Mohon tunggu...
Salma Neyia Iqbal
Salma Neyia Iqbal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kampanye Kesehatan Mental Beyond Labels: "Memecah Stereotip Generasi Strawberry"

25 Januari 2025   16:37 Diperbarui: 25 Januari 2025   16:37 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Strawberry

Seminar Beyond Labels Mental Health Campaign berjudul "Memecah Stereotip Generasi Strawberry" digelar pada hari Rabu, 22 Januari 2025 bertempat di Aula Kasman Singodimedjo, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta. 

Safitri Herra, S.Pd selaku pembicara membahas isu-isu krusial seputar kesehatan mental, pola komunikasi, dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini. Acara ini mengangkat tema yang sangat relevan dengan konteks sosial, khususnya fenomena "Generasi Strawberry," sebuah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang mereka umumnya penuh ide dan kreativitas, tetapi mudah goyah di bawah tekanan, layaknya buah stroberi yang tampak indah namun mudah hancur jika diinjak.

Dalam acara ini juga di sampaikan materi terkait Psikologi Komunikasi oleh Velda Ardia, S.I.Kom, M.Si yang merupakan dosen prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta.

  • Apa itu Psikologi Komunikasi?

Psikologi Komunikasi, adalah cabang ilmu yang mengkaji hubungan antara pikiran, emosi, dan perilaku manusia dalam konteks komunikasi. Dalam seminar ini, dijelaskan bahwa baik komunikasi verbal maupun non-verbal berperan penting dalam menentukan kualitas interaksi antar manusia.

  • Mengapa Komunikasi Itu Penting?

Komunikasi dipandang sebagai kebutuhan dasar manusia yang bertujuan untuk:

1. Menyampaikan pesan dan informasi.

2. Memahami diri sendiri dan orang lain, serta membangun hubungan.

3. Memenuhi kebutuhan emosional dan sosial.

Komunikasi yang efektif mengandalkan elemen verbal (ungkapan lisan) dan non-verbal (bahasa tubuh, ekspresi wajah), yang secara bersama-sama membentuk makna dalam interaksi antarpersonal.

  • Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Dijelaskan bahwa ruang lingkup psikologi komunikasi mencakup:

1. Persepsi Komunikasi

Menyoroti bagaimana orang memahami pesan yang diterima, yang dipengaruhi oleh pengalaman, nilai, dan emosi.

2. Emosi dalam Komunikasi

Emosi seperti marah, sedih, atau bahagia berdampak pada cara kita menyampaikan pesan.

3. Motivasi dalam Berkomunikasi

Menggali alasan di balik komunikasi, seperti membangun hubungan atau mencapai tujuan tertentu.

4. Komunikasi Interpersonal

Dijelaskan menggunakan teori Johari Window, yang dapat membantu menggambarkan bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihatnya.

Empat kuadran dalam teori Johari Window adalah:

Open area: Informasi yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain

Blind area: Informasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri sendiri

Hidden area: Informasi yang diketahui oleh diri sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain

Unknown area: Informasi yang tidak diketahui oleh diri sendiri dan orang lain

  • Tujuan dari Psikologi komunikasi

Pencapaian efektivitas komunikasi. Artinya, ketika seseorang memahami dengan baik psikologi komunikasi, mereka mampu menganalisis komponen lawan bicara saat berkomunikasi. Hal tersebut tentunya mampu membuat komunikasi lebih efektif.


  • Penyebab dari Generasi Strawberry

Generasi Strawberry sering kali dianggap terlalu sensitif, cenderung menghindar dari tekanan, dan enggan keluar dari zona nyaman. Di jelaskan bahwa penyebab generasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh yang tidak tepat dapat menghasilkan individu yang kurang percaya diri dan terlalu bergantung pada orang lain.

2. Tercandu oleh canggihnya teknologi

Fenomena ini membawa dampak negatif, seperti menurunnya produktivitas, berkurangnya interaksi sosial, dan ketergantungan pada dunia maya. Kecanduan gadget juga berdampak pada kesehatan mental generasi muda, berpotensi membuat mereka kehilangan motivasi dan enggan menghadapi berbagai tantangan.

3. Diagnosa Diri Dini menganggap dirinya paling tersakiti padahal hanya fikiranya

Kita harus bisa merasa bersyukur, konsepnya sesuai pikiran sendiri dimana jika pikiran baik aura baik karena kita dikelola oleh pikiran dan hati. Jangan pernah takut dengan keadaan dan kondisi, yang harus di miliki adalah value, anak muda diharapkan memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan dan membangun nilai diri yang kokoh.

4. Karakeristik Generasi (Dibentuk oleh Lingkungan)

Karakteristik generasi terbentuk dari pengalaman hidup, teknologi, dan peristiwa besar yang terjadi pada masa mereka. Pengalaman ini kemudian memengaruhi sikap, nilai, dan perilaku generasi tersebut.


  • Karakteristik Generasi Strawberry

Beberapa karakteristik yang sering tampak pada generasi ini, antara lain:

1. Cenderung emosional dan sensitif.

2. Kesulitan menghadapi tantangan di lapangan.

3. Sering bimbang dalam mengambil keputusan.

4. Lebih memilih berada dalam zona nyaman.

5. Sulit menerima kegagalan dan kurang motivasi untuk berjuang.


  • Cara Mengatasi Tantangan

Terdapat beberapa cara yang bisa kita lakukan, seperti:

1. Mengelola Pikiran dan Hati

Berfokus pada pola pikir positif untuk menciptakan aura yang baik.

2. Bersyukur

Mengembangkan rasa syukur atas apa yang dimiliki untuk meringankan tekanan.

3. Berjuang untuk Keluar dari Zona Nyaman

Menyadari bahwa zona nyaman adalah jebakan yang dapat membatasi potensi diri.


  • Dampak Negatif Jika Tantangan Tidak Ditangani

Jika tantangan ini dibiarkan tanpa penanganan, generasi muda berpotensi menjadi individu yang:

1. Tidak bijaksana dalam mengambil keputusan.

2. Mudah menyerah pada tekanan.

3. Tidak memiliki arah yang jelas dalam hidup.


Seminar ini memberikan pemahaman yang mendalam bahwa setiap individu, terutama generasi muda, memiliki tanggung jawab untuk mengelola diri mereka sendiri agar terhindar dari stereotip negatif. Dengan pemahaman yang baik, mereka dapat menghadapi berbagai tantangan mental dan sosial, serta membangun nilai diri yang kokoh untuk masa depan yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun