Aku berlari dan berlari tanpa arah tujuan, kalau ditanya kemana arah tujuanku? Aku pun tidak tau jawabannya. Pada awalnya jalan yang kulalui biasa saja hanya ada jalan setapak yang lurus dan terlihat tidak ada ujungnya. Dan yang kulakukan hanya mengikuti jalan itu. Saat aku menemukan dua jalan yang berbeda, aku terus berjalan tanpa memikirkan jalan mana yang benar. Aku tidak memikirkannya sama sekali dan yang aku lakukan hanya berjalan dan berjalan.
Pikir ini entah kemana tujuannya, aku tidak tahu, aku tidak mengerti, yang aku mengerti hanya berjalan dan terus berjalan. Jalan yang kulalui tiba tiba menggelap. Gelap… dan sangat gelap. Aku mulai panik dan aku ingin mempercepat langkah kaki ku ini, tapi tidak ada perubahan pada langkah kakiku ini.
Dan… kegelapan telah bersamaku.
Aku menangis, ada apa denganku? aku merasa takut berada disini, aku tak menukan cahaya apapun. Aku berhenti berjalan, menangis dan menangis yang hanya bisa aku lakukan. Tiba tiba aku melihat satu cahaya kemudian bertambah lagi dan lagi hingga cahaya cahaya itu berada disekitarku. Tapi aneh, kenapa gelapan masih saja bersamaku? padahal sudah banyak cahaya disekitarku. Ada apa?
Saat aku melihat cahaya cahaya itu, aku menyadari. Cahaya yang aku lihat itu bukan sekedar cahaya tetapi cahaya itu adalah teman teman ku yang sudah sukses. Kilasan kilasan kenanganku berputar, bagaimana masa muda ku dulu. Aku hanya bersenang senang saat teman ku belajar, bekerja keras untuk masa depannya. Aku yang mengabaikan ajakan baik mereka untuk bekerja keras.
Kini aku mengerti…
Dan sekarang aku hanya bisa menyesal…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H