Slogan "All Eyes on Papua" kini  bergema dengan kuat di Indonesia, terutama setelah kedatangan perwakilan suku Awyu dan suku Moi ke Jakarta untuk mengadu ke Mahkamah Agung. Mereka datang membawa tujuan yang sangat penting, yaitu menyelamatkan hutan adat mereka dari ancaman pembabatan oleh perusahaan. Gerakan ini tidak hanya mencerminkan perjuangan masyarakat adat Papua untuk mempertahankan tanah mereka, namun juga menyoroti berbagai isu yang mendalam terkait hak asasi manusia, keadilan sosial dan kelestarian lingkungan. Bagi suku Awyu dan suku Moi, hutan adat bukan hanya sekadar hamparan pohon dan satwa liar. Hutan adat menjadi jantung kehidupan mereka,  tempat di mana budaya, identitas, dan keberlanjutan hidup bersatu. Hutan menyediakan segala kebutuhan mereka, mulai dari bahan makanan, obat-obatan alami, hingga sumber air bersih. Selain itu, hutan juga memiliki nilai spiritual yang sangat bermakna ba gi mereka sekaligus menjadi tempat ritual adat dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Ancaman terhadap hutan adat suku Awyu dan suku Moi datang dari rencana perusahaan untuk membabat hutan tersebut demi ekspansi perkebunan dan pertambangan. Pembabatan ini tidak hanya mengancam ekosistem yang rapuh tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat yang telah hidup harmonis dengan alam selama berabad-abad. Kehilangan hutan sama saja dengan kehilangan rumah, identitas, dan mata pencaharian. Perwakilan dari suku Awyu dan suku Moi menempuh perjalanan panjang menuju Jakarta untuk mengadukan masalah ini ke Mahkamah Agung. Mereka membawa suara dan harapan masyarakat adat yang ingin hak-haknya dihormati dan dilindungi. Dalam pengaduan mereka, terungkap bahwa keputusan perusahaan untuk membabat hutan tidak melibatkan konsultasi yang layak dengan masyarakat adat, serta tidak memberikan kompensasi yang adil.
Gerakan "All Eyes on Papua" menggarisbawahi pentingnya perhatian publik dan media dalam memperjuangkan keadilan bagi masyarakat adat Papua. Dengan sorotan yang luas, baik di media nasional maupun internasional, kasus-kasus seperti ini dapat menarik perhatian lebih banyak orang dan mendorong tindakan yang konkret dari pemerintah dan pihak terkait. Perhatian yang besar juga dapat membantu mengurangi potensi pelanggaran hak asasi manusia dan memastikan bahwa suara masyarakat adat didengar. Pembabatan hutan adat tanpa persetujuan dan konsultasi yang memadai merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Masyarakat adat memiliki hak untuk mengelola dan mempertahankan tanah adat mereka sesuai dengan tradisi dan kebutuhan mereka. Perlindungan hak-hak ini adalah bagian penting dari keadilan sosial, yang harus diperjuangkan oleh semua lapisan masyarakat. Hutan adat suku Awyu dan suku Moi bukan hanya penting bagi mereka, tetapi juga bagi keberlanjutan lingkungan secara keseluruhan. Hutan tropis Papua menjadi salah satu ekosistem yang paling kaya dan beragam di dunia. Pembabatan hutan untuk kepentingan industri tidak hanya akan merusak habitat alami, tetapi juga akan berimbas pada perubahan iklim global. Melindungi hutan adat adalah bagian penting dari upaya global untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memerangi perubahan iklim.
Untuk memastikan bahwa hak-hak masyarakat Papua terlindungi terdapat beberapa langkah penting yang harus diambil. Pemerintah dan lembaga peradilan harus memastikan bahwa semua keputusan terkait pengelolaan hutan adat dilakukan dengan mempertimbangkan hak-hak masyarakat adat. Proses hukum yang dilalui harus secara transparan dan adil. Semua rencana pembangunan yang berdampak pada hutan adat harus melibatkan konsultasi yang nyata dengan masyarakat adat. Partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan adalah kunci untuk memastikan bahwa hak-hak mereka dihormati.Kebijakan pembangunan harus mempertimbangkan dampak lingkungan jangka panjang. Perlindungan hutan adat adalah bagian penting dari upaya pelestarian lingkungan.
Media dan masyarakat luas harus terus memberikan perhatian pada isu-isu di Papua. Kampanye kesadaran dapat membantu menggalang dukungan dan solidaritas untuk masyarakat adat. Komunitas internasional juga memiliki peran penting dalam mendukung hak-hak masyarakat adat Papua. Dukungan dari organisasi internasional dan negara-negara lain dapat membantu menekan pemerintah dan perusahaan untuk bertindak lebih adil.
Ungkapan "All Eyes on Papua" mencerminkan urgensi dan pentingnya perhatian terhadap isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat adat Papua, termasuk suku Awyu dan suku Moi. Kedatangan mereka ke Jakarta untuk mengadu ke Mahkamah Agung adalah simbol dari perjuangan mereka untuk keadilan dan hak-hak asasi. Dengan dukungan publik, media, dan komunitas internasional, kita dapat berharap agar suara mereka didengar dan hak-hak mereka akan dilindungi. Perlindungan hutan adat tidak hanya penting bagi masyarakat adat, tetapi juga bagi keberlanjutan lingkungan global. Semua mata harus tertuju pada Papua, demi masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H