Mohon tunggu...
Salimatur Rokhimah
Salimatur Rokhimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetap setia pada proses. Jika proses berhenti maka kamu mati.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Teori Konflik Lewis A Coser

29 September 2022   01:29 Diperbarui: 29 September 2022   01:36 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Yang ketiga, konflik dapat membantu mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi. Protes terhadap perang Vietnam memotivasi kalangan anak muda untuk pertama kali berperan dalam kehidupan politik di Amerika. Dengan berakhirnya konflik Vietnam muncul kembali semangat apatis dikalangan pemuda Amerika.

Yang keempat, konflik juga dapat membantu fungsi komunikasi. Sebelum konflik, kelompokkelompok mungkin tidak percaya terhadap posisi musuh mereka, tetapi akibat konflik, posisi dan batas antar kelompok ini sering menjadi diperjelas. Oleh karena itu individu bertambah mampu memutuskan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam hubungannya dengan musuh mereka. Konflik juga memungkinkan pihak yang bertikai menemukan ide yang lebih baik mengenai kekuatan relatif mereka dan meningkatkan kemungkinan untuk saling mendekati atau saling berdamai.

Menurut Lewis A Coser konflik dibagi menjadi dua yaitu Konflik Realistis dan Konflik Non Realistis. Konflik Realistis berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan, sedangkan Konflik Non Realistis merupakan konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak.

Lewis A Coser juga menyatakan bahwa terdapat suatu kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik realistis tanpa sikap permusuhan atau agresi, seperti contoh pada kasus antara anggota rismas kedua masjid pada contoh awal. Namun jika konflik berkembang dalam hubungan hubungan yang intim, maka pemisahan antara konflik realistis dan non realistis akan lebih sulit untuk dipertahankan. 

Semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih sayang yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan dibandingkan mengungkapkan rasa permusuhan. Lewis Coser juga menyebutkan katup penyelamat ( savety -- value ) sebagai suatu mekanisme khusus atau penyelesaian yang berfungsi sebagai jalan keluar untuk meredakan permusuhan,

Secara teoritis fungsionalisme struktural dan teori konflik  terlihat dapat diperdamaikan dengan menganalisa fungsi-fungsi dari konflik sebagaimana diuraikan oleh Lewis Coser ini. Tetapi harus diakui bahwa dalam banyak hal, konflik juga menghasilkan ketidak-berfungsian, atau disfungsi. Artinya, fungsi-fungsi yang disebutkan oleh Lewis Coser itu tidak seberapa dibandingkan dengan ketidak-stabilan atau kehancuran yang disebabkan oleh konflik itu.

Lewis A Coser adalah salah satu tokoh yang mencoba mempersatukan antara teori konflik dan teori fungsionalisme structural. Hal yang membedakan beliau dari pendukung teori konflik lainnya adalah ia menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelompok sedangkan pendukung teori konflik lainnya memusatkan Analisa mereka pada konflik sebagai perubahan social.

Teori Konflik diperkenalkan oleh Lewis Alfred Coser, ia lahir tanggal 27 November 1913 dari keluarga borjuis Yahudi di Berlin, Jerman, dari ayah seorang bangkir, Martin dan ibu Margarete Coser. Lewis Coser tumbuh berkembang menjadi seorang aktifis. Ia bukan seorang yang istimewa disekolah, namun ia gemar membaca. 

Tahun 1941 ia mulai mempublikasikan artikel di sejumlah jurnal, antara lain di Partisan Review, Politics dan The Nation. Ia juga menulis beberapa artikel di berbagai penerbitan yang beraliran kiri menggunakan nama pena Louis Clair untuk artikel artikel Partai Sosialis dan Europicus untuk Partai Pekerja. Pada tahun 1942 ia menikah dengan seorang perempuan bernama Rose Laub dan dikaruniai dua anak yaitu Ellen dan Steven.

Pengalaman pendidikannya diperoleh dari Columbia University. Setelah lulus ia diterima menjadi dosen ilmu social di Universitas Chicago tahun 1948 dan pada tahun itu pula ia memperoleh naturalisasi sebagai warga negara Amerika Serikat. Ia memperoleh gelar doctor di Universitas Columbia pada tahun 1951.

Setelah hamper 20 tahun di Brandeis, ia menjadi guru besar sosiologidi State University of New York di Stoony Brook (SUNY) tahun 1969 dan menetap hingga tahun 1987 ia memperoleh penghargaan sebagai guru besar Emeritus dibidang Sosiologi di SUNY, dan juga menjadi guru besar sosiologi di Boston College. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun