Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan dalam hidup, pada awalnya kebutuhan manusia hanya berdasarkan pada sandang, pangan dan papan saja namun sekarang ini semakin bertambah dan meluas ke berbagai macam indikator-indikator pemenuhan hidup contohnya adalah penggunaan bank, baik bank konvensional mau bank syariah semuanya merupakan sarana yang diciptakan untuk menunjang kebutuhan hidup manusia apalagi di masa sekarang ini, di mana setiap transaksi yang dilakukan bahkan banyak yang bersifat digital. Pengguna bank di Indonesia pun semakin meningkat tiap tahunnya, di buktikan dengan jumlah bank umum pada tahun 2021 sebesar 107 unit, dan jumlah bank perkreditan atau pembiayaan rakyat sebanyak 1.632 unit.
Namun tahukah bahwa terdapat informasi asimetris dalam perbankan, informasi asimetris adalah perbedaan informasi suatu situasi yang di mana manajer memiliki pengetahuan yang berbeda atau lebih baik tentang keadaan suatu perusahaan dari pada pemilik investornya. Asimetris informasi ini disebabkan oleh fakta bahwa manajemen memiliki lebih banyak informasi daripada investor.
Asimetris informasi ini terjadi karena adanya manajer yang lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Asimetris antara manajemen dengan pemilik memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Ada beberapa macam asimetris informasi yaitu adverse selection yang artinya pemilik atau orang dalamnya lebih mengetahui informasi dibandingkan dengan investornya. Lalu berikutnya adalah moral hazard (moral bahaya) yang mana maksudnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemilik tidak diketahui oleh investor
Karena hal manusia bersifat dinamis maka hal-hal seperti asimetris informasi tidak dapat ditahan dan pasti terjadi, sehingga diperlukannya cara atau tindakan preventif serta represif dalam mengatasi masalah asimetris informasi ini yaitu dengan mengurangi risiko konsekuensi informasi asimetris dan kemungkinan moral bahaya membatasi kemungkinan kerugian karena kemungkinan kelayakan kredit ini yakni nilai bawaan yang tinggi, yang membutuhkan jaminan Kredit . jaminan kredit secara teoritis dapat mencerminkan hutang kualitas baik atau berisiko rendah. kemudian untuk mencegah konsekuensi dari asimetris Informasi, bank juga bisa memberikan pinjaman pembagian dalam hal ini, bank dapat memberlakukan limit Kerugian karena batas kredit atau Jumlah Pinjaman (Loan Amount). Semakin besar itu kredit diberikan kepada debitur untuk membuktikan bahwa debitur kualitas yang lebih baik. Agak lebih sejumlah kecil pinjaman ditunjukkan oleh debitur semakin buruk kualitasnya.
Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan bank perlu untuk memperhatikan asimetris informasi serta melakukan tindakan preventif sebelum terjadinya transaksi dan represif jika masalah asimetris informasi terjadi setelah terjadinya transaksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H