Rindu Bertalu-talu, Novel Percintaan ala Santri

Yazid memang bersedih, tapi apa boleh buat, semua telah terjadi.  Atas kehendak Allah, orang yang menjadi pilihan hatinya harus menjalani hidup bersama orang lain.  

Tidak terlalu lama menyelesaikan novel yang ditulis oleh Yasir, hanya 67 halaman. Tetapi yang membuat kita tidak sebentar membacanya,  ketika kita menemukan kalimat-kalimat bagus yang diungkap dalam novel yang ditulis oleh Widyaswara ini, seperti kalimat-kalimat bagus yang tertuang dalam tulisan Yazid, surat untuk sahabat sejatinya, sahabat dunia akhirat.  

Ketika sampai halaman 54,  ada cerita kerinduan yang mendalam,  aktivitas riset, dan juga aktivitas keseharian.Bahasa yang digunakan membuat susah keluar dari kalimat-kalimat yang terus mengalir, enak dan terasa segar. Diksi yang digunakan membuat ingin terus ke paragraf demi paragraf.  Luar biasa,  sajian novel ini sangat nyaman dan segar.

Mengasyikkan mengikuti alur cerita.  Penulis novel ini sangat tepat dengan memberi judul Rindu yang Bertalu-talu."  Rindu yang tak pernah henti, rindu yang terus mengalir, rindu yang tak tertahan oleh ruang dan ruang waktu. Inilah cerita persahabatan dua insan berbeda gender. Sebagai mahasiswa mereka melakukan aktivitas yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. Yazid dan Farah,  dua anak muda yang memiliki integritas tinggi, mampu menahan gejolak untuk tidak melanggar norma-norma agama.

Animasi Farah yang sedang sendiri  (Sumber: Meta AI)

Akhir cerita,  Yazid harus merelakan Farah diboyong oleh orang lain yang memiliki tingkat atau derajat lebih tinggi. Farah disunting dan dinikahi oleh seorang anak pimpinan salah satu Pondok Pesantren.  Sang suami membawanya berangkat ke Arab Saudi, karena sang suami harus menyelesaikan studi S3 di sana. 

Sebenarnya Yazid sangat mencintai Farah, tetapi dia tidak pernah terus terang, hanya memberi kode, dan kode itu sebenarnya sudah ditangkap dan dimengerti oleh Farah.  Yazid pernah menyatakan bahwa mereka adalah bersahabat dunia-akhir, dan disetujui oleh Farah. Kalimat itu ternyata menjadi penghalang bagi Yazid untuk menyampaikan isi hati yang sesungguhnya.

Ketika Farah dilamar untuk dinikahi oleh anak Kiai pesantren terkenal,  Farah langsung bercerita dengan Yazid.  Tetapi Yazid hanya menyampaikan bahwa semuanya telah ditentukan oleh Allah. Sampai detik itu Yazid tidak pernah berterus terang bahwa dia sebenarnya ingin memperistri Farah. Ini berarti dia telah merelakan parah hidup bersama orang lain.  Itulah akhir cerita di bagian pertama novel ini.

Selanjutnya kita akan menunggu bagaimana kehidupan Farah bersama sang suami di negeri orang. Bagaimana Yazid menjalani hidup keseharian, masihkah ada bayang-bayang orang yang dicintainya. Masihkah dia merindukan orang yang sudah milik orang lain,  ataukah dia mencari pengganti sebagai teman hidup, dan menjalani kehidupan baru tanpa bayang-bayang Farah.

Sebagai seorang teman yang kenal dengan penulis sejak tahun 90-an. Aku tidak menyangka dia begitu rajin, begitu tekun, bahkan mampu mengungkapkan kalimat-kalimat yang sangat bagus seperti halnya seorang penulis novel terkenal. Aku tahunya dia dulu adalah sosok aktivis, yang kadang santai, sosok yang mudah bergaul, dan humoris.