MENYIKAPI MOMEN 9 APRIL
Oleh: Salahuddin Mukhlis*)
Tepat tanggal 9 April 2014 mendatang, pesta demokrasi akan dihelat di seluruh nusantara. Momen tersebut sekaligus menjadi tonggak 5 tahunan untuk menentukan wakil rakyat yang akan duduk di parlemen baik itu untuk tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat. Semua pun berlomba-lomba menjadi caleg dan semuanya ingin jadi leg (anggota legislatif).
Fenomenanya kemudian, banyak cara yang ditempuh demi menggapai asa tersebut mulai dari membentuk tim sukses, mendekati para tuan guru atau malah tuan gurunya sendiri yang nyaleg, menempel stiker di mobil-mobil baik mobil pribadi maupun di angkot, memasang bendera di tiap perempatan ataupun di sepanjang jalan, menyebar kalender, membagikan kaos bergambar sang caleg, memaku baliho di pohon-pohon hingga ada yang melakukan ritual-ritual mistis. Beberapa cara-cara kampanye tersebut aneh memang, tetapi itulah kenyataannya.
Selain cara-cara di atas ada juga oknum caleg yang menggunakan pendekatan yang lebih elegan seperti dengan membuat video klip, menyumbang masjid dan mushalla, menebar sembako hingga bagi-bagi uang. Penulis kurang tau persis apakah hal demikian masuk katagori cost politic atau malah termasuk money politic, tetapi yang jelas apapun bentuknya jika pemberian tersebut bertujuan untuk membeli suara maka dalam kaca mata syar’i termasuk sogok menyogok dan sudah jelas hukumnya, “Orang yang menyogok dan orang yang disogok dua duanya neraka”. Demikian sabda Nabi SAW.
Dan anehnya lagi, masyarakat kita mayoritas sudah terbiasa dengan itu. Jika misalkan anda mengajak seseorang untuk mendukung salah satu caleg tertentu maka jawaban pertama yang anda dapat adalah berapa uangnya ? dia mau kasi apa ? atau ada sumbangannya nggak ?. Akan menjadi barang langka jika ada yang menjawab, bagaimana karakter dan track record caleg ini ? apa program yang ditawarkan ? dia bisa mewakili aspirasi rakyat nggak nanti di parlemen ?. Jika mayoritas masyarakat kita menjadi seperti barang langka tersebut maka insya Allah 99,99% kita bisa menghasilkan produk anggota dewan yang benar. Penulis tidak bermaksud mengatakan anggota-anggota dewan kita tidak benar tetapi kita menginginkan anggota dewan kita semuanya memang bisa mengemban amanah rakyat untuk menjadi wakil mereka dalam menjalankan fungsi budgeting, legislasi dan controling untuk setiap kebijakan-kebijakan negara.
Kita juga sudah mafhum bersama, ada teori yang mengatakan jika wakil anda jadi karena banyak mengeluarkan uang maka hal pertama yang difikirkan adalah bagaimana caranya modal bisa kembali, setelah modal kembali hal berikutnya yang difikirkan adalah bagaimana caranya mendapatkan untung. Maka habislah masa 5 tahun periodenya hanya untuk mengembalikan modal kampanye dan mencari untung besar. Politik pada waktu itu tidak ubahnya seperti transaksi bisnis hanya berfikir untung untung dan untung. Tidak ada lagi waktu untuk berfikir tentang rakyat yang diwakilinya, tidak ada lagi waktu untuk merealisasikan janji janji manis yang dulu terlontar saat pontang panting mencari dukungan dan dalam waktu yang bersamaan rakyat hanya menjadi korban maka tidak heran banyak masyarakat yang trauma dan akhirnya membuat pelesetan singkatan dari caleg tersebut dengan pelesetan macam macam.
Lalu pertanyaannya sekarang, bagaimana kita menyikapi momen 9 April yang sudah di depan mata ? saya yakin anda lebih tau soal hal tersebut, tetapi kalau boleh penulis sarankan minimal anda sikapi dengan antara lain:
Pertama, jika ada caleg yang memberikan anda uang dengan kesan menjurus pada money politic maka tolak dengan tegas. Jangan ikuti saran yang mengatakan, ambil saja uangnya tetapi jangan coblos orangnya. Bagi penulis, saran tersebut justru lebih parah dan boleh jadi bisa merusak akhlak terutama anda sebagai generasi muda penerus bangsa maupun anda sebagai orang tua yang sebagai panutan yang muda. Berkata benar walau menyakitkan, itu lebih baik. Dan bila perlu laporkan kepada Panwaslu caleg yang bersangkutan sebagai pembelajaran politik yang berharga ke depannya.
Kedua, lihat figur dan track record sang caleg. Memang untuk menjadi caleg, seseorang minimal harus punya modal sosial dan modal capital. modal sosial dalam artian dia punya karakter yang bagus dan sudah terbukti bisa berbuat untuk masyarakat, sedangkan modal capital dia punya dana yang digunakan untuk cost politic (biaya politik), jika kedua modal tersebut terkumpul dalam diri seorang caleg maka penulis sarankan segera dukung caleg tersebut tetapi minimal jika dia hanya punya modal sosial maka cukup standar untuk anda dukung. Ingat, cost politic dibolehkan dan money politic yang dilarang.
Ketiga, jika anda sudah yakin punya caleg yang bagus maka anda harus mengajak yang lainnya untuk mendukung caleg tersebut dengan sukarela tanpa mengharap anda dibayar, cukuplah harapan yang anda nyalakan adalah semoga nanti figur tersebut mampu membawa perubahan bagi kebijakan kebijakan yang akan dibuat. Kita semua harus turun tangan dan mengambil peran dalam pesta demokrasi mendatang, jangan malah anda ikut ikutan menjadi agen bagi-bagi uang dengan metode serangan fajar, jangan sampai anda menjadi pengulang dari praktek praktek kejahatan politik karena itu akan merusak pembelajaran politik yang benar bagi masyarakat.
Dan keempat menurut saya cara kita menyikapi 9 April adalah jangan golput. Jangan mengambil premis mayor sebagai landasan untuk mengambil sebuah hipotesa bahwa caleg itu semuanya rusak. Dari sekian banyak caleg yang maju di 2014 ini tentu pasti ada beberapa orang yang bagus dan orang itulah yang harus anda dukung. Kita jangan memberikan kesempatan lagi kepada orang orang yang tidak amanah untuk duduk di dewan yang kerjaannya hanya tidur pada saat sidang tetapi mari di 2014 ini kita wujudkan agar kursi parlemen diduduki oleh orang orang yang amanah yaitu orang orang yang takut kepada Allah dan sayang kepada rakyat.
Bagian terakhir yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan singkat ini adalah, kepada para caleg mari saudara saudara sportif dalam kampanye dan junjung terus ideologi politik yang benar sesuai dengan undang undang dan yang sesuai dengan akhlak, jangan memberikan contoh yang tidak terpuji kepada konstituen anda, hindari money politic dan black campaign dan yang lebih penting adalah jika anda sudah berusaha dengan maksimal, serahkan hasilnya pada yang maha kuasa agar jangan sampai rumah sakit dan klinik klinik yang sudah disiapkan khusus untuk caleg depresi terisi oleh salah satu di antara saudara-saudara. Semoga !!!.
*) Penulis adalah wakil ketua Gaspermindo NTB tinggal di Lombok Timur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H