Mohon tunggu...
Saktya Alief Al Azhar
Saktya Alief Al Azhar Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resources

Manusia yang hobinya nulis sana-sini. Kontak Person bisa lewat Email : saktyaalazhar1400005062@gmail.com. Dengan menulis disini semoga dapat bermanfaat untuk manusia yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pertemuan Pertama

6 Maret 2016   15:06 Diperbarui: 6 Maret 2016   15:12 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Melihat sinar purnama di antara gedung-gedung kampus hijau sendiri. Itulah hobi dan rutinitas tiap malam seorang Zhen. Agak sedikit aneh memang, tapi itulah yang dilakukannya hampir tiap hari semenjak masuk kampus hijau. Mungkin itu tempat favoritnya untuk menenangkan diri dari segala rutinitas tiap hari. Anehnya, mengapa ia sendirian di sana? Ada apakah gerangan? Apakah Zhen tidak memiliki seorang sahabat atau teman dekat?

Zhen adalah orang yang terkenal menyendiri di kampus hijau, hampir semua penduduk kampus hijau tahu soal itu. Kau akan percaya jika melihatnya secara langsung malam ini di antara gedung-gedung kampus hijau. Lihatah bersamaku! Maka, kau akan tertarik dengan anak bernama Zhen itu.

Kebiasaan seperti itu mungkin tak asing bagiku. Karena aku dulu juga pernah hidup seperti anak itu, berpetualang sendiri dalam malam-malam sepi dan mencekam. Kau pasti tahu kebiasaanku dulu harusnya, sahabat. Kau kan sahabatku masak tidak paham kebiasaanku. Paham kan? Atau kau mulai lupa dengan kebiasaanku dan memilih tertarik dengan anak bernama Zhen itu? Sahabat macam apa kau ini! (menampakkan muka marah).

Santailah dulu, sahabat rumah. Kau tak paham kah soal suasana seperti ini? Memang sejak dulu kau tak pernah paham dengan kebiasaanmu yang seperti anak itu. Karena kau dulu bukan menyendiri tapi kau sendiri, kau ditinggalkan sahabat. Sudah ku katakan berulang kali bahwa kau ditinggalkan, kau sendirian! Sepantasnya aku lah yang marah ke kau, mengapa kau tak ajak anak itu sekarang untuk berkenalan denganmu? Kau akan paham dengan sendirinya persoalan-persoalan yang tengah kau hadapi.

Benarkah begitu, sahabat kopi? Aku tak terlalu yakin dengan anak itu. Seakan-akan aku harus belajar dengan anak ingusan seperti dia. Padahal aku lebih berpengalaman bukan dalam menghadapi persoalan-persoalan seperti ini. Aku lebih bisa daripada kau dan anak bernama Zhen itu. Aku lebih pintar dan bermental baja melawan persoalan kecil seperti itu, walaupun aku sendiri, aku tetap bisa sahabat! Hahaha...

(Diam dan suasana sejenak sunyi senyap tanpa suara apapun)

(Suara sepatu memecah keheningan di antara sahabat yang sedang berdebat)

Bolehkah aku berada di sini sekarang bersama kalian? Aku ingin menikmati malam-malamku di sini, biasanya sendirian namun aku bersyukur bila ada kalian di sini yang menemani. Biasanya pula aku hanya bisa mencurahkan cerita-ceritaku ke warga langit yang tak pernah sekali pun menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Namun, kali ini aku senang sekali jika ada seseorang yang menemaniku di tempat yang indah ini. Aku bertanya kembali, bolehkah aku berada di sini bersama kalian? Hihihi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun