Mohon tunggu...
Salim Rahmatullah
Salim Rahmatullah Mohon Tunggu... Freelancer - Scholarship Hunter

Scholarship Hunter I Soc-Environment Campaigner I HIMMAH NW I Blogger I Traveller and so on.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pamer Resleting

28 November 2014   00:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:40 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan kawanku berjalan menyusuri jalan raya ke arah pasar minggu, entah ada hal apa, semua mata terpana akan gerak langkah kami, mulai ketika membuka gerbang asrama, mata para pelayan wanita warteg depan asrama tampak tertegun melihat laki-laki tampan, mereka tersenyum dan saling memandang, aku sungguh tak tahu maksud senyuman mereka,atau apakah mereka telah terbuai oleh kegantengan kami? Hehehe.

Sambil bercerita tentang masa-masa kecilku, kami berjalan berkelakar, penuh canda tawa mengingat masa kecil yang koplak. Lalu kami sampai pada kumpulan wanita yang sedang duduk-duduk dengan pakaian seksi, “mas udah nggak tahan ya” ucap salah seorang dari mereka, sementara yang lainnya cengengesan. Aku dan kawanku merasa aneh, tapi tiba-tiba saja temanku bilang “nggak tahan apa? Mau gua cipoq? Sambil lari, waduh bro,,,broo,,,kalau memang nggak berani diam saja coy.

Baru beberapa meter dari tempat para wanita seksi tadi, tampak segerombolan waria lagi asyik menggoda para pejalan kaki pria, mereka menggoda layak wanita genit, ada yang kedip mata, macam-macamlah, aku nggak bisa mendeskripsikan, yang jelas aku jijik. Beberapa langkah sebelum sampai di hadapan mereka, seorang waria sudah mengedipkan mata kepadaku, tanpa pikir panjang aku dan kawanku lari kalang-kabut melewati mereka. Yaaa bagaimana nggak takut bro, warianya brewokan, ototnya pada gede lagi.

Keringat mengucur membasahi tubuh kami, yang masih sangat kuherankan sepanjang perjalanan para wanita memandang kami, ada yang tertawa terbahak-bahak, ada juga yang menutup mata, tapi bagi kami apa yang menarik? Tidak ada, apakah karena ketampanan kami? Aku tak tahu.

Tidak di jalan, di dalam toko pun sama, para wanita yang datang berbelanja dan pelayan toko wanita memandang kami sambil tertawa, aku jadi bingung, ini para wanita udah pada kesetrum dengan kegantengan kami rupanya. Ya sudah, tanpa pikir panjang, aku segera membeli barang yang akan kubeli, dan langsung mengajak temanku pulang setelah barangnya ketemu dan bayar di kasir. Dalam perjalanan pulang, aku tambah bingung lagi, ini orang sudah pada gila, atau muka kami ala-ala komedian kami diketawain habis-habisan.

Sesampai di asrama, di bawah sinar lampu Philip yang menyinari kamar kami dengan sinar terang yang berwarna putih, tiba-tiba saja temanku menjerit di depan cermin yang tertempel di lemari. “ tidaaaaaakkkkkkkkkkkkkk” suaranya melengking memecahkan gendang telinga, sontak aku mendekatinya dan bertanya ada apa bro? Ia tidak menjawb, ia hanya menunjukkan jarinya ke bawah, lalu kulihat  bawah, whatttttttttttt????? Tidakkkkkkkk!!!!! Aku  ikut melengking, tapi kemudian tertawa, mengapa tidak coy, resleting temanku terbuka sampai celana dalamnya kelihatan, dan ternyata  itulah petaka yang membuat aku dan kawanku bak orang gila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun