bismillahirrohmanirrohim.
Saya mencoba untuk mengulas kembali apa yang telah disampaik oleh penceramah tarawih semalam, senin (1/8) di Masjid Kampus UGM, Amin Rais.
Beliau megulas tentang dua permisalan yang diberikan Alloh pada QS. An Nahl ayat 75 dan 76. Berikut terjemahan ayatnya yang saya ambil dari http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/16/70 :
Ayat 75. Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui [833].
[833] Maksud dari perumpamaan ini ialah untuk membantah orang-orang musyrikin yang menyamakan Tuhan yang memberi rezki dengan berhala-berhala yang tidak berdaya.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Abbas r.a. mengatakan, bahwa ayat di atas diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki dari kalangan kaum Quraisy dan hamba sahaya miliknya. Dan sehubungan dengan firman-Nya, "Dua orang lelaki yang seorang bisu..." (Q.S. An-Nahl 76) Ibnu Abbas mengatakan pula, bahwa ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Usman bin Affan dan seorang hamba sahaya miliknya yang membenci Islam kemudian hamba sahaya itu menganjurkan Usman untuk tidak bersedekah dan berbuat amal kebaikan. Maka turunlah firman-Nya yang di atas tadi.
Ayat 76. Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid yang menceritakan, bahwa ada seorang lelaki badui datang menghadap kepada Nabi saw. lalu lelaki badui itu bertanya kepada Nabi saw. Maka Nabi saw. membacakan kepadanya firman Allah swt., "Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal." (Q.S. An-Nahl 80) kemudian lelaki badui itu menjawab, "Ya." Selanjutnya Nabi saw. meneruskan bacaannya, "Dan dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kalian merasa ringan (membawa)nya di waktu kalian berjalan dan waktu kalian bermukim." (Q.S. An-Nahl 80) Lelaki badui itu menjawab, "Ya." Kemudian Nabi saw. membacakan kepadanya semua ayat tersebut sedangkan lelaki badui itu hanya menjawab, "Ya," hingga sampailah bacaan Nabi saw. kepada firman-Nya, "Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian agar kalian berserah diri kepada-Nya." (Q.S. An-Nahl 81) Akan tetapi setelah pembacaan ayat di atas lelaki badui itu berpaling pergi dari Nabi saw. dengan begitu saja. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Mereka mengetahui nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir." (Q.S. An-Nahl 83).
Dari kedua ayat di atas adalah
permisalan HAMBA YANG TERBELENGGU (DIKUASAI) dan HAMBA YANG MERDEKA.
Kita yang berIMAN kepada Alloh 'azza wajalla', mentaati apa yang diperintahkan serta menjauhi semua larangan, termasuk perintah untuk berpuasa sebulan lamanya yang bertujuan untuk membentuk insan BERIMAN serta BERTAKWA.