Mohon tunggu...
Saktya Alief Al Azhar
Saktya Alief Al Azhar Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resources

Manusia yang hobinya nulis sana-sini. Kontak Person bisa lewat Email : saktyaalazhar1400005062@gmail.com. Dengan menulis disini semoga dapat bermanfaat untuk manusia yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Harapan Sederhana

21 Februari 2017   14:18 Diperbarui: 21 Februari 2017   14:46 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tahun sudah mulai berganti. Tersambut dengan suka cita menatap satu tahun yang baru dengan harapan dan kegembiraan. Harapan yang tergantung setinggi langit tahun lalu akan digantungkan kembali satu tahun ini. Berharap bahwa semua harapan itu dapat tercapai dan tuntas serta menutup tahun dengan gembira. Kegembiraan akan melahirkan sebuah harapan baru yang nantinya akan sama digantungnya seperti harapan tahun ini. Seperti itu seterusnya, hingga Tuhan memanggil untuk ditemani di surganya nanti.

Malam pergantian tahun yang berbahagia, sama dengan isi hati seorang Zhen yang berbahagia saat itu pula. Ditemani kembali oleh Sahabat Kopi, Zhen melewati malam yang panjang ini dengan merangkai sebuah harapan. Diawali oleh pertanyaan dari Sahabat Kopi.

“Malam yang bahagia bukan ? Apakah kau juga sebahagia itu Zhen ?”

“Benar, malam ini adalah malam yang bahagia. Malam yang bagi mereka yang menggantungkan harapan-harapan barunya untuk menempuh hidup satu tahun kedepan.”

“Jika diriku boleh bertanya sesuatu padamu untuk malam yang berbahagia ini, apakah kau memiliki harapan untuk satu tahun ke depan nanti ?”

“Tentunya harapan itu ada dan aku tetap percaya pada harapan itu. Namun, harapan yang sederhana itu tak dapat tercapai bila hanya aku yang berjuang untuk menggapai harapan itu. Harapan itu begitu sederhana tetapi membutuhkan planing yang begitu matang dan berpikir berulang kali untuk mewujudkannya.”

“Oh ya ? Harapan apa itu ? Bolehkah aku mengetahuinya ?”

“Harapan itu adalah menikah dengannya. Hanya itu yang aku pikirkan untuk masa depanku. Dan usahaku untuk saat ini adalah sebagai planingku menggapai harapan itu. Sulit memang mewujudkan harapan itu, tapi itulah harapan. Jika ku tak dapat menggapai harapan itu berarti Tuhan memiliki sesuatu yang lebih baik untukku.”

“Jika kau mengatakan harapanmu itu, siapa orang yang akan kau nikahi ?”

Setelah pertanyaan itu, Zhen terdiam sejenak dan kembali meminum kopi hitamnya dengan berjuta ketenangan. Malam itu Zhen kembali memikirkan apakah harapannya akan tercapai. Ataukah harapan itu hanya akan menghantarkannya pada sebuah usaha yang ujungnya tidak pada orang yang ingin dia nikahi. Semua hanya Tuhan yang tahu, rencana Tuhan akan selalu indah walau berawal pada hal yang pahit sekalipun.

Kemudian, Zhen mulai pembicaraan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun