Mohon tunggu...
Salma Nabila
Salma Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Salma Nabila ( 23107030038 )

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dampak Pola Asuh Otoriter terhadap pembentukan karakter anak! meniti antara batasan dan kreativitas

23 Juni 2024   09:28 Diperbarui: 23 Juni 2024   09:38 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil  dari pinterest @iipereira

Pola asuh merupakan faktor kunci dalam pembentukan karakter dan perilaku anak. Salah satu pendekatan yang sering dibahas adalah pola asuh otoriter, di mana orang tua menegakkan aturan dengan tegas dan mempertahankannya secara konsisten. Namun, seperti halnya pendekatan apapun dalam pendidikan anak, pola asuh otoriter tidak terlepas dari dampaknya yang kompleks dan dapat berdampak baik maupun buruk.

Pola asuh otoriter ditandai oleh ketegasan dan kedisiplinan yang tinggi dari orang tua terhadap anak-anak mereka. Aturan-aturan ditegakkan dengan keras dan jarang memberikan ruang bagi anak untuk bernegosiasi atau berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Orang tua selalu menganggap apa yang mereka lakukan itu sudah benar sehingga tidak perlu meminta pertimbangan anak atas semua keputusan yang mengangkat permasalahan anak-anaknya. Sehingga anak juga tidak mendapat kepercayaan dari orang tua dalam hal apapun termasuk dalam mengambil keputusan. Hal tersebutlah yang membuat anak menjadi tidak mandiri dan selalu bergantung kepada orang lain.

Kadang mereka selalu membatasi ruang gerak anak. Mau main dengan siapa, tidak boleh keluar lewat jam berapa, dan banyak lagi peraturan peraturan yang membuat anak muak terus terusab dikekang. Tekanan dari orang tua inilah yang kadang membuat anak sampai berani berbohong agar bisa keluar dan main bersama teman teman, mereka bahkan bisa mengatas namakan kerja  kelompok untuk bisa keluar melebihi jam yang biasanya ditentukan, atau bahkan mereka sama sekli tidak pamit dan izin, karena mereka menganggap lebih baik dimarahi nantinya yang penting mereka bisa keluar main.  kadang orang tua lupa kalau semakin betambahnya usia anak, semakin pula dilonggarkan aturan aturan yang ditetapkan pada masa kecil, karena anak usia remaja adalah masa masa mereka pubertas, mereka merasakan jiwa muda yang senang bereksplorasi, banyak main, dan jatuh cinta. Namun orang tua sering kali tidak memperhatikan masa masa itu dan berfikir bahwa itulah hal yang terbaik. Anak remaja apalagi perempuan, pasti  merasakan jatuh cinta atau ketertarikan terhadap lawan jenis, mereka ingin bercerita kepada orang tua namun mereka takut akan dimarahi, karena mereka tau orang tua mereka tidak akan mudah menerima anaknya yang sedang dalam masa pubertas dan menceritakan lawan jenis, sehingga anak akan cenderung diam dan memendam cerita, hal inilah awal mula anak jarang cerita terhadap orang tua sendiri karena mereka tau orang tuanya tidak akan mengerti.

Mimpi anak adalah hal yang di idam idamkan agar bisa tercapai,  namun kadang malah orang tua menjadi penghambat akan mimpi anak. Orang tua ingin anaknya seperti ini, seperti itu, nurut akan apa yang orang tua katakana, namun kadang orang tua lupa menanyakan apa yang anak mreka inginkan. Pernahkah anda sebagai orang tua menanyakan pilihan apa yang ingin diambil oleh anak? Pernahkah anda membiarkan anak anda memilih sesuai apa yang mereka inginkan? Orang tua lupa, mereka menginginkan hal seperti ini seperti itu namun yang menjalani tetap anak anda. Mereka yang terjun langsung menghadapi pilihan yang orang tua mereka putuskan.

Dampak Positif dari Pola Asuh Otoriter

Meskipun kontroversial, pola asuh otoriter dapat memiliki beberapa dampak positif yang perlu diperhatikan:

  1. Kedisiplinan yang Kuat: Anak-anak cenderung memiliki batasan yang jelas dan memahami konsep kedisiplinan. Mereka belajar untuk menghargai struktur dan rutinitas, yang dapat membantu mereka mengembangkan kebiasaan yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
  2. Kemandirian dalam Keterbatasan: Meskipun mungkin merasa terbatas, anak-anak dari pola asuh otoriter sering kali membangun kemandirian dalam hal mengikuti aturan dan mematuhi tuntutan yang diberikan.
  3. Keamanan dan Konsistensi: Adanya aturan yang konsisten dapat memberikan rasa aman bagi anak-anak karena mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka dalam berbagai situasi.

Dampak Negatif dari Pola Asuh Otoriter

Namun, ada juga dampak negatif yang perlu diperhatikan dengan pola asuh otoriter:

  1. Keterbatasan Pengembangan Kreativitas: Anak-anak mungkin cenderung kurang berinisiatif dalam mencoba hal-hal baru atau mengembangkan kreativitas mereka karena terlalu banyak diarahkan oleh orang tua.
  2. Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan: Ketergantungan pada keputusan orang tua dapat menghambat perkembangan kemampuan anak untuk memilih dan mengambil tanggung jawab atas keputusan mereka sendiri.
  3. Resiko Terhadap Kesejahteraan Mental: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola asuh otoriter dapat meningkatkan risiko terhadap masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi pada anak-anak karena kurangnya pengakuan terhadap kebutuhan psikologis dan emosional mereka.

Pola asuh otoriter memiliki peran yang signifikan dalam membentuk karakter anak-anak. Meskipun dapat memberikan struktur dan batasan yang jelas, pendekatan ini juga dapat membatasi perkembangan kreativitas dan kemandirian anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara mempertahankan kedisiplinan dan memberikan ruang bagi anak untuk bereksplorasi dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.

Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang dampak dari pola asuh otoriter, diharapkan dapat mendorong orang tua untuk lebih sensitif terhadap kebutuhan individu anak mereka dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter. Dengan demikian, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan holistik anak-anak menuju masa depan yang lebih baik dan lebih seimbang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun