Mohon tunggu...
Salik Dharma Setiawan
Salik Dharma Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Hobi Audio

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Metode suku kata untuk mengatasi hambatan membaca siswa sekolah dasar

12 Desember 2024   20:37 Diperbarui: 12 Desember 2024   20:37 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metode Suku Kata, Solusi Atasi Hambatan Membaca Siswa Disleksia
BATU, KOMPASIANA - Hambatan membaca masih menjadi tantangan serius dalam dunia pendidikan dasar di Indonesia. Di SDN Bumiaji 1, Kota Batu, sebuah program intervensi menggunakan metode suku kata dapat membantu seorang siswi kelas 4 penyandang disleksia meningkatkan kemampuan membacanya.
"Hambatan membaca bukan sekadar masalah akademis, tetapi bisa berdampak pada aspek psikologis dan sosial anak," kata Salik sebagai pembuat program tersebut, Selasa (20/11/2024). Menurutnya, siswa dengan kesulitan membaca sering mengalami penurunan kepercayaan diri dan berisiko mengalami perundungan dari teman sebayanya.
Program intervensi yang berlangsung selama satu bulan ini merupakan bagian dari program magang mahasiswa di Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Batu. Dimana program ini menerapkan metode suku kata, sebuah pendekatan yang memecah kata menjadi unit-unit lebih kecil untuk memudahkan proses pembelajaran.
Metode suku kata terbukti efektif membantu siswa dengan kesulitan membaca. Pendekatan ini memungkinkan siswa mengenali pola dalam kata-kata dengan lebih mudah. Metode ini juga membantu siswa membangun kepercayaan diri karena mereka bisa melihat kemajuan bertahap dalam kemampuan membaca mereka. Program yang terdiri dari 16 sesi pertemuan ini mencakup berbagai kegiatan terstruktur. Dimulai dari menulis huruf abjad menggunakan buku halus, membaca suku kata dasar, hingga membaca buku digital. Setiap sesi berlangsung selama satu jam dan dilaksanakan empat kali dalam seminggu.
"Program ini menunjukkan perubahan dalam kemampuan membaca subjek setelah dilakukan tes, meski perubahannya masih belum signifikan sesuai dengan standar kelas 4 SD," jelas Salik. Ia menambahkan bahwa ruang belajar yang kurang kondusif dan durasi sesi yang terbatas menjadi kendala utama program ini.Data menunjukkan bahwa kesulitan membaca yang tidak ditangani sejak dini dapat berdampak serius pada prestasi akademik siswa di tingkat pendidikan selanjutnya. Kondisi ini semakin mendesak mengingat banyaknya siswa yang masih mengalami kesulitan membaca saat memasuki kelas IV sekolah dasar.Program ini merekomendasikan beberapa langkah strategis untuk pengembangan ke depan. Pertama, perlunya pelatihan rutin bagi guru tentang metode suku kata. Kedua, pentingnya keterlibatan orang tua melalui panduan dan workshop tentang cara mendukung anak di rumah. Ketiga, perlunya evaluasi berkala untuk memantau perkembangan siswa.
Melalui program ini, SDN Bumiaji 1 membuktikan bahwa dengan metode yang tepat dan dukungan semua pihak, hambatan membaca pada siswa dapat diatasi secara efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun