Konsep Pendidikan Islam yang Berpacu pada Silaturahmi
Silaturahmi menjadi hal yang sangat mendasar untuk mewujudkan hubungan yang baik antar sesame masyarakat. Dengan silaturahmi diharapkan hidup akan menjadi lebih tenang, damai, rukun, saling menolong, saling mengasihi, dan sikap untuk lebih peka maupun toleran. Hal ini pernah dijelaskan dalam Al- Quran surah An-Nisa ayat 1 sebagai berikut
Begitu tegasnya ayat ini dalam memerintahkan umat-Nya untuk selalu bertaqwa kepada Allah dan senantiasa memelihara hubungan silaturahmi yang baik antar sesame umat beragama. Perilaku silaturahmi ini akan mengantarkan kita pada kebaikan yang tidak terduga-duga.Â
Terlebih pada keluarga yang masih terdapat hubungan nasab yaitu ibu, bapak, adik, kakak, tante, paman, budhe, pakdhe, dan juga semuanya yang masih memiliki hubungan darah dengan orang tua masing- masing. Begitu juga dengan para suami atau istri dari adik atau kakak.Â
Berziarah pun juga termasuk cara menyambung silaturahmi agar tidak terpecah belah. Dengan melakukan silaturahmi sendiri akan membangun pahala yang menjadi ladang untuk bekal nanti masuk syurgaNya, dipanjangkan umurnya, dan diluaskan rezekinya oleh Allah. Allah pun menurunkan surah yang berbunyi orang yang berkeinginan merusak silaturahmi akan mendapatkan tempat yang buruk di akhirat nanti.Â
Kandungan ini terdapat pada Surah Ar-Rad ayat 25. Itulah betapa pentingnya menjaga silaturahmi antar sesama umat yang mendapatkan keuntungan bahagia di dunia begitu juga kebahagiaan di akhirat nanti (Arsyad & Rama, 2019).
Konsep Pendidikan Islam yang Mengacu pada Kehidupan Tolong-menolong
Konsep tolong-menolong ini bukanlah soal menginginkan adanya bantuan datang, hanya memikirkan kapan pertolongan ini akan datang. Itu konsep yang salah dalam kehidupan tolong-menolong ini. Tidak diperbolehkan mengangan- angan agar muncullah suatu pertolongan untuk membantu permasalahan yang sedang dihadapi.Â
Anggapan ini seringkali diremehkan dengan hanya mencari sumber bantuan, tanpa ia melakukan terlebih dahulu untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut. Tidak seharusnya manusia mengharapkan agar mendapatkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau bahkan lainnya. Ini banyak terjadi pada manusia yang seringkali menyelewengkan hak sewenang-wenang (Arsyad & Rama, 2019).
Prinsip tolong menolong sendiri terkait pada interaksi sosial masyarakat yang terjadi pada lingkungan. Dalam pembentukan jiwa yang tolong-menolong dibutuhkan pembinaan khusus yaitu pendidikan itu. Manusia harus bisa dituntut untuk memelihara sikap tolong-menolong antar sesame umat beragama. Allah memerintahkan umatNya untuk selalu menolong tidak hanya masalah material, namun juga masalah moral untuk kebaikan, larangan yang mungkin menjadikan manusia itu menjadi lebih baik agar tidak terjerumus dalam hal buruk. Bahkan dengan memberitahu akan kebaikan yang perlu dilakukan itu sudah termasuk ke dalam sikap tolong-menolong. Begitu juga jika memberitahu akan larangan berpacaran yang menimbulkan masyarakat sadar betapa pentingnya menjaga hingga halal juga termasuk ke dalam konteks tolong-menolong. Jadi itulah hal baik yang bisa dilakukan untuk mencapai sikap tolong-menolong (Arsyad & Rama, 2019).