Mohon tunggu...
Salma Jasmine Kamal UINJKT
Salma Jasmine Kamal UINJKT Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan - Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jadi orang yang berguna untuk diri sendiri dan semua orang, agar hidup menjadi bahagia dan sejahtera

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Novel "Ziarah" Karya Iwan Simatupang

2 Mei 2023   12:08 Diperbarui: 5 Mei 2023   18:40 4347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber Ilustrasi : Goodreads

Identitas Buku 

  • Judul Buku             : Ziarah
  • Pengarang             : Iwan Simatupang 
  • Penerbit                  : Djambatan
  • Tahun Terbit        : 1966
  • Ukuran                    : 21 cm 
  • ISBN                         : 979-428-541-2
  • Tebal Buku            : 142 Halaman
  • Latar Gambar       : Pohon yang Gersang 

Pendahuluan

Ziarah merupakan novel karya Iwan Simatupang. Novel ini diterbitkan pada tahun 1966 oleh Djambatan. Iwan Simatupang dilahirkan di Silbolga 18 Januari 1928, meninggal di Jakarta 4 Agustus 1970. Nama lengkapnya Iwan Martua Lokot Dongan Simatupang. Iwan Simatupang menempuh pendidikan HBS di Medan, menempuh sekolah kedokteran di Surabaya (tidak selesai), lalu belajar antropologi dan filsafat di RIJK University Leiden, dan Paris. Iwan Simatupang dikenal sebagai seorang sastrawan ternama serta mempunyai banyak sekali karya-karya yang dihasilkan, salah satunya novel Ziarah pada angkatan 66. 

Novel Ziarah merupakan novel yang sangat unik serta menarik untuk membacanya, karena para pembaca diajak untuk kembali pada masa lalu oleh pengarang dengan berlandaskan filsafat serta berkesinambungan.Pelukis ini  seorang pelukis ternama dan sukses.

Karya-karya seniman tersebut dikagumi banyak orang di dalam dan luar negeri,  terutama Pers lokal banyak menulis tentang pelukis ini dan karya-karyanya.  Novel Ziarah ini menceritakan kehidupan seorang pelukis yang kehilangan semangat pada cita rasa seninya. Alasannya adalah karena kematian istrinya. Ia membuang hasil karyanya dan alat lukisnya ke laut, kemudian dia hidup tanpa rumah dan bekerja serabutan dan hasil yang diperoleh ia gunakan untuk makan dan minum anggur. 

Sinopsis

Di sebuah negeri ternama bernama Kotapraja, hiduplah seorang pelukis terkenal yang tidak berdaya, kaget dan trauma dengan kematian istri tercintanya. Wanita yang tiba-tiba dinikahinya. Suatu hari, ketika dia memiliki banyak uang dan bingung, pelukis itu mencoba bunuh diri, karena ketenaran lukisannya dapat menaklukkan semua orang di dunia. Karena kebingungan tersebut, pelukis tersebut berencana untuk bunuh diri dari kamar hotel, dan setelah jatuh dari lantai atas ia menimpa seorang gadis cantik. Tanpa disadari ia memiliki hubungan fisik dengan seorang gadis cantik, hal ini membuat gempar pada akhirnya agar tidak terjadi fitnah mereka dibawa ke kantor catatan sipil untuk mengawinkan mereka.

Pelukis sangat kecewa, apalagi setelah mengetahui kematian istrinya, pelukis langsung pergi ke pemakaman pribadi, namun pengurus kuburan  tidak bereaksi positif. Pelukis tidak tahu apa-apa tentang istrinya, pelukis hanya tahu cintanya pada istrinya hal ini membuat jenazah istrinya tidak jelas, dan dia tidak memiliki akta pemakaman yang sah. Ketika walikota pergi mencarinya, pelukis itu menghilang (walikota pertama diangkat setelah digantung karena dia tidak dapat menyelesaikan masalah mengundang pelukis karena tamu asing), dan dia juga menghadiri pemakaman istri pelukis. 

Pada akhirnya pemilik kuburan menyesali perbuatannya dan jenazah istri pelukis dimakamkan atas perintah walikota. Pelukis itu tidak terlihat sampai setelah pemakaman. Ketika dia kembali ke gubuknya, dia melihat seorang wanita tua yang ternyata adalah ibu mertuanya yang sebenarnya. Menceritakan kisah panjang tentang masa lalunya yang kelam, dia menatap putranya sampai saat terakhir, yang menempatkan bocah itu dalam dilema. Sesaat kemudian si pelukis melihat bunga-bunga itu, melemparkannya ke laut dan membakar gubuknya dia membawa beberapa bunga yang tersisa ke kuburan istrinya, meninggalkan karangan bunga di batu nisan, para peziarah tidak melihat makam istrinya.

 Setelah itu, kehidupan pelukis menjadi semakin tidak stabil dia sepertinya tidak pernah percaya bahwa istrinya sudah mati. Dia biasa menunggu istrinya di suatu tempat di sekitar sudut di pagi hari, dan di malam hari dia akan menuangkan anggur ke perutnya, menyebut nama Tuhan dan memanggil nama istrinya, pertama menangis lalu tertawa. Dia terus melakukannya seperti orang gila. Saat itu petugas pemakaman datang memintanya untuk mengapur tembok pemakaman Kotapraja sesaat sebelum polisi menggeledah selebaran. 

Pelukis menerima tawaran itu, keesokan harinya mulai mengecat dinding pemakaman kota selama lima jam sehari sementara inspektur pemakaman mengawasi dari rumahnya. Karya baru pelukis menyebabkan perubahan perilaku pelukis yang pernah membuat seluruh negeri gila. Sampai walikota memecat inspektur kuburan. Tapi ketika surat mandat ditolak, walikota meninggal hanya karena kata-kata yang tidak berarti. Sebelumnya, ada kekacauan di negara itu karena pengawas pemakaman bekerja secara rasional dan memberikan instruksi kepada staf di atas kertas.

Beberapa hari kemudian si pelukis mengecat tembok kuburan, suatu hari ia bergegas pulang selama 5 jam. Inspektur kuburan terkejut dan mendatanginya dan menemukan bahwa pelukis itu ingin menyelesaikan pekerjaannya. Opster bingung, tapi pelukis menjelaskan bahwa dia tahu apa yang Opseter ingin lakukan dengannya. Selain kepentingan Opsetter sendiri, ia juga ingin sang pelukis mengunjungi mendiang istrinya. Pelaku ditemukan gantung diri keesokan harinya, ada keributan di kuburan tapi petugas kuburan kurang empati.

Pemakaman Opseter diselenggarakan dengan cepat. Setelah pemakaman, pelukis tersebut bertemu dengan kepala sekolah Opseter, yang menceritakan kisah Opseter kepadanya. Akhirnya sang pelukis datang ke Balaikota untuk melamar pekerjaan sebagai pengawas pemakaman agar bisa mengunjungi makam istri tercintanya. 

Resensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun