Mohon tunggu...
Salma Ainun Nafiah
Salma Ainun Nafiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang hobi menulis dan tertarik dengan isu kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Darurat HIV/AIDS

3 Juni 2023   19:36 Diperbarui: 3 Juni 2023   19:46 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kasus HIV/AIDS kembali mengalami kelonjakan signifikan dalam setahun terakhir Hal ini tentunya membuat heboh masyarakat dan mempertanyakan alasan dibalik melonjaknya kasus HIV/AIDS di Indonesia.

HIV, singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, merupakan jenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh penderitanya.

Sementara AIDS, atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Jika kekebalan tubuh menurun, maka orang tersebut rentan terserang. berbagai penyakit.

Meski kasus pertama HIV/AIDS telah ditemukan puluhan tahun yang lalu, namun data Kementrian Kesehatan menunjukkan kenaikan pada kasus HIV/AIDS di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, Jumlah ODHIV yang ditemukan periode Januari – Maret 2022 sebanyak 10.525 orang dari 941.973 orang yang dites HIV. Sedangkan pada tahun 2021, data Kementrian Kesehatan menunjukkan jumlah ODHA ditemukan yang dilaporkan sebanyak 7.650 orang dari 810.846 orang yang dites HIV.

Dengan semakin majunya teknologi dan mudahnya akses informasi mengenai HIV, sudah sewajarnya Indonesia dapat menekan kenaikan penderita HIV/AIDS. Lantas apa yang menyebabkan kenaikan penderita HIV/AIDS di Indonesia?

Merujuk pada data Kementrian Kesehatan, Jumlah ODHIV yang ditemukan pada periode Januari – Maret 2022, sebagian besar terdapat pada kelompok umur 25 - 49 tahun (67,9%) diikuti kelompok umur 20-24 tahun (17,7%), dan kelompok umur ≥50 tahun (9,5%). Data juga menunjukkan mayoritas penderita HIV/AIDS merupakan homoseksual 30,2%; diikuti heteroseksual 12,8%; dan penggunaan jarum suntik bergantian 0,7%. Dapat disimpulkan bahwa penyumbang terbesar angka pengidap  HIV/AIDS di Indonesia pada Januari-Maret 2022 adalah masyarakat dengan usia produktif dan homoseksual.

Kasus homoseksual di kalangan usia produktif khususnya remaja memang semakin marak di masyarakat. Perkembangan zaman dan globalisasi seakan menormalisasi penyimpangan dan budaya buruk yang tidak tersaring dengan tepat. Semakin banyak masyarakat dari kalangan homoseksual yang memamerkan hubungannya dengan sesama jenis di media sosial. Respon masyarakat yang baik dan seolah mendukung kegiatan tersebut tentunya membuat kalangan homoseksual yang lain tertarik untuk ikut memamerkan hubungan mereka kepada khalayak luas.

Hal tersebut diperparah dengan edukasi mengenai kesehatan reproduksi seksual yang belum maksimal. Saat ini, sekolah hanya mengajarkan mengenai kesehatan organ reproduksi serta bagian-bagiannya, namun belum maksimal dalam mengajarkan penyebaran dan cara pencegahan penyakit menular seksual. Edukasi mengenai alat kontrasepsi juga masih dianggap tabu oleh masyarakat sehingga banyak remaja khususnya komunitas homoseksual yang tidak paham bahaya dari berhubungan seksual tanpa alat kontrasepsi.

Padahal dengan edukasi seksual yang baik dan benar, khususnya mengenai pentingnya alat kontrasepsi saat berhubungan seksual, angka penderita HIV/AIDS dapat berkurang. Kita juga perlu mengedukasi masyarakat terkait pentingnya loyalitas agar tidak berganti-ganti pasangan seksual, baik untuk pasangan heteroseksual maupun homoseksual.

Pemerintah juga harus mempertegas hukuman bagi pemakai ataupun pengedar NAPZA, khususnya yang menggunakan narkotika melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian dengan pengguna NAPZA lainnya.

HIV/AIDS merupakan penyakit yang belum ditemukan obatnya bahkan hingga saat ini. Penyakit ini juga sangat mematikan dan telah memakan banyak korban. Perawatan pasien HIV/AIDS juga sangatlah mahal walaupun hanya untuk mencegah penyakit tersebut bertambah parah, bukan untuk mengobati HIV/AIDS. Sudah saatnya kita peduli dan menyadari betapa bahaya dan mematikannya penyakit ini. Kita harus mencegah penyakit ini agar tidak menginfeksi kita ataupun orang-orang terdekat kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun