Mohon tunggu...
salma aprilla
salma aprilla Mohon Tunggu... mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa jurusan Akuntansi yang tertarik mendalami bidang keuangan dan bisnis. Di luar akademik, saya memiliki hobi memasak, yang tidak hanya menjadi sarana kreativitas tetapi juga cara untuk mengeksplorasi berbagai budaya melalui cita rasa. Selain itu, saya juga gemar menonton drama, yang menjadi hiburan sekaligus inspirasi dalam memahami beragam perspektif kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Neraca Pembayaran Indonesia di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

5 Desember 2024   09:53 Diperbarui: 5 Desember 2024   10:12 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketidakpastian ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi tantangan besar bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, dan kebijakan moneter agresif di negara-negara maju telah mempengaruhi stabilitas ekonomi global. Dalam konteks ini, neraca pembayaran (balance of payments/BOP) Indonesia menjadi salah satu indikator penting untuk mengukur sejauh mana negara mampu bertahan dan beradaptasi terhadap dinamika global yang tidak menentu. Neraca pembayaran adalah catatan akuntansi yang mencerminkan semua transaksi ekonomi antara Indonesia dan negara lain. Secara garis besar, neraca ini terbagi menjadi tiga komponen utama, yaitu neraca transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan neraca finansial (financial account). Ketiga komponen ini saling berkaitan dan menjadi gambaran stabilitas ekonomi makro. Jika salah satu komponen terganggu, dampaknya dapat meluas pada nilai tukar, cadangan devisa, hingga kemampuan negara untuk membayar utang luar negeri.

Namun, salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia dalam menjaga kestabilan neraca pembayarannya adalah naik-turunnya harga komoditas di pasar internasional. Sebagai negara yang banyak mengandalkan penghasilan dari ekspor barang seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan nikel, ekonomi Indonesia sangat terpengaruh oleh perubahan harga barang-barang tersebut di dunia. Perubahan harga ini sering kali disebabkan oleh hal-hal yang tidak bisa dikendalikan oleh Indonesia, seperti kebijakan perdagangan negara lain, konflik antarnegara, atau perubahan jumlah barang yang tersedia dan permintaan di pasar global. Ketika harga komoditas naik, Indonesia biasanya mendapatkan keuntungan lebih besar dari ekspor, yang membantu memperkuat keuangan negara. Namun, jika harga turun drastis, terutama dalam waktu yang lama, penghasilan dari ekspor akan berkurang banyak, dan hal ini bisa membuat kondisi keuangan negara menjadi lebih sulit. Ketergantungan Indonesia pada barang ekspor seperti ini membuat negara sangat rentan terhadap perubahan mendadak yang terjadi di luar negeri.

Selain itu, normalisasi kebijakan moneter di negara maju, khususnya Amerika Serikat, juga memicu tantangan serius. Kenaikan suku bunga di AS telah menarik arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Situasi ini memberikan tekanan pada neraca finansial, terutama dalam bentuk pelemahan nilai tukar Rupiah. Di sisi lain, kenaikan harga energi global akibat perang Rusia-Ukraina juga meningkatkan biaya impor. Hal ini semakin menambah beban pada neraca pembayaran Indonesia. Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, pemerintah bersama Bank Indonesia telah melakukan beberapa langkah penting. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mendorong keberagaman dalam produk ekspor. Selama ini, ekspor Indonesia terlalu banyak bergantung pada barang-barang komoditas, seperti hasil tambang dan pertanian. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk mengembangkan produk ekspor lain, seperti barang-barang manufaktur dan jasa, agar tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan harga komoditas di pasar dunia.

Di sisi dalam negrinya, pemerintah juga berusaha mengurangi ketergantungan pada impor energi. Hal ini dilakukan dengan mempercepat pengembangan energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, serta meningkatkan eksplorasi sumber daya energi yang ada di dalam negeri. Langkah ini diharapkan bisa membantu menekan defisit dalam neraca transaksi berjalan. Agar usaha ini semakin efektif, pemerintah juga berupaya menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) dengan menciptakan lingkungan investasi yang lebih menarik dan stabil. Mengelola cadangan devisa dengan baik juga menjadi hal yang sangat penting untuk memastikan neraca pembayaran tetap stabil. Bank Indonesia memainkan peran penting dalam memastikan cadangan devisa tetap memadai untuk menghadapi volatilitas nilai tukar. Tindakan yang tepat di pasar valuta asing dapat membantu mempertahankan stabilitas nilai Rupiah meskipun menghadapi tekanan dari faktor eksternal.

Secara keseluruhan, tantangan terhadap neraca pembayaran Indonesia tidak dapat diabaikan. Namun, dengan kebijakan yang tepat, tantangan ini dapat diubah menjadi peluang untuk memperkuat struktur ekonomi nasional. Diversifikasi ekonomi, pengelolaan impor yang bijaksana, dan penguatan cadangan devisa adalah langkah-langkah strategis yang harus terus diupayakan. Dengan demikian, Indonesia dapat menjaga stabilitas ekonominya meskipun berada di tengah badai ketidakpastian ekonomi global.

Aprilla Putri Salma Khoirunnida -- Program Studi Akuntansi, Universitas Pembangunan "Veteran" Yogyakarta

Referensi:

  1. Bank Indonesia. (2024). Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal II 2024.
  2. World Bank. (2024). Global Economic Prospects.
  3. OECD. (2024). Economic Outlook for Southeast Asia.
  4. Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Statistik Ekspor dan Impor Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun