Mohon tunggu...
Sakroni
Sakroni Mohon Tunggu... Lainnya - Pengembang Teknologi Pembelajaran - LPPMP

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Anak Mogok Sekolah

9 Agustus 2024   14:41 Diperbarui: 15 Agustus 2024   11:05 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh : Sakroni - PTP LPPMP UNS

Setiap pertengahan bulan Juli, ada hal yang bagi sebagian anak menjadi pengalaman baru. Tahun ajaran baru tahun ini sudah berjalan beberapa waktu yang lalu, namun tidak ada salahnya saya berbagi pengalaman dengan para orang tua yang mungkin saat ini anaknya mengalami masalah saat sekolah. Pada anak usia sekolah, sebagai orang tua tentu ingin agar anak-anak kita bersekolah seperti anak-anak yang lain.

Sekolah menjadi pengalaman baru bagi seorang anak yang baru masuk sekolah baik PAUD/TK maupun SD. Bagi siwa baru tingkat SMP dan SMA biasanya tidak akan menjadi masalah karena sudah berpengalaman dalam menghadapi tahun ajaran baru dengan suasana sekolah, teman dan guru baru. Namun tidak menutup kemungkinan anak kita mengalami masalah karena pengalaman yang kurang baik di saat sekolah. Setiap anak mempunyai perasaan yang berbeda dalam mensikapai hal-hal yang baru bagi mereka. Ada yang takut, malu, sungkan, malas dll. Perasaan tersebut adalah manusiawi, semua orang bisa mengalami hal tersebut termasuk kita terutama pada saat harus menghadapi hal-hal baru yang belum pasti.

Pada setiap awal tahun ajaran seperti biasa akan ada banyak hal yang mungkin terjadi, tergantung dari sikap dan karakter anak dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Pada saat kita mengantar anak ke sekolah, mungkin kita akan mengalami hal yang menyenangkan, biasa-biasa saja, menggemaskan dan menjengkelkan. Hal menyenangkan tentu bila anak kita dengan semangat dan suka rela mau  mempersiapkan diri dan dengan gagah berani tanpa "rewel" mau menghadapi pengalaman baru sebagai siswa di sekolah tertentu. Hal yang biasa-biasa saja bila anak masih harus dibantu segala sesuatunya untuk mempersiapkan dan masuk sekolah walaupun tidak rewel, sedangkan hal menggemaskan bahkan kadang sampai menjengkelkan bila anak kita rewel dan mogok saat diantar ke sekolah. Hal-hal tersebut menjadi pemandangan biasa setiap tahuan ajaran baru. Lalu bagaimana cara mengatasi anak yang rewel atau mogok sekolah ?

  • Kontrol emosi dan jangan panik. Emosi dan panik adalah hal yang manusiawi pada saat menghadapi masalah yang menurut kita hal yang sepele. Jangan lupa anak juga punya perasaan panik pada saat akan menghadapi hal baru yang menurutnya penuh dengan ketidakpastian. Posisikan kita sebagai anak yang sedang mengalami kepanikan dan sedang bermasalah. Kuasai diri, kontrol emosi dan jangan panik supaya kita dapat berpikir jernih. Cari akar masalah yang menyebabkan anak tidak mau masuk sekolah di hari pertama.
  • Minta bantuan wali kelas. Komunikasikan dengan wali kelas mengenai kondisi anak. Bersama-sama melakukan identifikasi akar masalah penyebab anak rewel/mogok. Permasalahan yang umum terjadi pada anak-anak yang rewel atau mogok sekolah biasanya berkaitan dengan mental / psikis anak seperti takut, malu, kurang percaya diri, malas, sungkan dan sulit melepas zona nyaman.
  • Berikan semangat dan motivasi. Setelah akar masalah ketemu cari solusi dan berikan motivasi agar mau menerima keadaan yang ada di sekolah. Jangan lelah untuk melakukan berulang, karena sesuatu yang dilakukan berulang kali akan membuat anak merasa nyaman dan paham dengan kondisi luar yang harus dia terima.
  • Sabar. Untuk mengatasi masalah psikis anak tidak bisa dilakukan secara intant, harus dilakukan pelan-pelan dan terus menerus. Pada awalnya anak bisa jadi menolak semua treatment kita. Jangan paksakan anak untuk langsung menerima dan melakukan sesuai kehendak kita, tapi bukan berarti kita harus menuruti semua kehendak anak. Kita harus berani dan tega melepas anak  meskipun anak menangis pada saat kita tinggalkan.
  • Dekati teman-temannya, ajak mereka untuk bekerjasama. Faktor anak merasa takut, malu dan tidak percaya diri salah satunya adalah karena belum mengenal teman-teman barunya, apalagi kalau anak tersebut punya pandangan bahwa teman baru pasti nakal. Mintalah tolong kepada teman-temannya untuk mendekati anak kita, mengajak bermain, ngobrol, ke perpustakaan. Dengan bermain dan berbaur bersama teman-tamannya, anak akan merasa nyaman dan aman.
  • Jangan pernah membandingkan apa yang dialami oleh anak kita dengan anak-anak lain. Membandingkan hanya akan menambah beban dan tekanan pada anak kita. Ingat setiap anak punya karakter, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jangan samakan dengan anak lain. Legih baik fokus pada masalah dan solusi yang harus dijalankan anak kita.
  • Berilah reward atau apresiasi. Setiap ada perkembangan yang positif di Sekolah berikanlah reward atau apresiasi walaupun hanya sekedar kata pujian. Jangan biasakan memberi hadiah dalam bentuk materi atau barang yang mahal, karena akan membuat anak menjadi manja.
  • Ajak anak bicara dari hati ke hati. Untuk mempercepat proses dan memperkuat mental anak, sering-seringlah mengajak anak untuk berbicara dari hati ke hati dengan berdiskusi. Lakukan pada saat kondisi anak sedang tidak ada beban mental seperti pada saat makan malam atau pada saat bercengkerama, sekali waktu ajaklah makan di rumah makan yang mendukung suasana untuk santai.  Pandai-pandailah kita mengajak bicara dengan anak yang masih mengalami masalah. Belum tentu anak akan langsung mengatakan apa yang dirasakannya.
  • Jadilah pendengar yang baik. Pada saat anak mengutarakan keluhan dan menceritakan apa yang dirasakan pada saat sekolah, dengarkan sampai dia selesai bicara, jangan potong dan jangan bantah apa yang diutarakannya. Berikan dukungan terlebih dahulu dengan mengikuti arus pembicaraannya. Apabila ada yang salah dengan pendapatnya, luruskan dengan pelan-pelan jangan langsung dibetulkan karena kita akan dianggap membela orang lain bukan membela anak sendiri.
  • Konsultasi ke Psikholog atau Psikiater. Apabila semua usaha kita merasa sudah dilakukan semua dan hasilnya kurang memuaskan tidak ada salahnya kita konsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Cara tersebut tidak muntlak dilakukan semua, apabila salah satu cara sudah berhasil maka orang tua tinggal memelihara dan mendukung semangat anak kita untuk sekolah. Cara tersebut di atas juga tidak menjamin keberhasilan kita untuk mengatasi masalah tersbut, namun tidak ada salahnya mencoba dan terus mencoba demi masa depan anak kita. Yang menentukan justru kesabaran orang tua dan jangan lupa terus berdoa sambil berusaha membimbing dan mendampingi selama anak kita mogok dan jangan sekali-kali meninggalkan anak dalam kondisi tergoncang. Orang tua yang kedua-duanya  bekerja jangan dijadikan alasan untuk meninggalkan anak larut dalam masalahnya.

"Jika do'a dan usaha sudah dilakukan namun tak kunjung dapat jawaban maka bersabarlah dan tetap di jalan Tuhan, karena sesungguhnya sabarmu dalam ujian" by Esharagil

Cerita / opini ini saya tulis karena saya sendiri mengalami hal tersebut dari dua anak saya. Alhamdulillah sekarang sudah normal seperti yang lain dan saat ini kedua anak saya sudah kuliah.  Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun