Revolusi Ad Hoc Berbasis
Dzikir Daud
Juli 2013, Yahoo menurunkan berita, China akan mencetak sawah dengan Rp 20 triliun di tanah Jawa. Hasil produksinya akan dijual di dalam negeri, menggunakan buruh local dan ahli-ahli pertanian Negara yang digaji Negara untuk mendukung swasta negeri China ini maka marahlah para pemuda karena tersinggung nasionalismenya sementara para pejabat diam seribu basa seolah berita tersebut tak menghina sendi-sendi dasar sebuah bangsa merdeka.
Sungguh ini menyedihkan sekaligus menggembirakan.
Menggembirakannya, ternyata masih banyak yang berpikir waras. Ribuan komentar pun muncul berhari-hari. Tua muda, guru, pendidik dan pelajar yang tercerahkan dimana-mana merasakan kemarahan yang sama. Namun sayangnya, jika kepada mereka diajak menggagas lagi sebuah people power tiba-tiba kita jadi beku. Buat apa reformasi, kalau ujungnya-ujungnya jadi repot nasi? Bukankah reformasi hanya berhasil menumbangkan satu Soeharto di Jakarta tapi menumbuhkan ribuan Soeharto-soeharto kecil di daerah, di tubuh partai, di birokrasi pusat hingga desa?
Pertanyaan lain mengemuka pula. Mungkinkah gerakkan rakyat bisa memenangkan peperangan melawan penguasa korup yang diback up oleh konspirasi internasional macam Bank dunia dan IMF?
Pertanyaan ini naïf. Pada kenyataannya sejarah perubahan seakar-akarnya (revolusi) berbasis agama memberikan banyak contoh bagaimana penguasa dan militer yang kuat pun dapat dihancurkan jika Allah menghendaki.
Hancurnya tirani megah Fir’aun, untuk menunjuk contoh nafsu abused of power yang telah sampai ke titik hingga “menuhankan” dirinya, kurang apa mereka dengan bala tentaranya yang megah dan kuat? Atau ambilah kejadian perang besar yang diinisiasi Nabi Daud[1] yang hanya bermodalkan “batu” penghalau kambing gembalaannya. Sejarah peperangan para nabi melawan kemungkaran penguasa banyak yang dimulai dengan “logistic” perang seadanya.
Di negeri ini pun pernah terjadi “bambu runcing” dapat menghalau penjajah bersenjata modern yang telah bercokol 350 tahun lamanya.
Sekarang, apa yang kita takutkan?
Pelajaran dari Gerakkan “Dzikir Daud” membuktikan tak ada “badai” buatan manusia yang tak bisa dihentikan.