Dalam beberapa tahun ini, orang-orang banyak membahas tentang kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan buatan bukanlah hal yang baru sebenarnya. Namun banyak orang menunjukan ketertarikan pada kecerdasan buatan karena perkembangannya.
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah simulasi dari kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yang dimodelkan di dalam mesin dan deprogram agar bisa berpikir seperti halnya manusia. Sederhananya, kecerdasan buatan adalah kecerdasan robot atau mesin otomatis, seperti yang digunakan dalam perangkat elektronik yang biasa kita dipakai sehari-hari.
Banyak bidang pekerjaan yang sudah mulai menggunakan AI dan menggantikan manusia. Ketakutan akan digantikan oleh robot dirasakan oleh orang-orang yang bekerja di industri media. Karena kecerdasan buatan sudah masuk dalam media. Beberapa media telah menggunakan kecerdasan buatan sebagai fondasi utama dalam memproduksi berita.
Misalnya untuk berita kompetisi olahraga, AI bisa menulis laporan itu secara real time. Sebenarnya, dengan kehadiran AI dalam jurnalisme bisa membatu para jurnalis juga. Jurnalis bisa mencari berita lain dengan lebih fokus dan bisa mencari info lebih banyak. Menurut saya, AI tidak bisa menulis semua berita. AI sudah terprogram dengan sedemikian rupa sehingga itu membuatnya kaku, tidak fleksibel.Â
Seperti yang diungkapkan Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Nezar Patria dalam acara Rapat Kerja Nasional Siber Indonesia (AMSI) bahwa aka nada beberapa dampak hadirnya AI dalam industri media ini.
"Masuknya Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dalam media ada beberapa hal yang mesti kita perhatikan, yang pertama impact-nya terhadap konten, yang kedua terhadap tenaga kerja," kata Nezar.
Mantan direktur Berita dan Urusan Terkini di Perusahaan Penyiaran Finlandia YLE, Atte Jskelinen, berbagi proyek jurnalisme robot Voitto yang dibuat oleh YLE.
"Dalam beberapa hal, robot melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada jurnalis sungguhan. Bagian terpenting adalah algoritme, yang memutuskan apa yang dibaca dan diterima oleh pembaca. Ini membuat berita dipersonalisasi."
AI memiliki program yang canggih untuk bisa menulis berita, memilih kata-kata. Namun tetap saja akan ada yang miss. Untuk mengartikan suatu kata, manusia bisa lebih mendalami artinya.
AI memang cerdas tapi manusia lebih cerdas. Buktinya saja, manusia bisa menciptakan dan mengembangkan AI ini. Manusia yang memasukkan informasi sebelum robot atau mesin AI dijalankan.
Munculnya AI dalam industri media tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan. Adanya AI, manusia menjadi teerbantu. Tapi perluu diingat, AI memang bisa membantu manusia, tapi tidak dapat menggantikkan manusia. Manusia dapat mengembangkan idenya karena dapat berpikir kreatif.