Mohon tunggu...
Salma Dwi sabrina
Salma Dwi sabrina Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

"Thinking and Writing"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerataan Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia untuk Mengurangi Polusi Serta Kemacetan

22 Agustus 2023   21:50 Diperbarui: 22 Agustus 2023   22:13 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


AbstrakBerbicara tentang transportasi massa berkaitan erat dengan industri otomotif Indonesia. Kegagalan penyelenggaraan transportasi massa di DKI Jakarta mengimplikasikan eksistensi industri otomotif yang terus berkembang mengimplikasi dominasi alternatif berupa transportasi pribadi. Efek yang ditimbulkan sangat merugikan diantaranya kemacetan, inefisiensi waktu dan tenaga. Peran pemerintah dalam menyediakan kebijakan transportasi massa tidak luput dari “keberpihakan” menyediakan transportasi massa untuk masyarakat atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan industrialisasi otomotif. Menggunakan moda transportasi massal dalam mobilitas sehari-hari, menjadi salah satu rekomendasi yang harus dilakukan untuk mengurangi polusi udara serta kemacetan, salah satunya adalah penggunaan moda transportasi umum berbasis rel yaitu kereta api, karena Efisiensi kereta api dapat dilihat dari kapasitas angkut yang besar. Misalnya satu rangkaian kereta api jarak jauh yang terdiri dari 8 hingga 14 kereta dapat mengangkut penumpang dengan kapasitas hingga 1.120 tempat duduk sekali jalan.Kata Kunci : Pemerataan Transportasi Umum, Mengursngi polusi, KemacetanAbstractTalking about mass transportation is closely related to the Indonesian automotive industry. The failure to organize mass transportation in DKI Jakarta implies the existence of the automotive industry which continues to grow, implying the dominance of alternatives in the form of private transportation. The effects are very detrimental including congestion, inefficiency of time and energy. The government's role in providing mass transportation policies cannot escape from "partisanship" in providing mass transportation for the community or increasing economic growth with automotive industrialization. Using mass transportation modes in daily mobility is one of the recommendations that must be made to reduce air pollution and congestion, one of which is the use of rail-based public transportation modes, namely trains, because train efficiency can be seen from its large transport capacity. For example, a series of long-distance trains consisting of 8 to 14 trains can carry passengers with a capacity of up to 1,120 seats one way.Key :PendahuluanSeperti yang kita semua ketahui, Indonesia masih termasuk dalam negara yang dalam pemerataan transportasi umumnya masih belum terealisasikan dengan baik. Kadangkala, itu juga yang menyebabkan masih tetap adanya polusi pada kota-kota yang menjadi pusat aktivitas. Serta kemacetan yang mengikuti. Kalau kita bisa lihat, di beberapa kota besar di Indonesia, terumata Jakarta jika kita ambil contoh. Sudah bisa dibilang memiliki pemerataan transportasi umum yang sudah bisa dibilang cukup baik. Tetapi, terlepas dari luasnya pemerataan transportasi umum di Jakarta, masih banyak warga-warga dipinggir Jakarta yang tetap menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan transportasi umumnya yang tidak terlalu terjangkau hingga ke pinggir kota. Kalau saja di Jakarta masih banyak warga yang tetap menggunakan kendaraan pribadi, itulah yang membuat Jakarta masih tetap menjadi kota yang paling berpolusi dan juga menjadi kota yang memiliki tingkat kemacetan cukup tinggi.Oleh karena itu, mengapa saya sangatlah setuju mengenai adanya pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia dapat mengurangi polusi serta kemacetan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kota Tangerang, Tihar Sopian mengatakan asap dari kendaraan bermotor yang belum melakukan uji emisi dan tidak lolos uji emisi juga ikut memperparah kualitas udara di Kota Tangerang. Itu merupakan bukti yang menunjukkan dengan kurangnya pemerataan transportasi umum berbasis rel, warga-warga terpaksa menggunakan kendaraan pribadi yang bahkan belum melakukan uji emisi dan sangat mempengaruhi kualitas udara kearah yang tidak baik. Itu juga bisa membuktikan bahwa tanpa adanya pemerataan transportasi umum berbasis rel, polusi pun tidak akan pernah hilang.Pada Februari 2015, dalam survey yang dilakukan di kota-kota di seluruh dunia. Jakarta dinyatakan sebagai kota paling macet di dunia. Ini disebabkan karena pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi dan didominasi oleh kendaraan pribadi. Jika saja 50% dari pengguna kendaraan pribadi beralih ke kendaraan umum, permasalahan kemacetan ini dapat dihindarkan secara teknis, dengan peningkatan penggunaan transportasi umum dapat menjadi solusi kunci dari permasalahan kemacetan. Dengan makin banyaknya transportasi pribadi dijalanan, makin padatlah dan itulah yang dapat menyebabkan kemacetan dikarenakan tidak adanya pemerataan transportasi umum berbasis rel. Dan dengan banyaknya transportasi pribadi, makin banyaklah kendaraan yang mengeluarkan polusi-polusinya ke jalanan raya. Manfaat dari transportasi umum berbasis rel itu juga bisa menjadi transportasi yang digunakan untuk perjalanan yang jaraknya jauh. Dengan kecepatan yang juga bisa dibilang cepat.Jika kita bisa ambil contoh yang dapat mendukungnya, Pada waktu masa Covid-19, disaat para warga Indonesia di dorong untuk tetap menjaga diri dirumah dan mau tidak mau kita harus melaksanakan segala aktivitas didalam rumah. Pada saat itu, tingkat polusi di Jakarta mengalami penurunan. Secara keseluruhan,polusi udara di Indonesia pada saat itu membaik 42 persen. Sebesar 78 hingga 80 persen polusi diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor yang selama ini menjadi moda-moda masyarakat. Itu cukup membuktikan bahwa dengan berkurangnya transportasi pribadi di jalanan, dapat mengurangi kemacetan dan juga polusi di udara. Itu menunjukkan betapa pentingnya pemerataan transportasi umum di Indonesia hingga kota-kota paling pinggir pun sekaligus dengan diratakannya transportasi umum berbasis relnya. Yang mampu untuk menjangkau hingga jarak yang cukup jauh. Saya percaya jika pemerintah dapat melaksanakan pemerataan ini. Permasalahan kemacetan dan juga polusi, dengan perlahan akan berkurang dengan sendirinya.A.TransportasiPengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses pemindahan dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Untuk itu dengan adanya pemindahan barang dan manusia tersebut, maka transportasi merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang kegiatan ekonomi (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Soesilo (1999) yang mengemukakan bahwa transportasi merupakan pergerakan tingkah laku orang dalam ruang baik dalam membawa dirinya sendiri maupun membawa barang.Pentingnya peran sektor transportasi bagi kegiatan ekonomi mengharuskan adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien, dan efektif. Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang memenuhi kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar moda transportasi, tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan biaya terjangkau secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti beban publik sebagai pengguna jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki utilitas yang tinggi.Menurut Soesilo (1997) transportasi memiliki manfaat yang sangat besar dalam mengatasi permasalahan suatu kota atau daerah. Beberapa manfaat yang dapat disampaikan adalah:1.Penghematan biaya operasi2.Penghematan waktu3.Pengurangan kecelakaan4.Manfaat akibat perkembangan ekonomi5.Manfaat tidak langsungB.Pemetaan Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia Untuk Mengurangi Polusi Serta KemacetanPengertian kemacetan menurut Gito Sugiyanto merupakan kondisi tersendatnya atau berhentinya lalu lintas yang dikarenakan oleh jumlah kendaraan yang terlalu banyak dan melebihi kapasitas jalan yang tersedia. Seringkali kemacetan sangat memengaruhi aktivitas penduduk yang diharuskan tepat waktu dalam berbagai hal. Pemerintah berupaya memberi solusi terbaik akan masalah kemacetan mulai dari pemberlakuan Sistem Ganjil Genap di beberapa kota besar sampai pada pembangunan transportasi umum yang memanfaatkan rel.Dilansir dari Merdeka.com Kementerian Perhubungan melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek elevated rail (rel kereta api layang) di Simpang Joglo, Solo, Sabtu (8/1). Pembangunan jalur kereta tersebut, nantinya akan menghubungkan Solo dengan kota-kota lainnya, seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Pembangunan tersebut jelas berdampak besar untuk kehidupan masyarakat dalam hal efisiensi waktu. Pembangunan rel tersebut berdampak bagi beberapa daerah antara lain aksesibilitas dan mobilitas masyarakat semakin tinggi tanpa menambah risiko kemacetan yang tinggi.Rel memiliki jalur tersendiri yang tidak bisa diganggu oleh kendaraan darat lain seperti motor, mobil, bus, bahkan truk. Kendaraan umum yang melewati rel melaju tanpa kendala yang berarti kecuali terjadi kesalahan fatal pada kendaraan maupun rel. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Dalam hal ini, rel sudah memiliki nilai plus sebagai solusi mengatasi kemacetan.Poin pendukung rel yang lain yakni transportasi di atasnya tidak menghasilkan polusi yang tinggi. Contohnya adalah kereta api zaman sekarang sudah bertransformasi dari tenaga uap ke tenaga listrik. Sehingga kadar polusi menurun secara signifikan apabila pembangunan rel diratakan ke seluruh daerah di Indonesia.Dikutip dari bbc.com, Indonesia menduduki peringkat pertama negara dengan polusi tertinggi se-Asia Tenggara berdasarkan laporan World Air Quality (IQAir) 2022. Dalam daftar negara paling berpolusi di seluruh dunia, Indonesia berada di posisi ke-26. Hal itu jelas menjadi fokus yang cukup serius bagi pemerintah dan masyarakat setempat. Polusi udara tak bisa disepelekan mengingat begitu banyak dampak negatif dari polusi, mulai dari merusak ekosistem lingkungan hingga masalah kesehatan yang serius. Paru-paru masyarakat setempat yang tinggal di daerah dengan polusi tinggi tentu saja terancam kotor. Berbagai penyakit mengintai paru-paru yang disebabkan karena polusi udara.Polusi adalah suatu hal yang saat ini tidak dapat terlepas dari manusia, polusi sendiri dapat menyebabkan bahaya bagi Kesehatan manusia salah satunya adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Dilansir dari IQAir, Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia, saat ini menduduki peringkat ke-8 kota besar paling berpolusi di dunia dengan indeks kualitas udara mencapai 109 yang berarti udara tersebut tidak sehat bagi kelompok sensitif.Dengan adanya pemerataan transportasi umum berbasis rel, kendaraan umum seperti angkot, bus, dan sebagainya otomatis akan berkurang dan polusi bisa teratasi dengan baik. Transportasi umum berbasis rel pun lebih nyaman dan efisien dalam hal waktu. Sedangkan dibandingkan dengan kendaraan umum berbasis rel, transportasi yang beroperasi di jalan raya terkesan lebih kumuh dan jarang terawat dengan baik. Selain itu, angkot atau bus sangat berisiko terkena macet berkepanjangan.Maka dari itu, pemerintah perlu melakukan tindakan lanjut mengenai pengadaan transportasi umum berbasis rel dengan merata di Indonesia, baik kota besar maupun daerah yang masih terpencil. Tak bisa dipungkiri bahwa daerah terpencil sekalipun tetap memiliki polusi udara yang berasal dari kendaraan umum meski jumlahnya tidak setinggi di kota besar. Jika ditarik benang merah, polusi dapat muncul dari orang-orang yang ingin bepergian ke daerah terpencil disaat daerah tersebut tidak disediakan rel untuk transportasi alternatif. Hal tersebut sama saja mengundang polusi baik di kota maupun desa. Untuk mengatasi polusi di Indonesia, dibutuhkan keselarasan dan pemerataan solusi tiap daerah.KesimpulanPengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan yang dapat dilalui.Pengertian kemacetan menurut Gito Sugiyanto merupakan kondisi tersendatnya atau berhentinya lalu lintas yang dikarenakan oleh jumlah kendaraan yang terlalu banyak dan melebihi kapasitas jalan yang tersedia. Seringkali kemacetan sangat memengaruhi aktivitas penduduk yang diharuskan tepat waktu dalam berbagai hal.Polusi adalah suatu hal yang saat ini tidak dapat terlepas dari manusia, polusi sendiri dapat menyebabkan bahaya bagi Kesehatan manusia salah satunya adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).Oleh karena itu, mengapa saya sangatlah setuju mengenai adanya pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia dapat mengurangi polusi serta kemacetan. Dengan adanya pemerataan transportasi umum berbasis rel, kendaraan umum seperti angkot, bus, dan sebagainya otomatis akan berkurang dan polusi bisa teratasi dengan baik. Transportasi umum berbasis rel pun lebih nyaman dan efisien dalam hal waktu. Sedangkan dibandingkan dengan kendaraan umum berbasis rel, transportasi yang beroperasi di jalan raya terkesan lebih kumuh dan jarang terawat dengan baik. Selain itu, angkot atau bus sangat berisiko terkena macet berkepanjangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun