Mohon tunggu...
sakila anggi kusuma
sakila anggi kusuma Mohon Tunggu... -

hidup adalah tantang buat hidupmu menjadi menantang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Alleen

2 Februari 2017   15:07 Diperbarui: 2 Februari 2017   15:28 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berlari dan berlari tanpa arah tujuan, kalau ditanya kemana arah tujuanku? Aku pun tidak tau jawabannya. Pada awalnya jalan yang kulalui biasa saja hanya ada jalan setapak yang lurus dan terlihat tidak ada ujungnya. Dan yang kulakukan hanya mengikuti jalan itu. Saat aku menemukan dua jalan yang berbeda, aku terus berjalan tanpa memikirkan jalan mana yang benar. Aku tidak memikirkannya sama sekali dan yang aku lakukan hanya berjalan dan berjalan.

Pikir ini entah kemana tujuannya, aku tidak tahu, aku tidak mengerti, yang aku mengerti hanya berjalan dan terus berjalan. Jalan yang kulalui tiba tiba menggelap. Gelap… dan sangat gelap. Aku mulai panik dan aku ingin mempercepat langkah kaki ku ini, tapi tidak ada perubahan pada langkah kakiku ini.

Dan… kegelapan telah bersamaku.

Aku menangis, ada apa denganku? aku merasa takut berada disini, aku tak menukan cahaya apapun. Aku berhenti berjalan, menangis dan menangis yang hanya bisa aku lakukan. Tiba tiba aku melihat satu cahaya kemudian bertambah lagi dan lagi hingga cahaya cahaya itu berada disekitarku. Tapi aneh, kenapa gelapan masih saja bersamaku? padahal sudah banyak cahaya disekitarku. Ada apa?

Saat aku melihat cahaya cahaya itu, aku menyadari. Cahaya yang aku lihat itu bukan sekedar cahaya tetapi cahaya itu adalah teman teman ku yang sudah sukses. Kilasan kilasan kenanganku berputar, bagaimana masa muda ku dulu. Aku hanya bersenang senang saat teman ku belajar, bekerja keras untuk masa depannya. Aku yang mengabaikan ajakan baik mereka untuk bekerja keras.

Kini aku mengerti…

Dan sekarang aku hanya bisa menyesal…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun