Cemoohan yang tertuju padanya saling bersahutan di sepanjang lorong sekolah, Heryanto senyum saja menanggapinya. Sambil melewati setiap kelas, tak jarang ia membalas balik ejekan para siswa dengan gaya candaannya yang berlagak seperti wanita. Berhasil, suasana menyebalkan itu berubah penuh tawa. Heryanto kembali tersenyum sambil melanjutkan langkahnya. Aku yang berjalan tepat di belakangnya hanya bisa menepuk pundaknya sambil terus berjalan bersama, berharap tepukanku dapat menguatkan hatinya agar tak rapuh di sepanjang lorong itu.
Heryanto adalah sahabat kami paling jenaka, dia cukup kemayu bagi seorang laki-laki, gayanya tak tak pelak mengundang tawa. Bagi kami, dia adalah malaikat penolong, selalu membantu dengan cara tak terduga atas semua masalah yang kami miliki. Karenanya, Haryanto adalah kakak sekaligus adik yang kami hormati dan sayangi.
Berkumpul di rumahnya adalah hal yang selalu dinantikan di setiap akhir pekan. Rumah besarnya kami jadikan taman bermain. Bagi Arif salah satu dari enam sahabatku, adik dan kakaknya Heryanto yang semuanya perempuan adalah sasaran strategis untuk digoda. Tak jarang jeritan kesal dari adiknya menggelegar terdengar ke semua ruang, menyenangkan. Rumah besar itu beserta penghuninya adalah ruang penawar kerinduan kami kepada keluarga, khususnya bagiku yang tinggal jauh dari keluarga.
Syurga tempatmu sekarang, bahagialah selalu engkau di sisi-NYa.
Al Faatihah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H