Jerman selain terkenal sebagai negara industri maju, belakangan ini terkenal juga sebagai salah satu dari 10 negara dengan jumlah orang gemuk terbanyak di dunia. Satu dari dua orang Jerman dewasa itu terlalu gemuk, itu berita yang saya baca di "Spiegel" belum lama ini. Â Jumlah ini meningkat dengan cepat, karena tahun-tahun sebelumnya masih di bawah 50%. Menurut laporan penelitian 'The Lancet' 64% dari jumlah tersebut adalah laki-laki, sedangkan 49% adalah wanita. Rekor ini sudah menyamai negara Amerika. Wah ...ini sudah gawat. Kebayang bagaimana kalau jumlahnya terus meningkat, bisa-bisa untuk saya dapat tempat duduk di bus atau kereta susah.
Pengukuran dilakukan berdasarkan BMI (Body-Mas-Index) seseorang. Apabila seseorang mempunyai BMI antara 20 & 25, berarti orang tersebut mempunyai berat 'ideal', BMI lebih dari 25 masuk ke golongan 'kelebihan berat badan' & BMI di atas 30 digolongkan 'terlalu gemuk' atau Adipositas. Adapun rumus dari BMI adalah: Berat Badan (dalam kg.) : (Tinggi Badan x Tinggi Badan (dalam meter). Mis. berat seseorang 49 kg & tingginya 1.6 m, maka BMI nya adalah 49 : (1.6 x 1.6) = 15.3. Jika seseorang mempunya BMI di bawah 20 dari segi medis juga dinyatakan tidak sehat.
Di satu sisi orang yang mempunya kelebihan berat badan berisiko lebih besar terkena penyakit seperti diabetes, kanker, serangan jantung & stroke, tetapi di sisi lain menurut hasil penelitian justru mereka (orang yang mempunyai BMI 25-30) mempunyai kesempatan hidup lebih lama di 'dalam waktu tertentu' dibandingkan dengan orang yang beratnya normal (ideal). Alasan-alasannya :
- lemak cair pada orang yang kelebihan berat badan bisa menjadi cadangan energi jika orang tersebut mempunyai penyakit yang akut. Proses penyembuhan pasca operasi biasanya juga lebih cepat karena cadangan energi tersebut.
-orang yang kelebihan berat badan & Adipositas secara medis lebih diperhatikan.
-tidak setiap lemak itu jelek, tergantung di mana lemak itu menyebar. Kalau lemak hanya menumpuk di perut, itu tidak bagus, karena bisa mengeluarkan Fettsäure jelek & mengirim Zytokine ke badan yang menyebabkan terjadinya peradangan. Sedangkan lemak di paha, pantat & lengan tidak berbahaya, karena lemak tersebut menangkap Fettsäure kembali, menghalangi & menahan jalannya ke hati atau otot, di mana bisa menyebabkan masalah kesehatan.
Masalah kegemukan di Jerman saat ini tidak hanya melanda orang dewasa, tetapi sudah menjangkau juga ke anak, remaja & pemuda di bawah usia 20 tahun. 1 dari 5 orang tersebut sudah masuk kategori 'kelebihan berat badan', bahkan 20% sudah 'terlalu gemuk'. Anak-anak yang mempunyai masalah berat badan kebanyakan berasal dari keluarga kurang mampu & miskin. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di depan TV atau bermain Playstation, dibandingkan melakukan aktivitas yang lain seperti olahraga, bersepeda, jalan-jalan. Karena keterbatasan uang untuk memilih makanan yang lain (makanan lebih sehat), mereka lebih sering mengkonsumsi fast-food yang banyak mengandung gula, garam & lemak. Bahkan penyakit diabetes juga sudah menyerang mereka.
Di samping faktor keturunan, masalah kegemukan bisa juga disebabkan faktor lain, seperti: kurang gerak, stress, makanan, mengkonsumsi obat-obat tertentu, gangguan metabolisme tubuh. Menurut Dr. Wolfgang Retter dari DKV, makan secara pelan-pelan juga bisa membantu menghindari kegemukan. Untuk makan kita harus menyediakan waktu 30 menit, sehingga badan punya waktu untuk merasakan kenyang & mengirim signal dari perut ke otak. Dan itu perlu waktu 20 menit sampai otak menerima signal kenyang. Selain itu makan pelan-pelan juga menghindari rasa perih dalam perut & sering kentut. Kita juga bisa menikmati makanan jauh lebih baik.
Kalau di Jerman masalah kegemukan sering dialami oleh keluarga berekonomi lemah, tetapi di Indonesia itu sebaliknya. Kegemukan kebanyakan dialami oleh keluarga mampu atau kaya. Bahkan masih banyak dari kita yang merasa senang melihat anak-anaknya gemuk, karena itu secara tidak langsung menunjukkan status simbol orang tuanya. Anak-anak yang sudah gemuk dari awalnya akan mengalami kesulitan untuk mengurangi bobot badannya di masa pertumbuhannya, apalagi kalau lingkungannya juga tidak ikut mendukung, bahkan yang paling parah, justru mem'bully' anak tersebut. Setiap orang tua pasti sayang anaknya, tetapi jangan sampai kasih sayang itu diwujudkan ke pemberian makanan yang berlebih. Hapuskan stereotip rasa senang kita jika ada orang yang mengatakan "aduh....ini anak lucu sekali, sudah gemuk, menggemaskan lagi". Untuk saya gemuk itu tidak lucu & tidak sehat, bagaimana dengan Anda ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H