Peningkatan gas rumah kaca di atmosfer kian berubah tiap tahunnya. Memberikan dampak negatif bagi kehidupan seperti kenaikan permukaan air laut hingga mengganggu aktivitas penduduk pesisir dan sekitarnya, serta suhu panas yang akhir-akhir ini terasa sangat menyengat di berbagai wilayah.
Indonesia sebagai salah satu pemilik hutan tropis berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim. Kebijakan FOLU Net Sink sebagai komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan lahan penyerapan karbon. Namun, apakah kebijakan ini merupakan solusi efektif untuk mengatasi tantangan iklim yang semakin kompleks?
FOLU Net Sink adalah gabungan kata dari Forestry and Other Land Use (FOLU) dan Net Sink. FOLU merupakan kategori sektor pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan selain hutan, sementara Net Sink diartikan sebagai kondisi saat penyerapan emisi gas rumah kaca yang sama atau lebih tinggi dari yang dihasilkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa FOLU Net Sink adalah keadaan ketika sektor lahan dan hutan menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskan. Kondisi yang direncanakan terjadi pada tahun 2030.
FOLU Net Sink Indonesia tertulis dalam Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) untuk mencapai target kontribusi yang ditetapkan secara nasional dan pengendalian emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam pembangunan nasional. Terdapat empat strategi utama, yakni mengurangi deforestasi, pengelolaan hutan lestari, perlindungan dan restorasi lahan gambut, serta meningkatkan lahan penyerapan karbon.
Hutan menyerap karbon dengan pohon dan tanah, begitu juga lahan lain seperti lahan gambut. Melalui proses fotosintesis, pohon menyerap karbon dari atmosfer dan menyimpannya, kemudian dilepaskan ke atmosfer saat proses respirasi atau pernapasan, dekomposisi, dan pembakaran. Maka dari itu, banyak orang yang memanfaatkan hutan sebagai langkah mengurangi emisi.
Keterlibatan seluruh pihak mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah, korporasi, dan masyarakat sangat penting dalam menjalankan kebijakan FOLU Net Sink Indonesia. Kebijakan yang diadakan demi kepentingan bersama harus dilaksanakan dengan kerja sama, sehingga FOLU Net Sink dapat menjadi solusi yang tepat. Meski dalam langkah mengatasi pemanasan global, FOLU Net Sink bukanlah satu-satunya solusi, tetapi kebijakan ini mempunyai potensi besar.
Mengapa bukan satu-satunya solusi? Banyak faktor yang menyebabkan pemanasan global terjadi, begitu juga cara penanganannya. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan FOLU Net Sink. Bukan hanya dari aspek kesiapan sumber daya manusia saja, tetapi juga aspek pendukung lainnya seperti perencanaan operasional, anggaran, hingga sarana prasarana yang memadai. Â
Dalam hal mitigasi pemanasan global, FOLU Net Sink Indonesia memanfaatkan hutan atau lahan yang bagus sebagai tempat penyerapan karbon, lalu bagaimana jika yang kita butuhkan untuk proses penanganan malah makin berkurang ketersediaannya? Maka FOLU Net Sink Indonesia membutuhkan upaya lain agar tercapai mitigasi.
Mengurangi gas emisi dari sektor industri atau pergantian alat transportasi, menggunakan energi terbarukan, serta adaptasi terhadap pemanasan global dapat membantu kebijakan FOLU Net Sink Indonesia agar semua berjalan sesuai rencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H