Mohon tunggu...
Sakti Oktaviani
Sakti Oktaviani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional/UPN 'Veteran' Yogyakarta

menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diam-diam China Bangkit Menjadi New Global Power

5 Juni 2023   12:30 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:32 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suatu Negara dapat berdiri sendiri jika terdapat empat unsur yang terpenuhi, yaitu adanya wilayah, rakyat, pemerintahan, dan pengakuan dari negara lain. Menjadi salah satu unsur dalam berdirinya sebuah negara, wilayah yang berfungsi sebagai penghasil sumber daya alam dan sumber kehidupan bagi masyarakat. Selain diperlukan sebagai objek untuk diperintah, rakyat juga berfungsi sebagai tokoh dalam mengisi segala kegiatan kenegaraan. Pemerintahan bertugas mengatur, menertibkan, ataupun mengarahkan rakyat melalui peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Pengakuan dari negara lain diperlukan untuk menunjukan eksistensi keberadaan suatu negara. Keempat unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain, yang mana suatu negara tidak dapat bertahan tanpa salah satu dari unsur tersebut. 

Berdirinya suatu negara tentu dibarengi dengan tujuan yang menjadi kesepakatan bersama dan telah ditetapkan oleh pemerintah. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan usaha yang harus dikerahkan, khususnya oleh pemerintah. Usaha yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah dengan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, memperkuat kekuatan militer, serta meningkatkan kekuatan ekonomi. Selain memaksimalkan pemanfaatan berbagai sumber daya, menjalin kerja sama dengan negara lain juga dapat menjadi salah satu usaha dan strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah demi tercapainya tujuan berdirinya suatu negara.

Sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh China, menjadi salah satu negara dengan limpahan sumber daya manusia terbanyak di dunia membuat China harus mengeluarkan usaha lebih melalui berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mengimbangi pertumbuhan sumber daya manusia. Karena jika ditelusuri lebih lanjut lagi, sumber daya manusia yang melimpah dapat menjadi keuntungan namun disisi lain, bisa juga menjadi kelemahan dalam waktu yang bersamaan. Termasuk dalam negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat, China juga menginisiasi fenomena ini melalui kebijakan-kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk serta mengatur jumlah usia produktif penduduknya. Hal ini dikarenakan usia produktif memiliki keterkaitan langsung dengan masalah ketenagakerjaan sebagai penyokong serta penggerak utama dalam kegiatan perekonomian China.  

Arvind Subramanian, salah seorang pakar ekonomi internasional dari Massachuset Institute of Technology mengatakan bahwa kebangkitan China akan membawanya menjadi negara adidaya pada 2030. Pertanyaan tersebut didasari dengan fakta bahwa dominasi kekuatan ekonomi dengan perdagangan (trade) dan posisi China sebagai pemberi pinjaman (net creditor). Negara adidaya tidak dapat diukur melalui satu aspek saja, melainkan keseluruhan aspek yang menjadi unsur pembentuk berdirinya suatu negara. Jika suatu negara memiliki kekuatan militer yang kuat, namun disisi lain masih terbelit hutang luar negeri yang tentunya tidak sedikit dan berkepanjangan, maka kekuatan militer akan tergerus oleh hutang-hutang tersebut. Menjadi negara dengan cadangan devisa yang tergolong besar, China mampu membuat Amerika bergantung pada utang luar negeri yang diberikannya. Selain itu, kepiawaian China dalam memperlakukan para investor asing dengan sangat baik membuat China menjadi primadona dalam hal penanaman modal asing.

Menilik kilas balik, pada 1987 China dikenal sebagai negara miskin dengan jumlah penduduk yang amat banyak. Mulai dari itulah, China mengubah ideologi negara melalui sebuah pernyataan yang dilontarkan oleh Deng Xiao Ping. Pernyataan tersebut menjadi cikal bakal peralihan ideologi sosialis komunis menjadi ideologi kapitalis dengan tetap mempertahankan ciri  yang telah lekat dengan China. Deng juga meyakini bahwa China dapat mengejar ketertinggalan atas negara-negara barat dan mencapai kemajuan dengan semboyan "menjadi kaya adalah terhormat". Pada tahun 2001 China bergabung dengan World Trade Organization (WTO), China kemudian mengganti sistem ekonominya dari factory to the world berbiaya rendah menjadi pemimpin global melalui teknologi canggih yang dihasilkannya. Melalui keberhasilan itu china memanfaatkan pendekatan diplomasi untuk menjadi partner perdagangan dan pembangunan utama bagi negara-negara berkembang di Afrika, Amerika latin, dan Asia.

Pada pidato duta besar Zhou Wenzhong di Georgetown University tahun 2005 lalu, dikatakan bahwa ada tiga hal yang ditekankan dalam membangun China. Pertama, teknologi sebagai kunci dari efisiensi perekonomian nasional. Kedua, daripada ideologi, perdamaian; pembangunan; dan menjalin kerjasama dengan berbagai negara lebih diutamakan. Ketiga, dalam pembangunan masyarakat sosialis dengan harmoni, perlu memperhatikan masalah pendidikan, kesehatan, kemiskinan serta pengangguran. Khusus penekanan pada poin kedua, dapat dibuktikan melalui sikap fleksibel yang diterapkan oleh China dalam setiap pendekatan pada berbagai negara di dunia. Saat negara-negara barat sedang fokus dan dalam keadaan tegang menyangkut dengan hal-hal terkait ideologinya yang terkesan kaku, China memanfaatkan kesempatan emas ini untuk melakukan pendekatan pada sejumlah negara yang sedang bersitegang dengan negara-negara barat. Terkait dengan hal ini, China mampu mengesampingkan ideologi demi tercapainya tujuan politik luar negeri, termasuk untuk memperluas relasi dalam bidang perdagangan internasional. Bahkan saat negara-negara barat menggelontorkan dollar dalam jumlah besar untuk dapat mengintervensi suatu negara, China justru sedang membangun perjanjian perdagangan, impor minyak serta bahan baku industri lainnya tanpa mencampuradukkan kerjasama tersebut dengan ideologi maupun isu politik yang sedang terjadi.   

Kemajuan ekonomi yang ditujukan oleh China nyatanya menimbulkan ketegangan, harapan awal yang diinginkan bahwa integrasi china dalam ekonomi global akan mengarahkan ekonomi dalam negeri menjadi liberal dan ekonomi di luar negeri menjadi modernisasi. Ekonomi dalam negeri diharapkan menjadi liberal guna meningkatkan hak individu atas hak milik sebuah usaha yang dinilai akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya. Sedangkan modernisasi yang diharapkan adalah agar negara-negara berkembang atau negara-negara miskin bergantung pada China.  

Selama dua dekade belakangan ini, China menunjukan perkembangan ekonominya dengan menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Selain bidang ekonomi China juga menunjukan perkembangannya di bidang militernya yang telah mencapai kelas dunia. China berhasil menempati posisi ketiga dari 145 negara yang dipertimbangkan untuk analisis Global Firepower (GFP) dengan jumlah tentara 915.000 tentara aktif yang dipersenjatai dengan persenjataan berteknologi modern dan lebih canggih dari senjata sebelumnya. Meskipun jumlah tentara di China lebih banyak dari jumlah tentara di Amerika Serikat, kekuatan militer China tetap berada dibawah kekuatan militer Amerika Serikat dalam bidang keterampilan dan persenjataan.

Kembali pada tahun 1989, saat terjadi tindakan unjuk rasa demokrasi di lapangan Tiananmen Beijing dan di beberapa lokasi di china. Kegiatan unjuk rasa tersebut menuai kecaman dari lingkup internasional. Untuk mengembalikan citra atau image, yang menjadi salah satu variabel penting dalam politik internasional. China dan membangun hubungan baik dengan negara lain, China ikut serta dalam menganut sistem multikulturalisme dan integrasi dengan lembaga pemerintahan global pada tahun 1990 an dan dilanjutkan dengan menandatangani persetujuan Nuclear Nonproliferation Treaty (NNT) di tahun 1992. Perjanjian dari NNT sendiri berisikan tentang perlucutan senjata nuklir dan persetujuan dari negara yang memiliki maupun yang tidak memiliki senjata nuklir untuk melupakan segala bentuk percobaan, pengembangan, dan perolehan senjata nuklir. Sebagai forum untuk membangun kepercayaan dan hubungan dalam bertetangga, China membentuk organisasi bernama Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang beranggotakan delapan negara dengan populasi penduduk sebanyak seperempat dari populasi dunia. Pembentukan dari organisasi ini dilatar belakangi dengan pembuatan kebijakan luar negeri pada tingkat sistemik, yakni jaringan ketergantungan antar negara yang dapat dilihat dari negara yang menjadi anggota SCO memerlukan kerja sama dengan negara lain untuk meningkatkan keamanan negaranya. 

Melihat dari perkembangan China dan potensi yang masih terpendam, tidak dapat dipungkiri bahwa China dapat menjadi New Global Power di masa yang akan datang. Dilihat dari salah satu pendekatan internasional, yakni dari pendekatan realisme yang yakin bahwa suatu perdamaian tidak dapat dicapai kecuali terdapat Balance of Power dan atau adanya negara yang mengalah serta secara sukarela mau diperintah oleh negara lain. Pendekatan realisme juga meyakini bahwa power atau kekuatan menjadi faktor yang sangat penting dalam lingkup internasional, semakin banyak kekuatan yang dimiliki oleh suatu negara, maka akan semakin baik. Kekuatan dapat berasal dari kemampuan untuk mempengaruhi, bidang ekonomi, hubungan dengan negara lain, bidang militer, dan hal lainnya yang dapat menundukkan pihak lain. Berdasarkan pandangan realisme China dapat menjadi New Global Power, bukan tanpa alasan, seperti yang telah disebutkan dalam uraian sebelumnya, China mampu meningkatkan ekonominya, bahkan China mampu menjadi negara dengan ekonomi tertinggi kedua didunia setelah Amerika Serikat. Dalam uraian sebelumnya juga disebutkan bahwa China bermaksud menciptakan ekonomi dengan sistem liberal di dalam negeri dan modernisasi di luar negeri untuk menciptakan ketergantungan negara lain terhadap China, meskipun tidak terealisasi, China tetap menduduki posisi kedua sebagai negara dengan ekonomi terkuat di dunia yang mana bidang ekonomi adalah bidang yang krusial dalam berjalannya suatu negara. China juga memiliki organisasi SCO yang bergerak di bidang militer, ekonomi, sosial, dan politik yang beranggotakan delapan negara. Kekuatan militer yang dimiliki China yang berada pada peringkat 5 teratas dunia ditambah dengan senjata nuklir yang mematikan, memperkuat keyakinan bahwa China akan menjadi New Global Power.

Dibalik segala aspek dari China yang meningkat, hingga diprediksikan akan menjadi New Global Power, China akan menghadapi tantangan dan ancaman dari negara lain. Perkembangan China yang sangat signifikan dan memiliki banyak kekuatan, menimbulkan kewaspadaan negara-negara disekitar China. Amerika Serikat juga telah mulai mengawasi China sebagai tindakan pencegahan terjadinya konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun