Mohon tunggu...
Salim An
Salim An Mohon Tunggu... -

"Abdi Rakyat"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nusantara jadi Sampah Refleksi Akhir tahun 2013

31 Desember 2013   10:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika Rupiah menjadi 10 besar mata uang sampah di dunia.

Ketika Tukang becak mati karena keracunan nasi basi, padahal hidup dengan kejujuran.

Ketika Seorang pemimpin dengan mudah memutuskan dan mencabut sabdo nya atau bahasa Amerikanya “Plin plan.”

Ketika Rakyat meninggal bertaburan karena bencana Sinabang seakan akan kita membisu bagaiakan negeri yang tak biadap.

Ketika kecelakaan yang menyebabkan meninggalnya nyawa manusia tanpa hitungan matematis bagaikan bangkai binatang.

Sadarlah ketika para pemimpinnya berebut kekuasaaan yang pada akhirnya hanyalah korupsi.

Sadarlah ketika para pemimpin tidak mengetahui makna dan berubahan Undang Undang Dasar 1945 yang kebablasan.

Sadarlah kedaulatan telah mengarah kepada Individualisme, Ketuhanan yang mengarah kepada Agama, Persatuan bagaikan federalisme terselubung, Kerakyatan yang bukan penjelmaan rakyat, Pemilu yang hanya akan menimbulkan polarisasi masyarakat.

Sadarlah Amandemen telah menciptakan tirani rakyat, kepentingan daerah menjurus kepada federalism. Negara sudah tidak bisa lagi melindungi rakyatnya.

Sadarlah Rakyatku ini bukan negeri James Medison, Ini adalah Indonesia dengan Pancasilanya. Kita telah berada dipersimpangan kembalillah sebelum runyam dan renungkanlah sebelum memasuki tahun 2014, jangan hanya berfoya foya dan berpesta negera ini milik rakyat bukan tirani yang Dzolim, Berdoalah dengan bantuan Alam dan seisinya niscaya Tuhan Yang Maha Kuasa Akan memberikan Jalan menuju kebaikan karena Doa dan kebaikan Anda yang baca ini.

Selamat menjemput tahun Baru 2014, tahun Anomali kepemimpinan Nasional.

(Salim si Penggembala)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun