Sebuah Benda, Ibu dan Anak
Siang itu terasa panas, matahari berada tepat di atas kepala manusia, ketika dilihat langsung pun, dua bola mata tidak akan mampu menahan terik dan silaunya sang penguasa hari itu. Siang itu pula terdengar sebuah teriakan suara keras dari seorang anak, “Saya ingin pakai itu bu…”. Sang ibu berusaha keras menasihati anaknya yang sedang bersikeras, laksana batu karang yang menancap di tepi lautan, tidak goyah sedikitpun dari posisinya walaupun diterjang dan ditarik berkali-kali oleh gelombang pantai laut.
“Adi…Barang itu bisa membahayakan dirimu sendiri anakku”, Sang ibu mencoba memahamkan anaknya, namanya Adi, anak pertamanya yang dengan linangan air mata bahagia nama itu diberikan kepadanya. Dengan keras dan mata menatap tajam seolah2 tidak sadar bahwa sang ibu adalah orang yang mengandung dan melahirkan dia melalui perjuangan antara hidup dan mati, Adi menjawab “Tidak, saya akan tetap pakai itu, kan bagus, bisa dipakai apapun”. Sang Ibu pun merasa sedih dan prihatin akan sikap anaknya yang tidak bisa mencoba untuk mendengarkan atau bahkan memahami penjelasan ibunya. Bahkan adi dengan perasaan tidak bersalah, berpaling muka mengakhiri penjelasan ibunya, berlari menuju kamarnya sambil memasukkan sebuah pisau kecil bagus yang dia beli ditoko satu hari sebelumnya ke dalam tas kesayangannya.
Iya, itu adalah sebuah pisau, pisau kecil yang bisa dilipat yang disertai dengan kelengkapan lain, seperti obeng, pembuka botol, dan lain-lain yang dikemas dalam satu kemasan yang all in one dan compatible, bisa dibawa kemana-mana. Mengingatkan pada film lama, McGyver dengan pisau kecilnya yang digunakan untuk mengutak atik benda elektronik atau Rambo dengan pisau hebatnya untuk menhantam musuh-musuhnya. Sebuah benda yang tentunya sangat menarik bagi anak-anak seusia Adi, anak yang baru merasakan mengenakan celana biru tua dipadu dengan baju warna putih khas seragam SMP, yang sebelumnya selama enam tahun dia memakai celana merah tua dipadu dengan baju putih, laksana bendera merah putih terbalik. Adi suka sekali dengan benda itu, dibawanya kemana-mana, bahkan sebelum tidur pun, benda itu tetep dipegangnya, laksana boneka beruang kesukaan yang biasa dipeluk oleh anak-perempuan sebagai pengiring di setiap tidurnya.
Haripun berjalan, matahari di siang hari berganti bulan di malam hari seolah tak lelah dan tak henti-hentinya berkejaran, tetap setia menemani bumi. Di kala itu, ketika Adi sampai di rumah, pulang dari sekolah, seperti biasanya Adi keluar bersama-sama temannya yang lain untuk bermain di sebuah lapangan kecil di dekat rumahnya. Ketika main, tidak lupa Adi membawa serta benda kesayanganya yang disimpan baik di tasnya, tentunya tanpa sepengetahuan ibunya. Ketika Adi keluar, “hati-hati ya nak”, Sang ibu tanpa perasaan lelah selalu mengingatkan buah hatinya untuk hati-hati ketika bermain. “Ya bu….”, balas Adi sambil berlari menuju teman-temanya yang sudah menunggu di depan rumahnya.
Sesampainya di lapangan itu, Adi bercerita kepada teman-temannya, ”Teman-teman, lihat ni, bagus kan?, ni barang mahal lho..”, dengan perasaan bangga, sambil dikeluarkannya pisau itu dari tas kesayangannya, seolah hanya dia yang mampu memilikinya. Ya, memang betul, diantara teman-teman sepermainannya,dia termasuk dari keluarga mampu, karena hanya dengan menyisihkan uang jajan sekolahnya, dia mampu membeli barang yang cukup mahal, sebuah kondisi yang sangat jauh berbeda dengan teman-teman dia yang uang jajan yang dikasih orang tuannya hanya bisa untuk beli sncak dan air minum. “Wah..bagus banget”, memuji salah seorang temannya. Sedangkan teman yang lain hanya tertegun melihat benda yang ditunjukkan Adi.
Penasaran tentang pisau itu, salah seorang teman memegang benda itu dan membukanya, ternyata teman-teman yang lain pun berpikir hal yang sama, ingin memegangya. Diperebutkanlah benda itu. Adipun mencoba menahan benda itu dari rebutan teman-temanya, hingga dia terjatuh di tanah. Teman2 yang lain pun akhirnya tenang dan mencoba membantu Adi bangun dari jatuhnya, setelah melihat Adi tidak segera bangun dari jatuhnya. Ternyata setalah dibangunkan, benda itu, iya sebuah pisau, tertusuk tepat di dada Adi disertai lumuran darah segar, laksana air yang memancar langsung dari sumbernya.
“Tolong..tolong..tolong..”, sentak teriak salah seorang teman. Warga sekitar pun berdatangan. “Si Adi, anak tetangga sebelah”, sa;lah seorang warga mengeluarkan suaranya. Segeralah dipanggilnya ibu dari Sang Anak tadi di rumahnya yang tidak jauh dari lapangan itu “Bu..bu..anak ibu..anak ibu…” salah seorang warga memberitahu sambil terpatah-patah kehabisan nafasnya setelah berlari. “Iya..iya..ada apa..ada apa…?” Sang ibu bertanya dengan sedikit perasaan kuatir ketika mendengar perihal anaknya, laksana mendengar gemuruh petir dan angin yang siap membawa butiran air-air dari awan-awan hitam yang bergelantungan di langit gelap. “Anak ibu, tergeletak tertusuk pisau di dadanya”. Jawabnya. “Astagfirullah….anakku…” terkejut sang ibu mendengar kabar itu, ternyata yang dibayangkan akhirnya terjadi, butiran-butiran air itu adalah air bah besar yang dengan kerasnya menghantam hati lemah sang ibu, seperti air bah yang menyapu habis pohon-pohon di lereng pegunungan. Segera sang ibu bergegas berlari menuju anaknya dan memeluk Adi, “Ya Alllah, nak..nak…Ibu sudah menasihatimu berulang kali, kenapa kau belum paham”, suara sang ibu dalam rintihan dan tangisan sambil mengingat betapa dulu sang ibu tiada hentinya menasihati sang anak yang ruhnya sudah terlepas dari jasadnya seiring dengan tertusuknya pisau di dadanya.
Subhanallah…Betapa sesuatu yang menurut kita baik, belum tentu baik juga untuk kita. Bisa jadi sesuatu itu memberikan susuatu yang tidak baik kepada kita atau bahkan membahayakan kita. Pendapat pribadi tentunya banyak kelemahan, di saat itulah kita perlu membuka telinga kita seraya mendengarkan nasihat dari orang lain. Kita perlu berpikir bijak tentang kapan dan bagaimana kita menggunakan susuatu. Segala sesuatu mempunyai ruang dan waktunya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H