Patah hati merupakan reaksi terhadap putusnya suatu relasi cinta yang dibangun oleh dua pihak. Kepedihan yang timbul ini bisa bergejala dengan gejala yang berkepanjangan. Ada beberapa gejala yang sering dikaitkan dengan patah hati, yaitu murung, tidak bersemangat menjalani hidup, sulit berkonsentrasi, ataupun menjadi sangat khawatir dengan masa depannya. Ada juga yang bereaksi marah dan frustasi ataupun berkelakuan aneh. Melakukan hal-hal yang salah tidak dipikirkan secara matang dan akhirnya kehilangan arah hidupnya. Reaksi-reaksi ini biasanya timbul karena gejolak hatinya yang berapi-api.
Setiap orang memiliki gejala yang berbeda menghadapi patah hati ini, tergantung kepribadian orang tersebut. Patah hati ini bisa sembuh seiring berjalannya waktu, tetapi untuk sebagian orang patah hati menimbulkan komplikasi seperti keinginan untuk bunuh diri atau mmbunh pasangannya. Beberapa ada yang lumph secara sosial, mengurung diri dikamar, menyendiri, dan tidak bekerja. Ada juga yang imbasnya terhadap kemampuan dalam diri, seperti tidak percaya diri, benar-benar meragukan dirinya, tidak mampu berkompetisi, merasa tidak berharga, menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya mereka lebih memilih jalan pintas yaitu bunuh diri.
Hal-hal tersebut merupakan gejala akut dalam patah hati dan butuh penanganan dari ahlinya yaitu, melalui proses konseling. Dimana konseli yaitu si penyandang patah hati dapat mengungkapkan semua keluh kesahnya atau apapun yang menyakiti hatinya pada konselor. Konseli haruslah memiliki sikap terbuka tentang masalah yang terjadi agar masalah dapat cept terselesaikan dengan baik. Konselor haruslah mendengarkan dengan baik setiap apa yang dikatakan oleh konseli dan memikirkan jalan keluar yang cocok untuk konseli. Setelah masalah tersebut dipertimbangkan baik-baik oleh konselor, maka konselor mengungkapkan cara penyelesaian masalah terhadap konseli.
Jadi, patah hati akut adalah halyang dapat mengganggu psikologi seseorang. Maka, patah hati akut butuh konseling agar tidak mengarah pada hal-hal negatif dan merugikan seperti bunuh diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H