makanan papahan yaitu mengunyah atau melumatkan makanan sebelum diberikan kepada anak sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan sampai saat ini. Filosofi budaya setempat dapat beranggapan bahwa ibu memiliki peran sentral untuk mengunyahkan makanan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi sehingga dapat menyebabkan hal tersebut terjadi. Beberapa faktor juga dapat mendasari tradisi papahan makanan yang sering dilakukan diantaranya karena itu sudah menjadi hal lumrah dan turun temurun dilakukan oleh para orang tua, lingkungan, pekerjaan, sosial ekonomi, dan tingkat pengetahuan yang rendah sehingga mempengaruhi pola asuh orang tua dan pemberian makan pada anaknya.
Tradisi pemberianPerilaku memberikan nasi papahan kepada bayi dengan tujuan agar anak menerima makanan yang sudah lembut. Padahal kebiasaan ini sangat tidak baik karena berisiko tinggi menularkan penyakit terutama pada gigi dan mulut. Tradisi memberikan makanan papahan ini dapat mengakibatkan terjadinya early childhood caries (ECC) yaitu penyakit yang umum terjadi pada anak-anak. Balita pada umumnya paling sering menderita penyakit ini dikarenakan balita masih sangat tergantung pada orang tua atau pengasuh terdekat terutama dalam hal pemberian makanan sehari-hari dan perilaku kebersihan mulut sehari-hari.
Selain itu juga dapat menyebabkan transmisi mikroorganisme S. mutans dari mulut ibu ke mulut anak yang terjadi melalui saliva (air liur), baik melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung seperti penggunaan alat makan yang sama, penggunaan sikat gigi bersama atau media lainnya yang terkontaminasi oleh saliva.
Pada perilaku pemberian nasi papah ini jelas terjadi kontak langsung antara saliva ibu dengan saliva anak. Perilaku memberi makanan papah dapat menjadi media penyebaran penyakit karena jika seorang ibu menderita penyakit infeksi menular seperti ISPA dan diare maka akan sangat mudah untuk ditularkan kepada anak melalui makanan tersebut. Selain itu, ditinjau dari kandungan gizinya, nutrisi yang ada pada makanan tersebut sudah hilang karena telah dilumatkan terlebih dahulu oleh si ibu sebelum diberikan pada anaknya.
Latar belakang suku, budaya dan kebiasaan pada orang tua akan berdampak pada status gizi bayi. Tradisi pemberian makanan papah ini masih sering dilakukan oleh para ibu di Kabupaten Lombok Timur, NTB yang disebutkan sebagai bentuk kearifan lokal untuk mengekspresikan hubungan kasih sayang antara ibu untuk membantu anaknya makan. Kebiasaan yang tidak baik ini bisa menjadi faktor risiko munculnya masalah gizi sehingga mengakibatkan tingginya prevalensi diare di Nusa Tenggara Barat. Selain itu, tradisi papah makanan sudah menjadi turun-temurun dari nenek moyang khususnya di Wilayah Kota Kotamobagu.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI melalui tenaga kesehatan selalu menyuarakan gerakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) agar meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari - hari yang bersih dan sehat. Selain itu juga pemberian edukasi terkait pola asuh yang benar kepada orang tua harus dilakukan secara efektif terutama yang tinggal di daerah agar semakin sadar tentang kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan. Promosi kesehatan dapat menjadi langkah awal untuk mengubah kebiasaan turun temurun dalam masyarakat yang masih memberikan bayi makanan yang telah dikunyah lebih dahulu atau makanan papahan. Para tenaga kesehatan hendaknya melakukan pendekatan yang relevan dengan budaya masyarakat sekitar agar para ibu menyadari dampak yang dapat ditimbulkan karena kebiasaan memberikan makanan papahan tersebut.
Created by : Sakinah Hadirama
Referensi :
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Strategi Khusus Pemberian Makanan Bayi dan Anak. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
Mamang Sopian, Purbowati, Galeh Septiar Pontang (2019). Hubungan Pemberian Makanan Papahan Dengan Kejadian Diare Pada Balita 6-24 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Sengkol Kecamatan Pajut Kabupaten Lombok Tengah. JGK-vol.11, no.25 januari.
Mega Sara, Hertanto W., Martha Irene, Anise Suhartono (2018). Makanan (Prelakteal Dan Papahan) Sebagai Factor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-24 Bulan Di Lombok Timur NTB. Thesis Semarang; Universitas Diponegoro: 1-10.