Mohon tunggu...
Salma Razan
Salma Razan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang suka mengikuti dunia kecantikan dan seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyeberang Batas: Petualangan Menuju Kesetaraan Gender

27 Desember 2023   21:48 Diperbarui: 27 Desember 2023   22:38 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kecil bernama Seraya, hiduplah seorang perempuan muda bernama Aisha yang bercita-cita menjadi insinyur. Meskipun lingkungannya masih kental dengan pandangan tradisional tentang peran gender, Aisha memiliki tekad kuat untuk mengejar mimpinya. Aisha tumbuh di keluarga yang memegang teguh tradisi di mana perempuan diharapkan untuk fokus pada peran rumah tangga. Meski demikian, Aisha terus mengejar ilmu teknik dengan gigih. Ia menyembunyikan buku-bukunya di bawah tempat tidur dan belajar semalaman setelah semua orang tertidur.

Suatu hari, sekolah di Seraya mengumumkan kompetisi teknologi yang besar, dan Aisha melihatnya sebagai peluang untuk membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi ahli teknologi. Namun, ketika ia mendaftar, banyak yang menertawakannya, meragukan kemampuannya hanya karena ia seorang perempuan. Aisha tidak menyerah. Dengan tekadnya, ia mulai membangun proyek inovatifnya. Ia menghadapi banyak hambatan dan ejekan, tetapi ia terus maju. Dukungan datang dari teman-teman sekelasnya yang menyadari bakat dan semangatnya.

Seiring berjalannya waktu, proyek Aisha semakin berkembang, dan berita tentang pencapaiannya menyebar di seluruh kota. Meskipun demikian, Aisha menyadari bahwa peran gender masih menjadi hambatan besar di masyarakatnya. Saat acara kompetisi tiba, Aisha tampil luar biasa. Namun, ketika ia hampir mencapai kemenangan, ada yang mencoba merendahkan karyanya hanya karena ia seorang perempuan. Ini memicu reaksi keras dari teman-teman, guru, dan bahkan beberapa orang tua yang hadir.

Cerita Aisha menjadi inspirasi bagi banyak perempuan muda di Seraya. Mereka mulai meragukan norma-norma gender yang membatasi potensi mereka. Gerakan kesetaraan gender mulai tumbuh di kota kecil tersebut, dan banyak orang mulai menyadari bahwa kemampuan tidak terbatas oleh jenis kelamin.

Pada akhirnya, Aisha tidak hanya memenangkan kompetisi tetapi juga meraih penghargaan dari masyarakatnya. Ceritanya membuka mata banyak orang tentang pentingnya mendukung impian dan bakat tanpa memandang jenis kelamin. Seraya, yang awalnya terbelenggu oleh stereotip gender, mulai berubah menjadi tempat di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengejar cita-cita mereka, tanpa dibatasi oleh norma-norma yang ketinggalan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun