Mohon tunggu...
salahudin tunjung seta
salahudin tunjung seta Mohon Tunggu... Administrasi - Individu Pembelajar

Mohon tinggalkan jejak berupa rating dan komentar. Mari saling menguntungkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gaung Pembebasan Palestina dan Orang yang Buang Sampah Sembarangan

21 Mei 2021   15:12 Diperbarui: 21 Mei 2021   16:52 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Palestina dan Indonesia. Sumber Foto: ASPAC (Asia Pacific For Palestine)

Selain itu, bahkan terdapat PFLP/Popular Front for the Liberation of Palestine/Al-Jabhah al-Sha'biyyah li-Tahrir Filasthin dengan George Habash sebagai tokoh pendiri, partai ini berasaskan Komunisme, yang mana sebagaimana Hammas, PFLP pun memiliki sayap paramiliter yang bernama Brigade Abu Ali Mustapha. Sedangkan kondisi luar negeri atau hubungan luar negeri Palestina menunjukkan bahwa Palestina mendapatkan banyak dukungan yang tidak hanya datang dari negara Islam tetapi juga datang dari negara yang banyak disebut oleh kalangan Islam sebagai negara Atheis, yaitu Negara Republik Kuba dan Korea Utara. 

Bahkan mendiang Fidel Castro sebagai seorang Komunis dan mantan Presiden Republik Kuba, semasa hidupnya secara tegas pernah menyatakan dukungan terhadap Palestina dengan menandatangani manifesto internasional yang menuntut Israel untuk menghormati resolusi PBB yang telah disepakati tahun 1967. Dengan 2 dasar tersebut masyarakat Palestina tidak alergi dengan para komunis yang ikut berjuang. Namun pengakategorisasian yang dibuat oleh mayoritas kelompok Islam di Indonesia menutup mata fakta kedekatan Komunisme dengan perjuangan rakyat Palestina. Pengkategorisasian ini yang oleh Nassim Nicholas Taleb akan membuat orang dikagetkan dengan kejadian yang nantinya terjadi. Di sisi lain fakta-fakta tersebut menyatakan bahwa monopoli isu agama dalam isu kemanusiaan Palestina hanya akan menyesatkan ke depannya.

 Di sisi lain bukan tidak mungkin akan mengakibatkan munculnya tragedi kemanusiaan yang baru dengan monopoli isu agama dalam isu kemanusiaan Palestina, sebagaimana tragedi kemanusiaan yang bersifat rasial seperti pada Perang Dunia Kedua terhadap etnis Yahudi. Hal tersebut dapat terjadi karena pengkategorisasian isu Palestina sebagai isu agama.

Semangat keagamaan (tentu bukan dalam arti positif) yang menyempitkan isu kemanusiaan Palestina sebagai isu Islam vs Yahudi merupakan wujud dari keberagamaan di Indonesia yang menglorifikasikan simbol agama tetapi malah memisahkan dan membuat semakin jauh dari realitas sosial. Hal ini sebenarnya akibat gagalnya sebagian orang Islam di Indonesia, menurut saya, dalam memahami manusia sebagai mahluk sosio-historis, yaitu pembuat sejarah dan penggerak zaman.

Video yang sempat viral pada musim mudik tahun ini yang menunjukkan rombongan orang berjubah putih yang mengendarai mobil mini bus sedang dicegat oleh tim dari pos penyegatan mudik 2021. Alih-alih berkomunikasi dengan petugas untuk mencari jalan keluar atau mengetahui persyaratan untuk melintasi batas wilayah ketika musim mudik 2021, sekelompok orang tersebut malah berdoa dengan bersuara lantang, seperti menyuruh Tuhan untuk turun dan menyelesaikan masalah yang ia buat sendiri. Bagi saya itu merupakan penghinaan terhadap Tuhan, karena merendahkan Tuhan dengan menyuruhNya menyelesaikan masalah yang dibuat oleh mahluk ciptaanNya.

Eko P Darmawan dalam bukunya yang berjudul Agama Itu Bukan Candu,dengan didahului penjelasan gagasan dari Feuerbach seorang filsuf Jerman mengenai hakekat manusia, menjelaskan bahwa Akal Budi, Perasaan dan Kehendak sebagai daya atau kekuatan ilahiah yang berada pada masing-masing individu, dalam kehidupan dunia ini ditujukan untuk dikembangkan hingga menyatu dengan ketakterbatasan atau mensemesta (Eko P Darmawan, 2005:186). Artinya bahwa dalam kehidupan beragama (mengaktifkan daya ilahiah tersebut) harus dibenturkan dengan realitas kehidupan untuk menciptakan kondisi dunia yang nyaman dan damai agar dapat ditinggali oleh semua suku bangsa, oleh karena itu, Eko P Darmawan menyebutkan individu manusia menyatu dengan ketaktebatasan.   

Manusia yang mensemesta berarti telah beragama dengan sejatinya. Karena menciptakan dunia untuk bersama. Bukan untuk kelompoknya, sehingga menyikirkan yang lain, ataupun peduli dengan keberlangsungan kehidupan bersama dengan memperhatikan keberlangsungan Bumi. Karena menurut Ulil Abshar Abdalla sebagaimana mengutip dari gagasan Ibn 'Arabi menyebutkan bahwa dalam diri manusia terdapat unsur ilahiah atau Nafkhah, tiupan Tuhan (Ulil Abshar Abdalla, 2020:57)

Pemuda yang mengenakan pakaian bertuliskan "Free Palestine" tetapi membuang sampah di aliran sungai merupakan wujud dari manusia yang menggaungkan Free Palestine tetapi mengakategorisasikan perjuangan Palestina sebagai wujud dari bagian perjuangan kelompoknya saja, agamanya (identitas) saja. 

Mengapa ? Karena kontradiksi dalam diri si Pemuda tersebut disebabkan oleh kehidupan keberagamaan yang menjauhkan diri dari realitas sosial sehingga unsur ilahiah dalam diri manusia (Akal Budi, Perasaan, dan Kehendak) tidak aktif yang tergambar dari bagaimana si pemuda tersebut dengan tanpa bersalah membuang sampah pada aliran sungai. 

Ketika unsur ilahiah tersebut tidak aktif maka keberagamaan yang tersisa hanya dogma, maka pembebasan Palestina diarahkan pada sebuah semangat dogma agama, mempersempit atau mengkategorisasikan konflik kemanusiaan Palestina sebagai konflik agama. Dampaknya akan sangat besar, dapat berupa bentuk penindasan yang baru. Agama sebagai Dogma tidak ubahnya membesarkan anak macan dalam keluarga domba ! Ketika anak macan belum tumbuh dewasa mungkin dia bukanlah ancaman, tetapi ketika tumbuh besar, maka dia adalah ancaman bagi lingkungan keluarga domba.        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun