Mohon tunggu...
Sakira Elen Cahyaningrum
Sakira Elen Cahyaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - 11'march - 21

Dengan izin Allah dan restu mamah papah, saya siap menerima nilai diatas kkm

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kloning Manusia, Melestarikan atau Mengubah Kehidupan?

26 Oktober 2021   19:59 Diperbarui: 26 Oktober 2021   20:24 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kloning adalah proses pembentukan satu atau sejumlah individu, tanaman, atau hewan yang mempunyai susunan genetik yang sama. Klonning  dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti pemisahan embrio dan transfer nukleus somatik. 

Teknik menggandakan ini sudah biasa terjadi pada tanaman, hewan, dan manusia dalam hal berkembang biak secara alamiah. Namun, bagaimana jika kloning ini dilakukan secara sengaja oleh manusia dengan perkembangan IPTEK dan berdasarkan ilmu pengetahuan alam?

Salah satu percobaan kloning mamalia pertama yang sukses dan dikenal publik adalah klon Dolly pada tahun 1996. Hanya dengan sel kelenjar susu dari suatu peternakan di Skotlandia yang dikultur dan dikembangbiakan dalam telur domba betina,  lahirlah domba bernama Dolly tersebut. Dengan keberhasilan tersebut, Profesor Sir Ian Wilmut dan timnya, selaku pencipta Dolly menjadi inspirasi para peneliti lain sampai sekarang.

Para ilmuan di bidang ini menganggap bahwa kloning merupakan suatu alternatif yang sangat mendukung pelestarian spesies mahluk hidup yang terancam punah. 

Jika suatu spesies hewan yang terancam punah dan sudah tidak mampu  untuk berkembangbiak secara generatif, maka kloning ini dapat membantu melahirkan generasi baru sebagai penerus spesiesnya.  Selain memperbanyak jumlah, kloning ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas suatu mahluk hidup yang diciptakan.

Namun tidak semua hal dapat dikloningkan dengan mudahnya.  Disisi lain, banyak pandangan masyarakat yang mengkritik bahwa teknologi kloning ini tidak etis bahkan tidak aman jika dilalukan pada manusia. 

Selain itu, pada manusia dan primata lebih sulit untuk di-kloning dibandingkan mamalia lainnya. Salah satunya adalah pada sel telur yang mengandung 2 protein penting untuk pembelahan sel atau dikenal sebagai protein spindle.

Menurut saya pribadi, kloning memang suatu terobosan yang hebat. Layaknya copy paste file, kita dapat menggandakan mahkluk hidup. Namun disisi lain saya memikirkan bahwa percobaan tersebut pasti memiliki faktor kegagalan dan tidak selalu sempurna. 

Banyaknya percobaan memungkinkan terciptanya kecacatan produk dan dibiarkan tetap hidup sebagai pembanding peningkatan kualitas berikutnya. Saat produk gagal tersebut dikembangbiakan, muncul kemungkinan berubahnya tatanan kehidupan pada generasi berikutnya.

Selain dianugrahi akal budi, manusia juga memiliki nafsu dan ego. Jika kedua hal ini tidak dapat seimbang, kita sebagai manusia akan menuruti nafsu dan ego mengalahkan akal budi yang bisa merugikan orang lain di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun