"Bumi ini adalah titipan Allah. Karena  titipan, maka harus dijaga kestabilannya dengan menjaga lingkungan" Ucap Selpin Riawan di hadapan puluhan anak SD, sesekali melantangkan "zero waste...zero waste... zero waste" bersambut teriakan anak- anak dengan jari- jari tangan membentuk angka nol dan hurup W.  Itulah gambaran suasana  sosialisasi Zero Waste oleh Selpin Riawan di Sekolah Dasar Islam Korleko, Rabu, (02/10/19).
Pergantian pucuk pimpinan NTB membawa arah baru, penyempurnaan kemajuan yang dilakukan Gubernur sebelumnya, Dr. M. Zainul Majid, atau akrab disapa publik dengan  Tuan Guru Bajang. Melalui Tagline terkenal, "NTB Gemilang" semua langkah digerakkan pemerintah ZulRohmi, untuk mewujudkan kegemilangan NTB di banyak sektor: wisata, pendidikan, kesehatan, kebersihan lingkungan, industrialisasi, dan lain- lain.
Sejalan dengan program pemerintah daerah dan pusat, hajatan baik ini disambut baik seorang pemuda desa,asal Korleko, Selpin Riawan. Bergerak dari lingkungan dan desanya, ia mulai berusaha dan berjuang, menyongsong kegemilangan NTB dari lingkup terkecil.Â
Tentu, detak- pacu pergerakannya tidak mudah, apalagi berhadapan dengan masyarakat, sindiran, sikap sinis, nyinyiran, sudah banyak didapat.
Pencicip  Pendidikan Kota Yang Tinggalkan Gengsi
 Sebelum fokus bergerak di desa, Selpin Riawan dikenal sebagai lulusan S2 di salah satu Universitas di Jakarta. Usai S2, ia sempat bekerja di Kantor BAPPEDA Provinsi NTB.Â
Ia juga mengajar di salah satu kampus di Lombok Timur. Pekerjaan ini membuatnya tidak memiliki banyak waktu di desa, karena harus masuk kantor di Mataram dan mengajar di Pancor.
Jalan hidup cepat sekali berubah, disebabkan alasan tertentu, ia berhenti dari BAPPEDA, pun begitu, ia diberhentikan dari dunia dosen. Benar kata mutiara, di balik semua kejadian selalu ada hikmahnya. Kini ia fokus bergerak membangun desa tercinta.
Ia benar- benar mulai dari bawah, gerakan penanggulangan sampah menjadi hal pertama yang dilakukan. Hal ini menimbulkan banyak ujaran sinis, sindiran dan tekanan. Baik dari masyarakat bahkan keluarga.Â
Tidak mudah, namun ia tetap bergerak, mengedukasi mulai dari lingkungan sekitar. "melawan gengsi" dengan  gelar pendidikan kota dan dosen yang telah diraih menjadi tantangan awal yang harus dirobohkan.
Kemaslahatan Umat Menjadi Titik Gerak