Saya mendefenisikan urban garden sebagai pertanian di lahan yang sempit di perkotaan dengan desain landscape berbentuk taman, di mana tanaman yang dikembangkan memadukan antara sayuran, buah buahan, bunga, tanaman obat, dan peternakan yang dilakukan secara teritegrasi.
[caption id="attachment_403581" align="aligncenter" width="302" caption="Memanfaatkan celana bekas untuk tempat menanam daun selada."]
Berikut pengalaman saya melakukan praktek pertanian urban garden yang dapat menjadi bahan referensi jika Anda ingin mencoba di rumah Anda yang tidak memiliki lahan yang luas. Perlu Anda ketahui lahan yang saya gunakan berukuran 5 m x 8 m, di dalamnya kami menanam banyak tanaman untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Dengan konsep ini kami mengemat anggaran rumah tangga antara Rp 400,000-600,000/bulan.
[caption id="attachment_403582" align="aligncenter" width="484" caption="Memanfaatkan pot pot bekas untuk menanam sayur"]
Tujuan utama dari urban garden yang kami lakukan adalah memenuhi kebutuhan keluarga terkait pemenuhan makanan sehari-hari. Namun, tak jarang tetangga di sekitar rumah juga dapat menikmati hasil usaha ini. Dengan melakukan pertanian seperti ini, kami telah mengurangi biaya untuk membeli berbagai sayuran dan buah-buahan, semua kebutuhan tersebut telah terpenuhi. Alhasil kami dapat menghemat pengeluaran rumah tangga khususnya untuk membeli kebutuhan sehari-hari sehingga uang tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lain, seperti tabungan, jalan-jalan, dan lain-lain.
[caption id="attachment_403583" align="aligncenter" width="504" caption="Beberapa pupuk organik dan pestisida nabati yang dapat dibuat sendiri."]
Dalam pelaksanaan urban garden yang kami lakukan, lokasi kami desain menyerupai taman sehingga kita selalu senang berada di lokasi tersebut. Selain itu, lokasi ini dapat menjadi tempat rekreasi dan relaksasi untuk keluarga. Di lokasi itu kami menanam berbagai tanaman yang kami butuhkan untuk keperluan sehari-hari, seperti cabe, bawang, tomat, terong, timun, paria, kacang panjang, semangka, melon, kangkung, sawi, daun selada, bayam, Â sereh, pohon salam, mangga, papaya, jahe, kunyit, lengkuas, kencur, berbagai tanaman bunga dan tanaman obat, yang keselurahannya ditata sedemikian rupa. Tak lupa kami menanam tumbuhan yang bersifat pupuk dan tidak disukai atau tanaman pengalih perhatian hama.
[caption id="attachment_403584" align="aligncenter" width="322" caption="Memanfaatkan toilet bekas untuk tempat menanam bayam"]
Untuk kebutuhan pupuk, kami membuat pupuk organik sendiri, di antaranya pupuk hijau, kompos, dan pupuk cair dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang berasal dari bahan organik, seperti air kelapa, air cucian beras, air cucian ikan, kotoran hewan, dedaunan, dan serasah. Sementara untuk mulsa, kami memanfaatkan sisa-sisa potongan rumput di halaman yang biasa dibuang atau dibakar, serta memanfaatkan sisa-sisa dari meja yang berbahan softboard atau mencari sisa gergajian kayu untuk menjadi mulsa organik. Semua termanfaatkan secara maksimal.