Bagi mahasiswa berburu makanan enak adalah sebuah keharusan, tetapi berburu makanan murah adalah sebuah kewajiban. Tak bisa dipungkiri jika makanan enak dan murah bisa ditemukan ditempat ini, Warteg. Warteg atau Warung Tegal banyak ditemui dimana-mana terutama didaerah lingkungan kampus, karena mencari target pembeli para mahasiswa. Mahasiswa yang cenderung memilih makanan yang murah demi keuangan yang hemat, menjadikan Warteg adalah pilihan. Bukan tanpa alasan Warteg menyediakan makanan yang enak dan porsinya yang lumayan banyak dan tentunya ramah di kantong para mahasiswa. Di Indonesia, Warteg adalah salah satu pilihan makanan yang sangat populer. Selain harganya yang terjangkau, keberadaan Warteg juga sangat mudah ditemukan di hampir setiap sudut kota. Tak heran jika Warteg menjadi salah satu pilihan utama dan efektif bagi para mahasiswa untuk mengisi perut mereka di tengah kesibukan kuliah.Salah satu alasan mengapa Warteg menjadi pilihan mahasiswa adalah karena harganya yang terjangkau. Dengan budget yang terbatas, mahasiswa dapat mendapatkan porsi makanan yang cukup dengan harga yang sangat wajar, bahkan hanya dengan uang lima ribu rupiah saja.
Warteg menyediakan berbagai macam jenis lauk dan aneka sayur. Jenis-jenis lauk yang disediakan termasuk lauk berkuah seperti semur, soto dan sayur lodeh. Sedangkan jenis lauk yang di goreng dapat berupa tempe goreng, tahu goreng, ikan goreng atau ayam goreng. Selain itu, Warteg juga menyediakan nasi dan sambal yang membuat makanan lebih lezat dan cocok dengan selera orang Indonesia.Tidak hanya menyajikan makanan enak dan murah, Warteg juga menyediakan tempat makan yang nyaman dan bersih. Terdapat ruang makan dalam ruangan atau bahkan di luar ruangan yang disediakan dengan meja dan kursi yang enak untuk duduk sambil menikmati makanan.Warteg merupakan tempat makan yang sangat populer di Indonesia. Mahasiswa juga sering berkumpul di Warteg untuk mencicipi kuliner tradisional Indonesia dan bertemu dengan teman-teman baru. Mereka juga bisa membicarakan kuliah atau kegiatan bersama sehingga tempat makan ini menjadi tempat yang tepat untuk berkumpul dan bernostalgia.
Dalam sejarah nya  Warteg muncul sekitar tahun 1960 an, Sejarah Warteg beriringan dengan pembangunan infrastruktur yang ada di ibu kota. Saat itu presiden soekarno ini mempercepat pembangunan lalu dimanfaatkan oleh warga tegal yang banyak pergi ke ibu kota untuk jadi buruh proyek bangunan . Lalu momen ini juga dimanfaatkan pula oleh para istri pekerja yang berjualan nasi ponggoh disekitaran lokasi pembangunan. Nasi ponggoh adalah nasi putih lauk sambal tempe dan tahu yang dibungkus daun pisang, yang saat itu harga nya sangat murah tetapi masih terasa lezat, nasi ponggoh memang nasi khas dari tegal yang sudah ada berabad-abad yang lalu. Semenjak saat itu nasi ponggoh diminati oleh para pekerja bangunan. Lalu seiring berjalan nya waktu para penjual ini membuat sebuah warung kecil berukuran 3x3 untuk mengembangkan usahanya. Dan mereka berjualan didekat tempat pembangunan proyek tersebut. Lalu pada sekitar 1990 an Warteg mulai tersebar di beberapa permukiman warga. Dalam sejarah Warteg ada orang yang paling berjasa dalam perkembangan Warteg, ialah Mbah Bergas. Dia adalah sosok yang meyakinkan orang-orang tegal saat itu untuk berjualan dan merantau ke ibu kota.
Dalam eksistensi nya Warteg memang menjadi favorit bagi banyak kalangan, seperti Warteg Pitulas yang berada di Jl.Gegerkalong tengah, Kec.Sukasari . Warteg ini sudah berdiri sejak 25 tahun yang lalu, H.Karyad pemilik dari Warteg ini mengaku sudah sejak tahun 1997 sudah berjualan Warteg didaerah gegerkalong. Tempat yang cukup dekat dengan kampus membuatnya dagangannya laris laku terjual. Karena pasalnya banyak mahasiswa yang datang untuk mencari makan yang murah dan enak, Warteg Pitulas ini menjadi salah satu pilihan bagi mahasiswa disana." Alhamdulillah Menguntungkan, karena bisa menjadi pilihan mahasiswa dalam mencari makanan yg harganya bersahabat di daerah kampus"Ucap Karyad sang pemilik Warteg(22/03/23). Â selain mahasiwa Warteg Pitulas juga diminati oleh berbagai kalangan, dari pekerja hingga para driver ojek online. Untuk menarik peminat para driver ojek online Warteg Pitulas ini sengaja memberikan bonus es teh gratis bagi Ojek Online yang makan ditempat, "Ya kami sengaja sediakan supaya memikat para driver ojol untuk makan di tempat Warteg kami" Ujarnya (22/03/23). Â Hal ini sengaja dilakukan supaya memberikan ciri tertentu bagi Warteg itu supaya menjadi pembeda dari Warteg yang lain, karena disana juga terdapat beberapa competitor Warteg."Setiap Warteg punya ciri khas masing-masing, Warteg kami selalu menjaga kualitas makanan supaya pelanggan tidak merasa kecewa" ujarnya (22/03/23).
Usaha Warteg ini ternyata cukup menjanjikan pasalnya Warteg Pitullas ini mendapatkan penghasilan yang cukup lumayan perharinya."Kurang lebih 1-2 jt tergantung pendapatan dalam perharinya" Ujar sang pemilik Warteg Pitulas(22/03/23). Sebuah penghasilan yang cukup menjanjikan terlebih Warteg ini buka 24 jam, belum lagi Warteg Pitulas ini mempunyai 9 cabang. " Kebetulan Warteg Pitulas Bahari mempunyai 9 Cabang. Untuk lokasinya berada di Lembang, Gerlong, Sarijadi, Jalan Jurang, Cibogo, Sumber Sari, Lengkong Besar, Jalan Sudirman, dan Cabang baru akan dibuka di Sukahaji" ujarnya (22/03/23). Warteg Pitulas ini memang sengaja membuka cabang di daerah kampus, karena untuk menjembatani mahasiswa yang lapar dan keuntungan yang akan didapatkan, karena berjualan didaerah kampus merupakan sebuah investasi jangka Panjang. Namun, terkadanag Warteg Pitulas mengalami masalah pendapatan, Ketika libur kuliah tiba. Jika Kuliah sedang Libur, kebanyakan mahasiswa pulang ke rumah nya masing-masing, alhasil pedagang sekitar kampus akan merasakan dampak nya. "pasti ada, kalau daerah kampus pas mahasiswa libur itu menjadi pengaruh buat penghasilan Warteg itu sendiri" ujarnya (22/03/23)
Dalam usaha kuliner seperti ini, Inovasi haruslah diperlukan. Bukan tanpa alasan, Warteg ini dalam sejarah nya sudah cukup lama, jika inovasi tidak digaungkan, maka usaha-usaha Warteg seperti ini akan kalah saing dengan usaha kuliner lain nya. Meskipun biasanya Warteg memang diminati oleh orang yang secara kondisi ekonomi nya menangah kebawah, karena ingin mendapatkan harga murah, dan biasanya mengesampingkan rasa, bagi mereka asal makanan itu banyak dan murah saja itu sudah cukup. Alhasil memang Warteg mempunyai Streotipe untuk masyarakat menengah kebawah yang dimana mereka tidak membutuhkan inovasi karena ditakutkan menambah harga jual, sehingga hal yang mereka cari dari Warteg, menjadi hilang jika semua naik. Namun itu bukanlah alasan untuk para pemilik usaha Warteg,inovasi memang harus terus dibutuhkan untuk bisa bertahan di industri kuliner, karena bagaimana pun dunia terus berjalan, teknologi kini semakin amat sangat cepat jika dikelabui. Dalam usaha Warteg ini memang harus ada campur tangan teknologi supaya tidak ketinggalan zaman, seperti hal nya Warteg Pitulas ini, mereka mengembangkan usaha Warteg nya dengan mendaftarkan Warteg nya ke aplikasi pencari makanan online, supaya bisa terus berkembang dan bisa dinikmati oleh siapa pun dan kapanpun tanpa harus datang langsung ke tempat. Hal tersebut dilakukan selain untuk inovasi tetapi juga untuk menambah penghasilan bagi Warteg Pitulas itu sendiri." Untuk meningkatkan penghasilan Warteg Pitulas di beberapa cabang ada yang bisa dipesan melalui penjualan online seperti Gofood,Grab food dan Shopee food" Ujarnya (22/03/23).
Selain distribusi yang diperhatikan, umumnya Warteg-Warteg sekitaran kampus harus memperhatikan hal ini, yaitu menyediakan pembayaran non cash, atau pembayaran elektronik. Hal ini tidak bisa disepelekan, karena pembayaran dengan sistem cash bagi mahasiswa adalah sebuah masalah lagi, karena para mahasiswa biasanya tidak mempunyai uang cash. Mahasiswa biasanya malas untuk menarik uang. Maka biasanya para mahasiswa memilih untuk mencari tempat yang menyediakan pembayaran non tunai untuk pilihan mereka makan, supaya mereka bisa makan tanpa harus menarik uan terlebih dahulu. Karena hal tersebutlah para pemilik Warteg harus memikiran untuk menyediakan pembayaran non tunai, supaya tidak kehilangan pembeli yang tidak mempunyai uang cash. Jika Warteg menyediakan pembayaran non tunai atau pembayaran elektronik, maka para mahasiswa pun masih bisa menikmati makanan Warteg tanpa harus menarik uang terlebih dahulu, dan Warteg pun tidak kehilangan pembeli.
Dalam melakukan sebuah usaha tentunya akan ada badai yang selalu menerpa, tidak terkecuali dengan usaha Warteg, biasanya masalah yang selalu menimpa usaha Warteg adalah harga bahan pangan yang naik. Begitu pula dengan Warteg Pitulas ini "biasanya terjadi lonjakan harga bahan baku setiap menjelang ramadhan maupun hari besar lainnya tapi untuk Warteg kami sendiri tetap konsisten pada harga yg telah di tetapkan" ujar karyad (22/03/23). Kenaikan harga sembako dapat memiliki dampak yang signifikan bagi para pedagang Warteg . Warteg biasanya menjual makanan yang tergolong dalam kategori makanan pokok seperti nasi, sayuran, telur, dan tahu. Jika harga sembako naik, maka biaya produksi dan persediaan bahan makanan Warteg juga akan naik, yang pada gilirannya dapat berdampak pada keuntungan yang dihasilkan.
Dampak langsung dari kenaikan harga sembako pada pedagang Warteg adalah peningkatan biaya produksi. Jika harga bahan makanan meningkat, maka biaya pembelian bahan makanan akan meningkat dan biaya produksi untuk menyajikan makanan akan naik. Hal ini dapat menyebabkan pedagang Warteg harus menaikkan harga jual makanannya untuk mengimbangi biaya yang lebih tinggi tersebut.
Selain itu, kenaikan harga sembako dapat menyebabkan persediaan bahan makanan yang tersedia di Warteg menjadi berkurang. Kenaikan harga sembako dapat membuat banyak pedagang Warteg enggan untuk membeli stok bahan makanan dalam jumlah yang sama seperti biasanya, yang bisa membuat mereka kesulitan untuk menjaga kualitas dan variasi menu yang ditawarkan kepada pelanggan.Terakhir, kenaikan harga sembako dapat memengaruhi tingkat permintaan makanan di Warteg. Jika harga makanan di Warteg dinaikkan untuk mengimbangi biaya produksi yang lebih tinggi, maka pelanggan mungkin enggan untuk membeli makanan di Warteg dan beralih ke alternatif lain, seperti memasak di rumah atau membeli makanan dari tempat lain yang lebih murah.Namun, di sisi lain, pedagang Warteg juga dapat mencoba untuk menyesuaikan menu mereka untuk memperhitungkan kenaikan harga sembako. Mereka dapat mencari bahan makanan alternatif yang lebih murah, atau menambahkan pilihan menu baru yang mengurangi ketergantungan pada bahan makanan yang mengalami kenaikan harga. Selain itu, mereka juga dapat mengambil keuntungan dari situasi kenaikan harga sembako untuk memperkenalkan menu-menu baru dan lebih kreatif yang dapat menarik perhatian pelanggan.
Secara keseluruhan, kenaikan harga sembako dapat memiliki dampak yang signifikan pada pedagang Warteg, terutama jika mereka tidak dapat menyesuaikan harga makanan mereka dengan biaya produksi yang lebih tinggi. Namun, dengan mencari bahan makanan alternatif dan mencoba strategi pemasaran baru, pedagang Warteg dapat tetap bersaing di pasar yang kompetitif.Kenaikan harga menjelang bulan Ramadhan sering terjadi di banyak negara, terutama pada bahan makanan tertentu seperti daging, beras, tepung, dan minyak. Kenaikan harga ini biasanya disebabkan oleh permintaan yang lebih tinggi dari konsumen menjelang bulan Ramadhan dan terbatasnya pasokan bahan makanan.Dalam hal ini, pedagang Warteg mungkin akan mengalami kenaikan biaya produksi karena harus membayar harga yang lebih tinggi untuk membeli persediaan bahan makanan yang diperlukan. Namun, pedagang Warteg dapat mengatasi kenaikan harga ini dengan memperbaiki manajemen persediaan, mengurangi pemborosan, mencari sumber bahan makanan alternatif yang lebih murah, dan menyesuaikan menu mereka dengan bahan makanan yang tersedia dan terjangkau.