Mohon tunggu...
saksi satria
saksi satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Papah dari 2 orang anak dan 1 istri

Silakan dibaca, koreksi jika ada salah, infokan jika ada masukan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Arifin Si Jenius - Tokoh dalam Novel

8 Desember 2021   13:50 Diperbarui: 15 Desember 2021   12:39 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bagiku, dia layaknya seorang kakak paling besar di sebuah keluarga tujuh bersaudara. Cara berpikirnya cepat dan mampu membuka jalan keluar dari kondisi sesulit apapun. Entah mesin apa yang yang ada dalam kepalanya, selain cepat, cara berpikirnya selalu bermanifestasi menjadi sebuah desain perencanaan yang baik, dalam hal apapun. 

Yang kutahu pasti dia adalah sosok pejuang, petarung sejati di tengah kondisinya yang tidak seberuntung kami dikala itu. Dalam kesederhanaannya dia berperan sebagai tulang punggung keluarga membantu ibu dan adiknya selepas ditinggalkan Ayah tercinta. Kurasa itulah yang membuatnya menjadi sosok kuat, pemikir yang bijak dan mampu memecahkan masalah dengan cepat. Arifin, itulah namanya.

Pernah suatu hari di tepi pantai, di malam pengukuhan siswa baru sekolah, kami yang aktif di ekstrakulikuler teater tiba-tiba diberi tugas untuk menghibur siswa di malam terakhir acara dan harus segera tampil tiga puluh menit lagi. Kurang dari tiga puluh menit sebelum mengisi acara, cepat-cepat Arifin menjelaskan alur pertunjukan yang akan kita tampilkan, tanpa ada kesempatan untuk membayangkan pertunjukan apa yang akan segera kita perankan. Benar saja, selesai Arifin menyampaikan kalimat terakhir dari gagasannya, terdengar panitia memanggil kami sebagai penampil berikutnya menggunakan suara khas megaphone.

Riuh tepuk tangan terdengar ramai di sekeliling api unggun sebagai penerang sekaligus penghangat dinginnya malam. Riuh tepuk tangan seketika, hening. Para siswa yang bersila berusaha mencari gerakan yang muncul di antara api unggun. Menunggu pertunjukan apa yang akan dilihat selanjutnya. Dengan tiba-tiba aku bergerak ke tengah arena pertunjukan untuk memancing perhatian, rencana berhasil, semua terfokus kepadaku. 

Dengan gaya pantomim aku berjalan memerankan seorang pria yang berjalan di tengah seramnya malam, lalu duduk kelelahan disebuah kursi taman sambil mengusap-usap perutnya. Suara kemurucuk perut terdengar sangat kencang. Efek suara perut berasal dari megaphone, di sana Arifin ambil bagian dalam pertunjukan itu sebagai pengisi suara agar setiap gerakan dalam pertunjukan tersebut semakin menarik. 

Masih dengan gaya pantomim, si pria tadi bergerak beberapa langkah ke depan lalu terlihat bersusah payah mencabut sebatang pohon, karena ini pantomim tentu saja pohonnya tidak terlihat. Setelah berhasil dicabut, pria itu mengarahkan tangannya ke bagian bawah pohon dan mematahkan beberapa akar lalu dikupas dan dimakan. Kulihat para siswa menikmati pertunjukan itu seolah mengerti bahwa si Pria tadi sedang mencabut dan memakan umbi singkong.

Singkat cerita, pertunjukan tadi memperlihatkan alur cerita yang sengaja dibuat absurd, dari kejadian menegangkan sekaligus mengundang gelak tawa dengan memunculkan pemeran berikutnya sebagai wanita hamil, dokter dan hantu kuntilanak. Pertunjukan itu sukses, semua siswa termasuk panitia yang awalnya terlihat muram sesaat lupa akan semua kegiatan yang cukup melelahkan. Kami bahagia berhasil membuat suasana malam jadi menyenangkan. Di depan siswa kami berbaris lalu membungkuk sejenak menunjukkan terima kasih atas respon meriah yang diberikan. Sekali lagi Arifin berhasil membuka jalan keluar, sebuah perencanaan cepat di saat yang cukup singkat. 

Itulah Arifin, sosok yang bisa aku gambarkan melalui cerita singkat ini. Tentu saja diantara ceritaku tadi ada sahabatku Rusdian yang berperan sebagai hantu dan Riswan sebagai ibu hamil. Sementara sebgai aktifis, Wandi dan Khairul juga sibuk dengan organisasinya dimalam itu.
...

Cerita di atas adalah penggalan kisah dari novel yang sedang kukerjakan. Sebuah kisah persahabatan di masa SMA.
Diangkat dari kisah nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun