Mohon tunggu...
muhammad ainun najib al-fauzani
muhammad ainun najib al-fauzani Mohon Tunggu... -

seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih banyak daripada yang dilihat orang lain, melihat lebih jauh daripada yang dilihat orang lain, dan melihat sebelum orang lain melihat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teks dan Interpretasi

20 April 2012   14:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:22 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pemikiran etika membutuhkan tahapan sistematiasi dan sophistic intelektual yang maju. Sebelum munculnya teologi dan filsafat pada abad ke-8 dan ke-9 aktivitas semacam itu benar-benar terputus. Pada komentator al-qur’an, ahli hadits dan ahli hokum telah berusaha dalam analisis dan interpretasinya melibatkan aktivitas intelektual yang sungguh-sungguh dalam arti luas. Akan tetapi aktivitas tersebut berhubungan erat dengan sumber-sumber aslikebenaran al-qur’an dan sunnah dan kurang menggunakan akal sebagai karakter aktivitas dialektika dan rasional murni, dengan kesan koherensi dan kompherensifnya. Yang muncul dalam proses ini adalah serangkaian pandangan dan refleksi moral dan bukan teori etika dalam bentuk baku.

Untuk memperluas usaha yang telah dilakukan oleh para komentator, para ahli hadits dan ahli hukum menerangkan atau menjustifikasikan ethos moral al-qur’an dan sunnah. Usaha mereka dalamlapangan etika dapat dikatakan untuk menyusun substansi apa yang kitra sebut moralitas spiritual. Disini ditekankan bahwa kami membedakan dengan jelas antara dua level atau strata dalam perkembangan etika al-Qur’an ; (a) ethos al-Qur’an dan sunnah dalam bentuk asli belum diinterpretasi, dan (b) teori-teori etika yang dibangun oleh tiga kelompok penulis tersebut di atas. Kami mempercayai perbedaan kedua level ini sangat penting. Karena merupakan ethos yang sama-sama membentuk konflik interpretasi teoritis dan etis yang dilakukan oleh kelompok filosof dan teolog.

Ethos al-Qur’anadalah konsep yang sangat kabur dan elusife. Yang paling dapat kami lakukan untuk memperoleh pandangan yang sama tentang ethos ini adalah menerangkan dan mengiventarisasi ayat-ayat al-Qur’an yang mencakup tiga masalah pokok seperti tercatat dalam pendahuluan yaitu; (a) hakikat benar dan salah, (b) keadilan dan kekuasann Tuhan, dan(c) kebebasan dan tanggung jawab moral. Problem-problem ini di bentuk sesuai dengan bahan pembahasan etika di lingkungan hukum, teologi dan filsafat, sekalipun problem-problem itu tidak berada dalam hakikat kasus yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan subside lainnya.

Di tulis kembali dari buku Etika dalam islam; Majid Fakhri,1996. Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun