Di dalam sebuah permainan pasti ada yang namanya pemain dan penonton. Seorang pemain akan lebih fokus dengan pertandingan yang dijalani sedangkan seorang penonton atau lebih khususnya disebut suporter ini akan terfokus melihat jalannya pertandingan. Sebagian orang beranggapan menjadi suporter mungkin tidak afdhol jika hanya duduk-duduk dan melihat jalannya pertandingan seperti layaknya penonton biasa, kebanyakan dari kita ketika menjadi suporter harusnya bersorak-sorak menyemangati suatu kelompok yang menjadi favorit kita.
Kalau berbicara tentang suporter tak akan jauh-jauh dari kata sepak bola. Betul kawan, sepak bola adalah olahraga yang hampir diseluruh penjuru dunia memiliki basis suporter paling besar dibandingkan olahraga-olahraga lainnya. Para suporter sepak bola diberbagai belahan dunia memiliki ciri khasnya masing-masing. Tapi kita sekarang tidak sedang membahas sepak bola, melainkan salah satu unsur yang ada dalam sepak bola, yaitu suporter.
Apa itu suporter ?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata suporter memiliki pengertian yaitu orang-orang yang memberikan dukungan, sokongan dalam berbagai bentuk situasi. Suporter memiliki cara-cara tersendiri untuk menyalurkan semangatnya, seperti bernyanyi-nyanyi lagu penyemangat, memasang sepanduk-sepanduk penyemangat di tribun penonton dan masih banyak yang lainnya. Kehadiran para suporter sendiri memberikan suntikan semangat bagi para pemain, karena segala teknik, keterampilan, kecepatan, kemahiran dan seni bermainnya pemain akan lebih terasa keluar jika ada yang menyemangati.
Apa hubungan antara kehidupan seorang suporter dengan perfektif sosiologi ?
Perfektif sosiologi adalah menekankan pada suatu konteks sosial dimana manusia hidup dan bagaimana konteks tersebut mempengaruhi hidup manusia. Perfektif sosiologi memiliki inti pertanyaan-pertanyaan, yaitu :
vBagaimana masyarakat mempengaruhi kita ?
vBagaimana organisasi sosial mempengaruhi kita ?
vDan bagaimana kita mempengaruhi orang lain, kelompok ataupun masyarakat ?
Seorang suporter pastinya mereka hidup di dalam masyarakat juga dan berinteraksi dengan oarang-orang disekitarnya. Awal kehidupan seorang suporter tak akan jauh-jauh dari pengaruh orang-orang disekitarnya yang mereka juga sudah sejak awal menjadi suporter dan ini akan terus berputar dengan seiring waktu berjalan, saling mempengaruhi. Tak lepas dari pengaruh lingkungan, sifat seorang suporter akan terbentuk jika mereka hidup dalam suatu komunitas suporter yang dengan begitu membentuk sifat seorang suporter yang kaya akan sifat-sifat “FANATIK” dan "ANARKIS".
Memang fakta, sifat terburuk Seorang suporter adalah ketika mereka terlalu fanatik dalam men-suport yang pada akhirnya akan berujung dengan tawuran antar suporter. Masalah seperti inilah yang mempengaruhi tatanan kehidupan dalam masyarakat, yang dulunya tentram, makmur dan damai setelah ada suporter fanatik dalam suatu daerah bukan tak mungkin satu daerah itu akan ikut-ikutan fanatik cepat atau lambat. Masyarakat juga sangat dirugikan jika tawuran antar suporter itu terjadi. Dari barang-barang yang hancur tak terhitung nilai kerugiannya sampai korban tak bersalah yang menjadi hasil dari perbuatan bejat bernama tawuran.
Sebagai contoh saja, suporter di Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia harusnya merasa risih dengan situasi dan kondisi para suporter kita yang terlalu fanatik dalam hal men-suport. Mengapa tidak ! suporter di Indonesia bisa dikatakan miskin akan kepercayaan dan kehormatan, mereka kebanyakan lebih mementingkan tawuran nya daripada men-suport, seakan-akan loyalitas terhadap kelompok nya harus ditunjukan dengan jalan tawuran. Berbeda 180 derajat dengan suporter di Inggris yang notabennya memiliki basis para suporter yang memiliki kecintaan akan kedamaian, loyalitasnya tak disalurkan lewat tawuran dan lain sebagainya. Faktanya sekarang liga sepak bola terbaik di dunia dan banyak penggemarnya adalah liga Inggris atau dinamakan English Premier League.
Setelah melihat perbedaan yang jauh ini, bangsa Indonesia bisa berbenah diri dan tahu diri mulai dari sekarang akan sebab dan akibat dari fanatiknya suporter dalam sebuah kehidupan masyarakat.
Ingatlah bahwa masa depan bangsa ini tergantung pada pemuda-pemudinya. Jika sekarang pemuda-pemudinya sudah rusak, dengan siapa lagi bangsa ini berharap ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H