Mohon tunggu...
Salma Adilah
Salma Adilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hukum di UPN VETERAN JAKARTA

saya senang menuis, membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia Menurut Pandangan Islam

21 November 2024   14:27 Diperbarui: 21 November 2024   14:27 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna yang diciptakan bertahap yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga sehingga memungkinnya untuk menjadi khalifah di bumi ini.

Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Ar-Rum ayat 20
Terjemahan: Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa Dia menciptakan (leluhur) kamu (Nabi Adam) dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang bertebaran. Ayat tersebut bermakna Allah menciptakan manusia dari tanah kemudian Dia menciptakan secara berkembang.

Menurut teori wahyu manusia adalah makhluk yang terdiri dari materil dan immateril. Hal materil berupa At-Tin (tanah), At-Turab (tanah debu), Min Shal (tanah liat), dan Min hamain masnun (tanah lumpur hitam). Hal immateril berupa Ruh manusia itu sendiri.

Proses penciptaan manusia berlandaskan dalil Al-Quran didalam QS. Al- Mu'minun: 12-14
Terjemahan:
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah. Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta.  

Manusia pun ketika berada dalam kandungan sebelum ditiupkan ruh kepadanya menusia tersebut memiliki janji kepada Allah yang berupa:
1. Mengabdi Kepada Allah (QS. Al-Bayyinah : 5)
Terjemahan:
Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).
Ayat ini Allah menegaskan bahwa kita tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah-Nya. Perintah yang ditujukan kepada manusia adalah untuk kebaikan dunia dan agama mereka, dan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.Manusia juga diperintahkan untuk mengikhlaskan diri lahir dan batin dalam beribadah kepada Allah.

2. Khalifah dimuka bumi (QS. Al-Baqoroh : 30)
Terejmahan:
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Ayat ini Allah menjelaskan asal muasal manusia sehingga menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa Nabi Adam. Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi". Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan.

3. Warrasarul Anbiya (penerus nabi)
Rasulullah bersabda:
Terjemahan:
"Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak." (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimahnya dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan: "Haditsnya shahih." Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih At-Targhib, 1/33/68)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun