Prinsip-prinsip dalam keuangan publik Islam, seperti keadilan, transparansi, dan kesejahteraan kolektif, menjadikannya sebuah kerangka kerja yang relevan dalam menjawab berbagai tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi masyarakat modern. Dalam opini ini, kita akan membahas bagaimana optimalisasi keuangan publik Islam dapat mendorong kesejahteraan sosial dan bagaimana penerapannya dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, di mana sebagian dari hartanya harus diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Dalam konteks negara, zakat dapat menjadi salah satu sumber pendapatan publik yang signifikan jika dikelola dengan baik. Pengelolaan zakat yang optimal memungkinkan pemerintah untuk mendistribusikan bantuan kepada golongan yang kurang mampu, seperti fakir miskin, yatim piatu, dan kelompok rentan lainnya. Dengan sistem ini, pemerintah tidak hanya mampu mengurangi kesenjangan sosial, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya.
Wakaf adalah pemberian aset yang dikelola untuk tujuan kemanusiaan atau kepentingan umum. Misalnya, wakaf tanah dapat digunakan untuk membangun rumah sakit, sekolah, atau tempat ibadah. Pengelolaan wakaf yang profesional dapat menciptakan dampak jangka panjang bagi masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, manfaat dari wakaf terlihat melalui adanya layanan pendidikan atau kesehatan yang terjangkau bahkan gratis bagi masyarakat kurang mampu.
Dalam ekonomi modern, banyak negara menghadapi masalah utang berbasis bunga yang memberatkan. Dalam Islam, riba dianggap sebagai praktik yang tidak adil karena dapat menimbulkan ketimpangan ekonomi dan menguntungkan pihak tertentu di atas penderitaan pihak lain. Sebagai alternatif, pemerintah dapat mengadopsi pembiayaan syariah melalui instrumen seperti sukuk (obligasi syariah). Sukuk memungkinkan negara untuk mendapatkan pembiayaan bagi proyek-proyek infrastruktur tanpa melibatkan bunga. Dalam konteks ini, masyarakat juga dapat berpartisipasi sebagai investor, sehingga menciptakan hubungan saling menguntungkan antara pemerintah dan rakyat.
Optimalisasi keuangan publik Islam juga dapat dilakukan melalui pengelolaan pajak yang sesuai dengan prinsip syariah. Dalam Islam, pajak (dalam bentuk kharaj atau jizyah) hanya boleh dipungut jika benar-benar diperlukan dan harus digunakan untuk kepentingan umum. Dengan demikian, transparansi dan akuntabilitas menjadi elemen penting dalam pengelolaan pajak. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat dapat merasakan manfaat dari pajak yang dikelola secara transparan melalui pembangunan fasilitas publik, seperti jalan raya, jembatan, atau layanan kesehatan yang memadai.
Keuangan publik Islam tidak hanya berbicara tentang bagaimana dana diperoleh, tetapi juga bagaimana dana tersebut digunakan. Pengeluaran publik harus diarahkan pada hal-hal yang memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat luas. Misalnya, anggaran pendidikan harus diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sementara anggaran kesehatan harus memastikan akses layanan kesehatan yang merata. Prinsip efisiensi dan keadilan dalam pengeluaran ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat modern yang semakin kompleks.
Namun, penerapan keuangan publik Islam tidak terlepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip dasar keuangan Islam. Banyak orang yang masih menganggap bahwa sistem ini hanya relevan bagi umat Muslim, padahal nilai-nilai seperti keadilan, transparansi, dan kesejahteraan sosial bersifat universal. Oleh karena itu, diperlukan edukasi yang lebih luas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat dari sistem keuangan publik Islam. Pemerintah, akademisi, dan lembaga-lembaga keuangan syariah memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman yang komprehensif kepada masyarakat.
Tantangan lain adalah resistensi terhadap perubahan dari sistem konvensional ke sistem syariah. Banyak pihak yang merasa nyaman dengan sistem yang sudah ada dan enggan untuk mencoba hal baru. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu memberikan insentif bagi lembaga yang mengadopsi prinsip-prinsip keuangan Islam. Misalnya, memberikan keringanan pajak bagi perusahaan yang menggunakan pembiayaan syariah atau mengalokasikan dana khusus untuk penelitian dan pengembangan instrumen keuangan syariah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI