Isu Kedokteran – Manusia Hanya Menggunakan 10% Kapasitas Otaknya
Sebagai organ pengatur kendali tubuh manusia, otak tersusun secara sangat kompleks. Berkat otaklah manusia bisa melakukan berbagai macam hal, seperti melakukan kegiatan, memiliki perasaan, menentukan sikap, dan bahkan menyimpan berjuta-juta memori. Jadi, tidaklah mengherankan jika otak manusia menyimpan segudang misteri. Banyak orang yang mempertanyakan bahwa “Apakah benar jika manusia hanya memakai sepuluh persen dari kapasitas otaknya?”. Tentu juga banyak orang yang berharap bahwa hal ini merupakan sebuah fakta. Bayangkan jika orang-orang hanya memanfaatkan sepuluh persen dari kapasitas otak manusia, lalu bagaimana dengan sembilan puluh persen kapasitas otak yang lainnya? Sangat mengesankan, bukan? Sesungguhnya mitos ini telah merebak di seluruh lapisan masyarakat, bahkan golongan terpelajar sekalipun. Walaupun merupakan sebuah ide yang menarik, mitos ini sangatlah salah. Bahkan seorang neurologist di Johns Hopkins School of Medicine di Baltimore, Barry Gordon, mengatakan bahwa mitos ini patut untuk ditertawakan. 1 – 3
Salah satu alasan pendukung mitos ini adalah keterkaitannya dengan hal-hal yang berbau spiritual. Beberapa cenayang beranggapan bahwa manusia sekadar memanfaatkan sepuluh persen kapasitas otak dan sembilan puluh persen kapasitas otak lainnya akan digunakan sebagai media yang berhubungan dengan kekuatan spritual. Dalam sebuah buku karangan Michael Clark yang berjudul Reason To Believe: A Practical Guide to Psychic Phenomena, dijelaskan bahwa seorang pria bernama Craig Karges yang merupakan salah satu penggiat spritual pernah berkata bahwa 80 sampai 90% kapasitas otak yang tidak kita gunakan diketahui sebagai alam bawah sadar. Namun sesungguhnya, penjelasan bahwa kekuatan spiritual berasal dari kapasitas otak yang tidak terpakai itu lahir berdasarkan atas kekeliruan dari sebuah ketidaktahuan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya bukti yang mendukung akan misteri otak manusia.4
Seiring berkembanya zaman, para ahli telah mengembangkan berbagai macam cara untuk memecahkan misteri ini. Metode untuk melakukan penelitian terhadap otak manusia bisa dilakukan melalui PET scans (positron emission tomography) dan fMRI (functional magnetic resonance imaging). Melalui metode ini, diketahui bahwa sejumlah besar bagian otak tidaklah kosong serta terpakai. Memang, penggunaan kapasitas otak tidaklah secara menyeleruh pada saat yang bersamaan. Aktivitas yang kompleks membutuhkan kinerja sebagian besar kapasitas otak, namun fungsi kecil yang dilakukan oleh tubuh hanya membutuhkan sedikit kinerja bagian dari otak. Oleh karena itu, semua kapasitas otak manusia pasti akan terpakai oleh manusia tersebut namun dalam waktu yang tidak bersamaan.4
Melalui para ahli, otak manusia diteliti dengan bantuan teknologi penggambaran. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa sebagian besar bagian otak manusia bekerja aktif dalam waktu 24 jam, sama seperti kinerja otot manusia. “Bukti menunjukkan bahwa dalam sehari kamu akan menggunakan 100% kapasitas otak,” kata John Henly, seorang neurologist pada Mayo Clinic di Rochester. Henly juga menjelaskan bahwa, bahkan saat manusia tertidur, beberapa area otak seperti korteks frontal yang mengatur pemikiran tingkat tinggi, kesadaran diri, serta area somatosensory yang membantu manusia untuk merasakan lingkungan sekitarnya akan bekerja secara aktif.1
Mitos yang merebak di masyarakat tersebut juga mengandung anggapan bahwa kapasitas otak manusia yang digunakan terpusat hanya pada suatu bagian tertentu. Jika hal tersebut benar, maka kerusakan atau bahkan pengangkatan pada bagian lain yang tidak digunakan tentu tidak akan mempengaruhi bagian lainnya karena hanya beberapa bagian otak saja yang digunakan. Namun, banyak fakta yang menunjukkan bahwa apabila seseorang menderita trauma otak, stroke, atau cedera otak lainnya, maka akan menimbulkan gangguan yang parah untuk seluruh bagian otaknya. Hal ini mengindikasikan bahwa seseorang yang mengalami kerusakan pada bagian otak tertentu akan mengakibatkan orang tersebut tidak bisa beraktivitas sehari-hari. Di sisi lain, John Henly menjelaskan bahwa seseorang dengan kondisi otak yang mengalami kerusakan atau bahkan beberapa bagiannya diangkat bisa tetap hidup cukup normal. Tapi, tentu ada penjelasan untuk kasus itu. Otak manusia memiliki cara untuk memastikan bahwa bagian yang masih ada akan saling mengimbangi bagian lain yang hilang serta mengambil alih perannya untuk menjalankan aktivitas tertentu. Hal itu menyebabkan seseorang tersebut masih bisa hidup cukup normal.1, 4
Para ahli mengetahui bahwa neuron yang memiliki fungsi yang hampir sama akan menggerombol dan bersama-sama membentuk suatu kelompok yang saling bekerja sama. Oleh karena itu, neurosurgeons yang melakukan suatu operasi otak akan sebisa mungkin menghindari kelompok saraf yang berkaitan dengan fungsi yang berkedudukan penting, seperti penglihatan, pendengaran, pergerakan, dll. Namun, para ahli masih belum mengetahui berkaitan fakta yang menunjukkan bahwa kelompok neuron yang tersusun dari berbagai wilayah otak yang berbeda akan bekerja sama dan membentuk sebuah kesadaran. Sejauh ini, masih belum ada bukti yang menunjukkan bahwa kesadaran terbentuk dari sebuah titik tertentu. Hal itu menuntun para ahli untuk percaya bahwa kesadaran adalah sebuah akumulasi yang terbentuk dari mekanisme saraf pada otak.1
Misteri lainnya adalah fakta bahwa sekadar sepuluh persen sel otak manusia yang merupakan saraf, sedangkan sembilan puluh persen lainnya adalah sel glial yang fungsinya secara garis besar masih belum diketahui. Jadi, mitos yang merebak di masyarakat bahwa manusia sekadar memanfaatkan sepuluh persen dari kapasitas otaknya masing-masing hanyalah suatu kekeliruan. Dari berbagai penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia tidak sekadar memanfaatkan sepuluh persen kapasitas otaknya, sedangkan sembilan puluh persen kapasitas otak lainnya juga terpakai. Secara umum, manusia hanya mengetahui fungsi dari sepuluh persen kapasitas otak tersebut.1