Mohon tunggu...
salimah
salimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahaiswa UIN SGD Bandung

mahasiswa kebanyakan hobi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Fenomena HTS dan Aplikasi Kencan: menelusuri dinamika hubungan Generasi Z

15 Desember 2024   20:55 Diperbarui: 15 Desember 2024   20:52 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena Hubungan Tanpa Status (HTS) dan penggunaan aplikasi kencan di kalangan Generasi Z mencerminkan perubahan signifikan dalam cara mereka memandang hubungan romantis. Keduanya menunjukkan kecenderungan untuk menjalin kedekatan emosional tanpa komitmen yang mengikat, yang dapat dipahami dari berbagai perspektif.HTS, yang merujuk pada hubungan romantis tanpa label formal, menjadi populer karena menawarkan kebebasan dan fleksibilitas. Gen Z, yang dikenal dengan pola pikir terbuka dan keinginan untuk mengeksplorasi, cenderung memilih HTS untuk menghindari beban komitmen yang sering kali dianggap mengganggu fokus mereka pada karier dan pendidikan. Mereka lebih suka menjalin hubungan yang tidak terikat, sehingga dapat menikmati kedekatan emosional tanpa tekanan untuk berkomitmen secara jangka panjang.Beberapa alasan mengapa HTS menarik bagi Gen Z antara lain:
Tanpa adanya label atau tuntutan untuk setia, Gen Z merasa lebih bebas untuk menjelajahi hubungan dan merasakan kedekatan tanpa risiko emosional yang tinggi.Banyak dari mereka lebih memilih untuk berkonsentrasi pada pendidikan dan pengembangan karier, sehingga hubungan yang tidak terikat dianggap lebih sesuai dengan prioritas hidup mereka.
 Dengan meningkatnya angka perceraian dan biaya hidup yang tinggi, banyak Gen Z ragu untuk terlibat dalam hubungan serius yang berujung pada pernikahan.
Namun, meskipun HTS menawarkan kebebasan, ada risiko kesehatan mental yang perlu diperhatikan. Ketidakjelasan dalam hubungan dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakpastian emosional, serta potensi konflik akibat kurangnya komunikasi yang jelas.
Aplikasi kencan seperti Tinder, Bumble, dan Tantan semakin menjadi pilihan bagi Gen Z untuk mencari pasangan atau teman. Dengan fitur-fitur yang memudahkan interaksi, aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk menjalin hubungan dengan cara yang lebih santai. Menariknya, survei menunjukkan bahwa hampir setengah dari pengguna aplikasi kencan di kalangan Gen Z mencari hubungan jangka panjang.
Namun, penggunaan aplikasi kencan juga membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Banyak pengguna melaporkan mengalami stres dan kecemasan akibat perbandingan sosial dan penilaian diri yang sering terjadi di platform tersebut. Hal ini dapat memperburuk citra tubuh dan harga diri pengguna.
Secara keseluruhan, fenomena HTS dan penggunaan aplikasi kencan di kalangan Gen Z mencerminkan perubahan besar dalam norma sosial dan ekspektasi dalam hubungan. Sementara HTS memberikan kebebasan dalam menjalin kedekatan emosional tanpa komitmen, risiko kesehatan mental akibat ketidakpastian emosional harus tetap diperhatikan. Begitu pula dengan aplikasi kencan, meskipun menawarkan kemudahan dalam mencari pasangan, dampak psikologis dari penggunaannya perlu dikelola dengan bijak.
Generasi Z tampaknya berada di persimpangan antara keinginan untuk menjelajahi hubungan dengan kebutuhan akan keamanan emosional. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk memahami batasan dan risiko dari pilihan-pilihan ini agar dapat menjalani hubungan yang sehat dan memuaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun