Sebuah frasa yang menyerukan perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat di Gaza semakin mendapatkan momentum di media sosial beberapa bulan setelah diucapkan. Kata-kata "All Eyes On Rafah" diilustrasikan melalui pengaturan tenda di latar belakang gurun, membentuk sebuah tableau mencolok yang menjadi viral. Kejadian ini terjadi setelah serangan Israel tepatnya di kota Rafah, Gaza bagian Selatan, pada hari Minggu. Serangan tersebut mengakibatkan tempat penampungan darurat terbakar, dengan penghuninya masih berada di dalamnya. Insiden tragis ini menyebabkan setidaknya 45 orang tewas.
Serangan tersebut memicu seruan kuat dari komunitas internasional agar Pengadilan Internasional (ICJ) segera menegakkan keputusannya yang memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di Rafah. Menurut pihak Israel, serangan itu ditujukan untuk menargetkan dan membunuh dua pejabat senior Hamas. Mereka juga menyatakan bahwa kebakaran yang terjadi mungkin diakibatkan oleh ledakan di gudang senjata milik Hamas yang berada di dekat lokasi serangan.
Seruan untuk penegakan keputusan ICJ semakin keras setelah serangan ini, dengan banyak pihak internasional menekankan pentingnya perlindungan bagi warga sipil di wilayah konflik. Mereka mendesak ICJ untuk mengambil tindakan tegas guna menghentikan kekerasan dan memastikan kepatuhan terhadap hukum internasional.
Komunitas internasional terus memantau perkembangan di Rafah dengan cermat, dan seruan agar ICJ segera bertindak semakin gencar. Mereka berharap bahwa dengan adanya intervensi hukum yang tegas, perdamaian dan stabilitas dapat segera tercapai di wilayah tersebut.
Hingga hari Rabu, slogan "All Eyes On Rafah" telah mendapatkan puluhan juta tayangan. Di antara selebritas yang turut membagikan slogan ini, sebagian besar melalui cerita Instagram, adalah model terkenal Bella Hadid, komedian asal Australia Celeste Barber, aktor populer Aaron Paul, serta bintang serial Bridgerton, Nicola Coughlan. Seniman Indonesia juga turut serta menyuarakan slogan ini. Keikutsertaan mereka dalam kampanye ini menunjukkan dukungan luas dari berbagai kalangan dan membantu menyebarluaskan pesan tersebut ke jutaan pengikut mereka di seluruh dunia.
Marc Owen Jones, yakni seorang profesor yang sedang melakukan studi Timur Tengah di Universitas Hamad Bin Khalifa Qatar yang memiliki keahlian dalam mempelajari disinformasi, mengungkapkan kepada NBC bahwa gambar kamp tenda yang terlihat sangat simetris tersebut tampak dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Gambar ini pertama kali diposting oleh akun X milik seorang penduduk Gaza dengan nama pengguna "The Palestinian." Gambar tersebut telah menarik perhatian luas di platform sosial, mencapai 7,1 juta tayangan pada Rabu sore. Author menyatakan bahwa gambar dan pesan yang disampaikan melalui gambar tersebut sangat efektif dalam menarik perhatian dan menyampaikan pesan yang diinginkan.
"Kehadiran selebriti dari berbagai latar belakang dalam memberikan dukungan kepada kami, khususnya dari kalangan pemain sepak bola, aktor, dan aktris, telah menjadi sorotan yang membanggakan. Dukungan ini bukan hanya sekadar bentuk perhatian, tetapi juga merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi kami dalam perjuangan mendapatkan hak-hak yang seharusnya kami dapatkan di masa depan. Keberadaan mereka, dengan segala pengaruh dan kepopuleran yang mereka miliki, memberikan harapan baru dan semangat tambahan dalam menghadapi tantangan yang kami hadapi. Dukungan ini tidak hanya memperkuat keberanian kami, tetapi juga menunjukkan solidaritas yang kuat dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi semua."
Seruan ini mengacu pada pernyataan yang dibuat pada 14 Februari oleh Rik Peeperkorn, direktur Kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Wilayah Pendudukan Palestina (OPT), setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan perintah untuk menyusun rencana evakuasi bagi kota tersebut. Dalam konferensi pers WHO di Rafah, Peeperkorn menyampaikan keprihatinannya terhadap kemungkinan masuknya Israel secara penuh ke wilayah tersebut, tempat 1,5 juta pengungsi Palestina berkumpul. Ia menggambarkan potensi dampaknya sebagai "bencana yang tak terbayangkan", yang dapat memperluas bencana kemanusiaan di luar batas imajinasi kita. Pada saat yang sama, Peeperkorn menekankan bahwa situasi di Rafah menjadi fokus perhatian internasional, terutama ketika negosiasi gencatan senjata sedang berlangsung, yang dimediasi oleh Mesir, Amerika Serikat, dan Qatar.
Slogan tersebut sejak itu diulang oleh kelompok-kelompok yang ingin menjaga perhatian dunia pada area tersebut, termasuk Save the Children, Oxfam, the Jewish Voice for Peace, dan Palestine Solidarity Campaign. "All Eyes On Rafah" juga telah digunakan sebagai seruan pada protes di kota-kota seperti Paris, London, Belanda, New York City dan Los Angeles.
Setelah serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober, di mana 1.200 orang tewas dan 250 orang disandera, Netanyahu mengatakan kemenangan melawan militan tidak bisa dicapai tanpa mengambil Rafah.
Dampak Kemanusiaan yang Menghancurkan