." Setiap peserta didik memiliki pola kesiapan yang berbeda dengan orang lain, terutama dalam hal motivasi internal seperti kebutuhan akan penghargaan diri, dorongan untuk tumbuh, kepuasan atas pencapaian, kebutuhan untuk mempelajari sesuatu secara spesifik, dan rasa ingin tahu untuk belajar.
Secara umum, orang dewasa memiliki kemampuan membaca, menulis, dan menghitung, serta menguasai kemampuan verbal dan keterampilan pengambilan keputusan yang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan sosial mereka. Mereka dapat merencanakan dan menetapkan minat dan kebutuhan belajar mereka sendiri, mendiagnosis kebutuhan mereka sesuai dengan tuntutan kehidupan, dan sebagainya. Dalam pembelajaran, mereka dapat berperan sebagai narasumber, pengarah, pembimbing, fasilitator, atau teman belajar bagi peserta didik (resource person, guide, helper, facilitator, or partner for the learners) (Inggalls, 1973, Knowless, 1977, Saraka, 2001).
Meskipun begitu, pada kenyataannya masih terdapat banyak masalah dalam keefektifan pendidikan orang dewasa atau andragogi ini. Beberapa diantaranya adalah:
- Keterbatasan waktu: Orang dewasa sering memiliki keterbatasan waktu akibat tanggung jawab pekerjaan, keluarga, dan komitmen lainnya. Hal ini dapat menyulitkan mereka dalam mengambil waktu untuk belajar dan mengikuti program pendidikan formal.
- Motivasi: Beberapa orang dewasa mungkin kurang termotivasi untuk belajar karena mereka sudah merasa puas dengan tingkat pendidikan yang mereka miliki atau kurang melihat manfaat jangka pendek dari pendidikan tambahan.
- Keterampilan dan literasi: Sebagian orang dewasa mungkin menghadapi kesulitan dalam menguasai keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Keterbatasan literasi ini dapat menjadi hambatan dalam memperoleh pendidikan lanjutan.
- Akses terhadap pendidikan: Beberapa orang dewasa mungkin menghadapi kendala akses terhadap program pendidikan, baik karena lokasi geografis yang terpencil, keterbatasan finansial, atau kurangnya program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Kurangnya dukungan dan pengakuan: Orang dewasa sering kali tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari lingkungan sekitar mereka, baik dari keluarga, teman, maupun tempat kerja. Selain itu, mereka mungkin juga mengalami kurangnya pengakuan atas upaya dan prestasi mereka dalam pendidikan.
- Kurikulum yang tidak relevan: Beberapa program pendidikan orang dewasa mungkin tidak mempertimbangkan kebutuhan dan minat khusus mereka, sehingga kurikulum tidak relevan dan tidak memotivasi mereka untuk belajar.
- Tantangan teknologi: Orang dewasa yang kurang terampil dalam penggunaan teknologi dapat menghadapi kesulitan dalam mengakses dan menggunakan sumber daya pendidikan yang tersedia secara online.
- Kurangnya peluang pengembangan karir: Orang dewasa mungkin menghadapi kesulitan dalam memperoleh peluang pengembangan karir dan peningkatan keterampilan yang dapat meningkatkan mobilitas sosial dan ekonomi mereka.
Semua permasalahan ini memerlukan perhatian dan upaya yang serius untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, relevan, dan mendukung bagi orang dewasa agar mereka dapat terus belajar dan berkembang sepanjang hidup. Terdapat beberapa strategi yang dapat meningkatkan efektivitas belajar orang dewasa, antara lain:
- Menyediakan fleksibilitas waktu dan tempat: Mengakui keterbatasan waktu orang dewasa dengan menyediakan opsi belajar yang fleksibel, seperti program pembelajaran jarak jauh, pembelajaran online, atau kelas dengan jadwal yang dapat disesuaikan. Hal ini memungkinkan mereka untuk belajar sesuai dengan jadwal dan ketersediaan waktu mereka.
- Menggunakan pendekatan yang relevan: Menggunakan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan kehidupan dan pengalaman orang dewasa. Membuat hubungan antara materi pembelajaran dengan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam proses belajar.
- Memfasilitasi pembelajaran berbasis masalah: Mendorong orang dewasa untuk mengidentifikasi masalah atau tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka dan memanfaatkan pembelajaran untuk menemukan solusi. Pendekatan ini memberikan konteks nyata dan tujuan yang jelas dalam proses belajar.
- Menghargai pengalaman dan pengetahuan mereka: Mengakui pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang telah dimiliki oleh orang dewasa sebagai aset yang berharga. Membangun hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman mereka.
- Menerapkan pembelajaran kolaboratif: Mendorong kolaborasi dan interaksi antara orang dewasa dalam proses belajar. Diskusi kelompok, proyek tim, dan pertukaran pengalaman dapat memperkaya pemahaman mereka dan membangun komunitas pembelajaran yang saling mendukung.
- Menggunakan teknologi pendidikan: Memanfaatkan teknologi pendidikan, seperti platform pembelajaran online, video tutorial, atau aplikasi mobile, untuk memberikan akses yang lebih luas ke materi pembelajaran dan memfasilitasi pembelajaran mandiri.
- Memberikan dukungan dan pembimbingan: Menyediakan dukungan dan pembimbingan yang diperlukan kepada orang dewasa dalam proses belajar. Ini dapat berupa mentor, tutor, atau fasilitator yang dapat memberikan arahan, umpan balik, dan bimbingan personal.
- Mendorong refleksi dan evaluasi diri: Mendorong orang dewasa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran mereka sendiri, mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, serta mengembangkan rencana tindakan untuk pengembangan diri lebih lanjut.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, pendidikan orang dewasa dapat menjadi lebih efektif, relevan, dan mendukung dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan belajar mereka
Referensi
Ingalls, J. D. (1973). A trainers guide to andragogy: its concepts, experience and application. US Department of Health, Education, and Welfare, Social and Rehabilitation Service.Â
Knowles, A. S. (1977). The international encyclopedia of higher education.Â